Dari dulu aku suka melihat bintang. Entah bagaimana awalnya. Yang aku ingat dulu sewaktu ikut OSN SMP 2008 dan OSN SMA 2010 milihnya pelajaran antimainstream, Astronomi. Tau saja di Kupang jaman jahilya saat itu, boro-boro guru astronomi seperti di Bandung atau kota lain di Jawa, soal olimpiade tingkat provinsi saja pernah dibahas dengan cara mencari jawaban terbanyak, bukan terbenar. Itu nyata, dan aku ada disana.
Modalku ikut OSN astronomi hanya kumpulan booklet Majalah Bobo tentang astronomi, dan sedikit soal-soal astronomi hasil browsingan di internet (walaupun 99% soal tersebut tidak dipahami juga). Sempat install software khusus astronomi juga, namanya Stellarium. Hasilnya? Tidak begitu memuaskan, tapi tidak buruk juga.
Aku suka memandangi bintang-bintang. Kadang berusaha untuk menghafal beberapa rasi bintang dan nama beberapa bintang. Tapi sekarang sudah lupa lagi. Rasi yang paling diingat Orion karena iklan D*ncow, Crux karena paling gampang dan selalu menunjuk arah selatan, dan Scorpio karena identik dengan bulan November. Kadang berharap melihat komet atau asteroid yang masuk ke atmosfer bumi, atau ISS yang kebetulan lewat di langit Kupang.
Saking senangnya melihat bintang, dulu sampai gunting-gunting hiasan glow in the dark jadi puluhan, mungkin ratusan, potongan kecil (dan itu kerasnya bukan main). Potongan-potongan itu lalu ditempelin ke kertas minyak, dan kertasnya ditempel ke langit-langit kamar. Jadi setiap mau tidur bisa seakan melihat langit malam di dalam kamar. Rasanya hangat dan menenangkan. Ya, bahagia itu sederhana.
Dan sekarang, LAPAN berencana untuk membangun observatorium nasional di Kupang. Iya di KUPANG! Semua orang yang tertarik ilmu astronomi pasti pengen ke Bosscha di Bandung. Termasuk aku. Tapi sampai detik ini belum pernah ke sana. Waktu tahu kalau di Kupang mau dibangun observatorium, i am super duper exciteddd! You've chosen the right place, Sir!
Minggu, Desember 27, 2015
Stars
Menghakimi
Beberapa hari terakhir ini aku sedang banyak belajar tentang menghakimi. Aku tau menghakimi itu haknya Bapa, bukan manusia. Tapi hak itu malah aku ambil sesuka hati. Sesederhana bilang 'otak sapotong' (otak sepotong ~ berpikiran pendek) saat ada orang yang berkendara dengan cara yang (menurutku) tidak benar, atau saat menjudge rekan sejawat patol maupun fisiol.
Aku suka menghakimi, tapi tidak suka dihakimi. Malahan aku orang yang paling sensitif bila dibicarakan orang. Aku takut mendengar bagaimana aku dalam sudut pandang orang lain. Aku takut bila dalam pandangan mereka aku tidak baik. Aku takut bila mereka membahas hal-hal buruk yang aku lakukan, baik yang aku sadari maupun tidak. Sensitif. Tya sangat sensitif.
Contohnya saat beberapa hari yang lalu aku melakukan kesalahan yang cukup fatal, sangat fatal hingga membuatku menjadi potential-public-enemy. Aku takut. Takut sekali. Bodohnya aku. Aku sudah berjanji dalam hatiku, jadi patol atau fisiol itu pilihan, tapi tidak membunuh teman itu kewajiban. Tapi janji itu aku langgar sendiri.
Tanpa sadar aku menghakimi diriku sendiri. Kenapa zona wernicke Tya seakan tidak terhubung dengan mulut? Kenapa aku tidak pernah melakukan hal yang benar? Bagaimana kalau Tya jadi public enemy? Bagaimana kalau Tya jadi bahan pembicaraan semua koass, mengingat tembok RSSA bisa berbicara? Bagaimana kalau begini? Bagaimana kalau begitu? Dan berjuta-juta 'bagaimana kalau..' lainnya, which activated my simpathetic nerves. Tidak bisa tidur dan belajar beberapa hari. Walaupun sudah meminta maaf sesaat setelah melakukan kesalahan tersebut dan beberapa MPE penebusan lainnya, namun perasaan masih saja belum bisa tenang.
The reality is, kebanyakan kekhawatiran tidak terjadi. Di saat itu, aku melihat lagi ke dalam diriku. Tya, mengapa kamu jadi orang yang sangat menyedihkan? Mengapa harus terlarut dalam kesedihan selama ini?
Perlahan aku mencoba untuk memaafkan diriku. Iya kamu salah dulu. Tapi itu dulu. Jangan sampai masa depanmu dinodai oleh masa lalumu. Hari itu aku bangun dengan perasaan yang sangat lega. Seakan terlepas dari penjara intimidasi. Sangat ringan. Walaupun aku tahu, segala sesuatu tidak akan kembali seperti sedia kala.
Aku juga belajar, betapa tidak menyenangkannya dicap oleh orang lain, apalagi kalau dicap untuk sesuatu yang buruk. Aku juga sering menghakimi orang lain. Seperti 'otak sapotong', 'patol', 'jelek', 'bodok', dll. Padahal aku sendiri tidak suka dihakimi. Kesalahan yang aku lakukan membuat aku belajar. Sangat tidak menyenangkan jadi orang yang dihakimi, apalagi dihakimi oleh pihak yang tidak seharusnya. Sangat menyakitkan hati. Seakan Bapa mau bilang, 'kalau tidak mau dihakimi, jangan hakimi orang lain juga.'
Rabu, Desember 09, 2015
Maaf
Pasien berusia 3 bulan, telah berminggu-minggu dirawat di HCU anak RSSA atas indikasi PJB asianotik dan gagal jantung. Pasien ini pernah aku ceritakan di postingan sebelumnya. Kali ini ceritanya berbeda. Saat aku mengukur TTV, seorang perawat tengah menginformasikan suatu hal kepada ibu pasien ini. Samar-samar terdengar masalah pembiayaan pengobatan pasien. Waktu aku TTV, ibu ini menangis. Kondisi pasien saat itu sudah cukup stabil, dengan saturasi yang cukup tinggi dan menggunakan alat bantu napas non-rebreathing mask (NRBM). Aku sedih. Sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa. Aku membayangkan hal-hal yang mungkin terlintas di pikiran ibu tersebut. Tidak mungkin ibu tersebut tega membiarkan semua alat bantu hidup dilepaskan dan membiarkan anaknya meninggal karena hipoksia. Namun mempertahankan hidup dengan bantuan berbagai macam alat kedokteran juga bukan tanpa resiko dan pilihan yang murah. Apalagi pasien ini adalah pasien umum.
Tidak begitu lama setelah aku TTV, datang PPDS bedah. Ternyata pasien ini dikonsulkan ke Lab Bedah untuk pemasangan WSD, atas indikasi pneumothoraks di paru kanan. Pneumothoraks itu resiko tindakan bagging. Selang 1-2 jam setelah pemasangan WSD, tiba-tiba pasien mengalami desaturasi. Waktu aku perkusi, dada kanannya hipersonor. Bad feeling. WSD tidak paten. Aku cek WSD nya, cairannya masih naik turun. Tapi pasien biru, dengan saturasi O2 antara 30-50%. Ibunya sudah nangis-nangis. Akhirnya pasang ETT lagi. Bagging lagi. Tapi karena pasiennya benar-benar kritis, yang bagging langsung PPDS. Itupun saturasi O2nya berkisar di angka 40-50%. Setelah berbagai macam usaha, akhirnya tengah malam pasien meninggal. Sedih. Aku tahu prognosis pasien ini sudah dubia ad malam. Yang bikin paling sedih itu sebelum pulang, ibu pasien salaman sama semua orang di HCU. Termasuk mbak dokter muda Tya.
Oke aku mau pengakuan dosa. Bu, maafkan DM Tya yang lupa TTV setelah pemasangan WSD. Maafkan DM Tya yang malas TTV tiap jam, karena berpikiran setelah dipasangi WSD pasien akan baik-baik saja. Walaupun aku juga tidak tau apakah prognosisnya semakin membaik bila diketahui lebih cepat. Tapi setidaknya bertahanlah selama jam jagaku dek..
Senin, Desember 07, 2015
Koass pun pasti berlalu
Tapi kamu enggak boleh ngeluh.
Karena malam-malam yang melelahkan ini mungkin akan menjadi malam yang sangat kamu rindukan nanti.
Ya, aku mau memilih untuk menikmati setiap langkah.
Aku suka berjalan menggunakan sendal jepit di rumah sakit ketika bekerja di waktu jaga.
Aku suka berjalan sendiri di lorong RSSA di tengah malam saat mengantar konsulan ke lab lain. Sambil terkadang mencuri pandang ke langit malam untuk melihat bintang atau bulan.
Aku suka priviledge yang aku dapat hanya dengan menggunakan jas lab atau baju jaga dan name tag dokter muda. Aku bisa berjalan ke sudut manapun di rumah sakit tanpa takut dianggap aneh atau ditahan satpam.
Aku suka saat aku dipanggil dengan panggilan yang benar. Terima kasih RSSA untuk pin dokter muda-nya.
Karena koass pun pasti berlalu. Dan aku tidak menyesal, karena aku telah menjalaninya dengan sebaik-baiknya.
Selasa, Desember 01, 2015
Wasn't waste of time
Sejak berahun-tahun yang lalu, dokter muda yang masuk lab IKA hampir setiap hari berurusan dengan bagging. Bahkan bisa sampai seharian (saat stase dan saat jaga, kurang lebih bisa sampai 36 jam). Sudahlah, tidak usah dibahas bagging itu tugas siapa, maupun siapa yang mendapat uang jasa bagging. Membahas hal-hal tersebut hanya menimbulkan sakit hati.
Berita baiknya, semenjak bulan Agustus kemarin stase tersebut ditiadakan. Dengan demikian tugas bagging hanya dikerjakan dokter muda saat jaga.
Bekerja di ruang HCU anak cukup melelahkan, walaupun pasiennya cukup sedikit (bila penuh 11 pasien) dibandingkan HCU bedah (sekitar 30an pasien). Apalagi bila baggingan lebih dari 2 dan kondisi pasien banyak yang tidak stabil. Setiap jam memeriksa TTV, nebul, dan suction. Baru selesai cek TTV, nebul, dan suction untuk jam 7, jam sudah menunjukkan jam 8.
Sekian pengantarnya, sekarang masuk ke cerita utama. Hari sabtu kemarin jaga malam di HCU anak. Naik jaga udah ngantuk duluan, gegara sebelum jaga jalan-jalan ke MOG sampai jam 3. Baggingan ada 2, dokter mudanya 4. Jadi langsung bagi tugas bagging dan TTV dengan 3 teman lainnya. Aku kebagian bagging dulu. Pasien yang aku bagging anak laki-laki, sekitar 4 tahun, didiagnosa dengue shock syndrome (DSS), pasien demam berdarah yang sedang berada dalam fase kritis. Waktu bagging sambil ngantuk-ngantuk, tiba-tiba ibu pasien datang, dan berbisik ke anaknya. "B****, anakku sayang, cepat sembuh ya nak. Nanti ikut mama jalan-jalan. Yang kuat ya nak, B**** harus bertahan." Ehm, waktu dengar ibu itu ngomong gitu ngantuknya langsung hilang. Ya ampun, aku hampir-hampir lupa kalau anak yang aku bagging ini anaknya orang. Ada orang yang mengasihi dia, ada orang yang akan sangat bersedih bila dia meninggal. Dia anak seseorang. dia masa depan orang tuanya. Dia kebanggaan orang tuanya. Mungkin aku akan jauh lebih sedih dari ibu itu, bila yang terbaring sakit adalah anakku. Dan yang paling bikin nangis, dia mempercayakan hidup anaknya ke tangan seorang koass, seorang koass yang sudah lelah duluan melihat pasien HCU yang ramai dan banyak baggingan, seorang koas yang sering ketiduran waktu bagging, seorang sarjana kedokteran yang minim pengalaman dan pengetahuan. Di sisi lain, pasien DSS hanya butuh bertahan hidup (dan dipertahankan hidupnya oleh tenaga medis) setidaknya selama masa kritisnya, sekitar 48 jam. Saja. Apabila telah melewati masa kritis, bisa dipastikan prognosisnya baik.
Ada lagi pasien lain, bayi laki-laki, dengan gagal jantung karena penyakit jantung bawaan asianotik. Anak ini merupakan anak ketiga. Awalnya pasien terlihat sesak dan sering berhenti saat menyusu. Ibu pasien sudah mengeluhkan sesak pasien ke seorang tenaga kesehatan, namun tenaga kesehatan tersebut terlambat menyadari. Akibatnya pasien terlambat ditangani dan jatuh ke kondisi gagal jantung. "Saya dirujuk kesini dari RS Miriam karena disana alatnya enggak ada. Tapi sampai disini alatnya juga dipakai semua, jadi katanya napasnya mau dibantu manual. Saya enggak ngerti manual itu gimana, tapi nekat aja. Ya ternyata manual itu kayak gini, dipompa pakai tangan. Duh mbak, kemarin itu sering biru, apalagi kalau nangis. Saya pikir emang kayak gini kulitnya, emang jadi tambah hitam. Ternyata biru. Sekarang udah merah saya senang." Pasien ini sadar, bergerak-gerak, kadang bernapas spontan, kadang lupa bernapas. Diakhir jam jaga, tiba-tiba pasien ini arrest. Eman, sudah di bagging semalaman, gak lucu kalau dibungkus. Apalagi setelah tadi sempat ngobrol sama ibunya. Langsung di RJP sama PPDS dan manggil ibu pasien. Deg-degan waktu proses RJP. Duh jangan sampai dibungkus (a.k.a meninggal), jangan sampai pergi dulu please. Apalagi waktu lihat ibunya sudah nangis-nangis. Pengalaman sebelumnya di lab Bedah, kalau sudah di RJP berarti kemungkinan besar bungkus. Eh beberapa menit kemudian saturasi O2 nya naik jadi 90, dan beberapa detik setelahnya mata pasien ketap-ketip dan badannya gerak-gerak. Dek, dek, kamu bikin khawatir saja.
Jaga HCU anak memang melelahkan, tapi aku bersyukur bisa belajar banyak. Waktu yang berlalu tak akan sia-sia, karena kita belajar sesuatu :)
Selasa, Oktober 20, 2015
Through our lives and through our hands..
2 jam menjelang berakhirnya jaga malam bedah, datang seorang ibu. Pasien non trauma, keadaan umum tampak sakit sedang. Dari inspeksi sudah terlihat jelas kalau ibu ini menderita ca mamma T4dNxMx.
T: ibu ada keluhan apa?
I: ini darahnya enggak berhenti keluar mbak. Di rumah sudah saya coba tutup pakai sofratul dan kasa yang gede-gede tapi tetap enggak berhenti.
Berhubung sudah hampir turun jaga, jadi saya dan teman saya memutuskan untuk rawat luka saat itu, walaupun belum di AP (atas perintah, a.k.a diperintah) PPDS. Toh juga pasti kita yang disuruh rawat luka.
Sambil merawat luka, saya dan teman saya sedikit menganamnesa perjalanan penyakit sang ibu
T: tadi ibu katanya sudah pernah di kemo di sini ya?
I: iya, dulu tahun 2007 di kemo di sini 3 kali, terus katanya mau dioperasi, tapi saya enggak berani.
Menggeram dalam hati. Bu, memangnya sel kanker bisa menghilang begitu saja? Duh percaya aja sama dokter kenapa sih? Puji Tuhan kata-kata itu tetap di dalam hati.
T: dulu benjolannya kayak gimana bu?
I: dulu kecil, enggak kelihatan. Saya di rumah cuma berdua sama anak saya, dia itu juga enggak peduli sama saya. Suami saya juga sudah enggak ada. Makanya saya enggak kontrol. Soalnya rumah saya jauh, enggak ada yg nganterin.
T: Oo.. Gitu ya bu.. Terus tadi kesini sama siapa bu?
I: Sama perawat dari RS Baptis dan sama kakak saya mbak.
Aku berusaha keras untuk tidak menyalahkan dan menambah penyesalan. Walaupun kanker sebenarnya mempunyai prognosis yang cukup baik bila ditangani di stadium awal. Sedih. Masih banyak orang yang belum mengerti tentang kesehatan. Tapi dalam kondisi ini nasi sudah menjadi bubur, tidak ada lagi yang bisa dikerjakan selain terapi paliatif.
Anyway, ceritanya pagi itu baru ikut seminar misi medis perdana di Malang. Disana diingatkan lagi tentang mimpi untuk jadi garam dan terang di rumah sakit. Selama 2 bulan di rumah sakit mimpinya sama sekali belum terlaksana. Alasannya banyak, kalo di IGD capek lah, banyak kerjaan, kaki pegel, nganterin foto ke radiologi, ngisi lembar observasi dll. Kalau di ruangan yang enggak enak diliatin keluarga pasien lain, malas, ngantuk, lebih memilih bercerita dengan teman jaga, dll.
Di fase awal ini aku memilih untuk mempraktekkan prinsip kedokteran nomer 1, primum non nocere (first, do no harm). Okay, hal ini mungkin sudah bisa teratasi. Yang kedua masalah raut muka. Mencoba untuk terus tersenyum disaat kondisi ngantuk, lelah, ada pasien di P1, dan banyak tindakan itu susah. Susah sekali. "Tya kamu kok lemes banget." "Tya kamu sakit ta?". Mukanya Tya memang begini T.T Makanya sejak dari saat itu mulai mencoba menghilangkan muka tapres dan lelah saat jaga.
May we be a people a people of integrity
Being whom we say we are & doing what we say
May we be a people a people with humility
Reconciled to God and man in Jesus name
Bring Your healing to the nation
through our lives & through our hands
Bring your healing to the nation dear Lord,
change our lives and change our land
May we be a people, a people mending broken lives
Giving hope to broken world by the Grace of God
May we be a people, a people serving God and man
bringing love and dignity,in Jesus name
Selasa, September 01, 2015
Seasons come, seasons go
Through your pain as you try to just let go
Come to me in your hour of darkness
As you know that I'll be there
Don't you know I've been waiting for you
Seasons come and seasons go
Sun will shine and flowers grow
Winters come and my heart's yours
For I will never leave you alone
Close your eyes and you'll find you're not alone
Thru the night i won't leave you or let go
Come to me in your hour of darkness
As you know that I'll be there
Don't you know I've been waiting for you
Seasons come and seasons go
Sun will shine and flowers grow
Winters come and my heart's yours
For I will never leave you alone
Seasons come - True Worshippers
Selasa, Agustus 11, 2015
Bulan terakhir :)
Tulisan ini diketik sambil menunggu antrian kontrol dokter gigi, Agustus 2015.
Semenjak uang beasiswa habis tertiup angin, sudah kurang lebih 5 atau 6 bulan yang lalu aku hidup dengan uang bulanan yg dikurangi 500 ribu untuk membayar cicilan behel. Bukannya tidak bisa minta uang tambahan di papa, tapi sungkan (dan gengsi). Waktu bulan-bulan awal hidup rasanya melas banget. Dan budget yang paling sering dikorbankan adalah budget main, jajan, dan lauk bulanan. Dari yang dulu paling cerewet kalo Ariel malas bayar uang lauk bulanan, jadi bersyukur sekali Ariel beberapa bulan ini enggak pernah lupa bayar, jadi tetap bisa makan 3 kali sehari. Sempat kepikiran mau pinjem uang ke tante. 'Nanti kembalikan kalau uang beasiswa sudah turun'. Tapi tidak Tuhan ijinkan.
Walaupun begitu berkat Tuhan sepanjang beberapa bulan terakhir ini tidak pernah putus. Entah tante tiba-tiba main ke malang, diajak makan diluar terus pas pulang snack-snacknya ditinggal di rumah Malang, atau nonton seminar hasil penelitian terus pas pulang dapat kotakan kue/nasi, atau dateng ke sidang TA teman, atau sertijab wakil dekan, atau tasyakuran akreditasi A jurusan Pendidikan Dokter FKUB, atau ditraktir temen yang ulang tahun, dan atau atau lain. Intinya enggak pernah tuh kekurangan makanan.
The hardest part is over~
Sekarang doanya biar enggak kalap, apalagi dua bulan lagi beasiswa turun :3
Minggu, Juli 12, 2015
24 SKS (rasa 64 SKS)
sukses panum! sukses koas! sukses jadi dokter! sukses sempro! sukses th***s! :D
Minggu, Juni 28, 2015
Story of The Sun
Once upon a time, the sun was angry with God Almighty.
"Why put me in the tent? Nobody can see me here. No one will ever see my light." the sun said.
"Your tent is sooo boring. Can I go out there?" the sun asked.
"How can I survive in Your tent? Your promises seem far away." the sun begged.
But God never let the sun goes out.
"Stay there." He said.
"Trust Me." He said.
"My plans are bigger than yours." He said.
So five years passed,
The sun now happily stays at the tent of God,
which He built with His hand.
The sun cries no more.
Complain no more.
The sun is enjoying in the tent of God.
The sun has started to understand
that God is the sun's shepherd.
The sun shall not want anything.
The sun now realizes that God keeps the sun from disappointed and heartbroken.
The sun still does not understand the whole plan of God yet.
But God's tent is the place the sun belongs to be right now.
The sun is not lonely.
Even though the sun is alone.
The sun was lonely.
But not anymore.
Selasa, Juni 23, 2015
Menghidupi mimpi orang lain
taken from pinterest.com |
Taken from voyagevixens.com |
Dreamer
Dreams of dreamers are endless.
The thrills of tomorrow will always be their friend.
But this dreamer is tired of dreaming.
Her endless dreams sometimes bring her to a restless and running-in-cycle life.
Why dreamer love to dream?
Doesn't the discrepancy of realities and dreams hurt you?
What is your prize if you are dreaming instead of working?
The dreams you are making in your comfort zone,
Will forever be dreams if you are still there.
I want to be dreamless.
Less worries and less stresses.
Living a calm life.
Like today is the end of the world.
Mind, please stop your creative imagination of the future.
Today is the end of the world.
Wake up.
Dream no more.
Face the realities.
Because the future depends on today's choices.
Kamis, Juni 04, 2015
Ekor atau kepala?
Ekor singa memperhatikan kepala kucing, kemudian berpikir dengan sombong,
Kalau aku di sana, aku juga bisa jadi kepala kucing. Dihormati banyak orang, selalu didahulukan, dan selalu jadi yang utama. Tapi bagaimana bisa bertahan hidup tanpa daging kaleng dan lemari pendingin sepanjang musim kering?
Kepala kucing ternyata juga memperhatikan ekor singa, sambil bergumam dalam hati,
Menjadi ekor singa pasti menyenangkan. Tidak perlu memusingkan tanggung jawab yang besar, dapat hidup tenang dan aman. Namun bila aku tinggalkan kaki-kaki ini tidak mungkin dapat bergerak dengan sinergis, bahkan tubuh pun cepat atau lambat akan mati.
Menjadi ekor atau kepala, apakah hanya sebatas pilihan?
Ataukah garisan takdir?
Senin, Juni 01, 2015
Final Day Dekan cup 2015
#avengers #DMJUARAUMUM
Minggu, Mei 31, 2015
Forgive and Forget
Aku dalem hati : kalian enggak tau sih apa yang terjadi beberapa hari yang lalu.
Rasanya menyakitkan kalau kita disalahkan, seakan tidak serius berusaha. Padahal sudah banyak yang telah dikerjakan. Dipojokkan di depan kotak pandora, dibuka salah, namun bila tidak dibuka juga salah.
Memang, ada ujian supaya terbukti tahan banting. Dibanting berkali-kali, diinjek pake kaki, digilas buldoser, dan ujian-ujian lainnya. Yang tahan banting adalah yang mampu tersenyum dan bersyukur, disaat semua ujian tersebut terjadi. Hey, benda yang tahan banting enggak mengeluh atau membenci ujian, tapi berterima kasih, karena ujian membuktikan sifat tahan bantingnya.
Thank you, for the pressure.
Kamis, April 30, 2015
Kiss of Heaven - Darlene Zschech
As warm as a hug
Like a couple of wings
As light as jingle bells
Aku suka konsep video ini. Awalnya ngerasa, kok video clipnya sedih, enggak cocok sama lagunya yang riang. Terkadang, lagu sedih tidak selalu identik dengan bad day, tapi bisa jadi pengingat di hari bahagia. Begitupula lagu menyenangkan bisa jadi penyemangat di situasi yang tidak menyenangkan.
Awal tau lagu ini adalah waktu beli buku dengan judul yang sama. Di beberapa halaman terakhir ada lirik lagu ini. Liriknya terlihat membosankan. Tapi akhirnya coba cari di youtube. Pertama kali denger langsung suka. Suka banget! Lagu ini kayaknya bakal pas banget buat bekal selama koas. Membayangkan gimana nantinya 2 tahun muter-muter rumah sakit, bolak balik kayak setrikaan, bagging semalaman, jaga drip-dripan, dorong EKG kemana-mana, tidur 2 jam sehari, menghadapi konsulen pas morning report, nulis berlembar-lembar rekam medis, dan berbagai latihan lainnya.
Yudisium ceria :-)
Thanks be to God, Aditya Angela Adam is officially S.Ked.
Setelah tiga setengah tahun lebih muter-muter FK, bolak-balik slide kuliah, ngerjain ribuan soal, dan menghadapi ratusan ujian. Hari ini akhirnya datang :)
Best day of all
one of the best days of my life
when you called literally everyone
told them how proud you are of me
the day when all the pains we felt were worth the price
the day when God convinced His inevitable promise to us
the day when every tears were happiness
the day when we sang the song of gratefulness
Until today, you always introduce me with a proud to all your friends.
There will comes a day when i stop asking you for money
and i promise, you will spend the rest of your life in peace,
doing everything you love to do
Minggu, April 12, 2015
Fogged eyes
I am not gonna live by what i see
I am not gonna live by what i feel
Ditengah tumpukan tugas yang menjemukan, puluhan jurnal yang harus dibaca dan dipahami.
Ditengah berbagai dateline dan target.
Disaat 24 sks terasa seperti 64 sks.
Deep down i know that You are here with me
And i know that You came to anything
Help me see the bigger picture. Help me see the unseen.
Life should be more than this. This routine should not killing me.
Enggak boleh ngeluh. Enggak boleh males-malesan. Ini pilihan yang sudah kamu ambil dengan pemikiran matang dan dewasa.
Terus kalaupun sebelumnya sudah tau akan seberat ini, apakah akan langsung menyerah?
The price is worth the pain
Through You i can do anything
I can do all things
Cause it's You who gives me strength
Nothing is impossible
Tugas, proposal, UTS, UAS, ktb. Anything!
Nothing is impossible.
Kuncinya cuma tekun, fokus, andalkan Tuhan.
Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberikan kekuatan padaku.
Through You blind eyes are open
Strongholds are broken
I am living by faith
Nothing is impossible
Open my blind eyes.
Help me see the bigger picture.
Help me see the unseen.
Life should be more than this.
This routine should not killing me.
Because You have overcome the world.
Song: Nothing is impossible by Israel Houghton
Jumat, Februari 27, 2015
Pasca Sidang TA
Tadi pas sidang sempat 2 kali kepikiran:
"Heeh, lu sadar sonde? Sekarang lu ada sidang TA! Sidang yang lu nanti-nantikan sejak awal semester. It is happening, NOW!"
It distracted a bit. But it's okay, and funny. Hahaha
Itu hal yang bikin semangat waktu presentasi, dan waktu jawab pertanyaan. I was there. Titik yang selalu diimpikan sejak awal semester 6. Sekarang semuanya tinggal kenangan. Cerita tentang TA selesai sampai disini.
Dan sekarang, di atas tempat tidur sambil mengingat hari yang baru saja berlalu. 24 jam yang lalu masih tidur dengan palpitasi dan peningkatan kadar adrenalin. Sekarang tidur dengan senyum lega dan ucapan syukur atas kebaikan Tuhan dihari ini. Mulai dari cuaca yang cerah, padahal tadi pagi sempat mendung. Sidang yang lancar, penguji dan pembimbing yang baik, walaupun revisiannya seabrek. Setidaknya bisa keluar ruang ujian dengan senyuman. Sempat foto bersama penguji dan pembimbing. Di luar teman-teman sudah nunggu untuk ngasi ucapan, hadiah dan foto-foto, walaupun keinginan foto bareng semua sepertinya memang sulit direalisasikan, dan dapet kejutan belated birthday dari KTB YOUTH.
Dikasi balon, bunga, dan boneka dari rumpik ;;)
bonekanya peluk-able banget lagi, dan masih kecium bau toko-nya.
Hadiah antimainstream dari KTB Auxano. Doanya supaya kak Tya bisa jadi kakak KTB yang super dan dapet jodoh yang kayak superman. Emm, doa yang baik diaminin aja deh..
Thank You for Your kairos
Thank You for letting me taste the joy of right happening.
________________________________________
Aku suka baca-baca lagi postingan lama. to taste life twice (or more). Aku inget beberapa minggu sebelumnya udah pasrah bakal sidang TA tahun 2015. Eh tau-tau diijinin sidang tanggal 9 Desember. Bapa memang baik sekali
Ku sudah pasrah untuk melepas mimpi sidang bulan Desember. Btw ini sticky notesnya aku tempel di laptop buat penyemangat waktu mulai males ngerjain TA. |
Kupang, 1 Juni 2019
Selasa, Februari 24, 2015
Persimpangan Jalan (?)
Siapa bilang setelah kuliah di kedokteran ga pusing mau kerja dimana? Iya sih, ladang pekerjaan masih sangat terbuka lebar, tapi dunia kedokteran tidak sesempit jadi dokter yang mengobati pasien.
Ya, ini titik dimana mulai memikirkan dunia apa yang akan dijalani sepanjang sisa usia.
Disaat menjadi seorang praktisi 'biasa' terlihat menjanjikan sekaligus membosankan, dunia manajerial menakutkan walaupun dinamis. Mempertimbangkan dunia akademisi kemudian mengingat TA yang dikerjakan 2 tahun masih sangat tidak sempurna dan jurnal yang belum juga publish. Tapi tetap pengen jadi dosen biar awet muda (gitu ya, motivasinya bukan bagi ilmu tapi awet muda -_- maafkan aku calon mahasiswa dan mahasiswiku).
I shouldn't worried. I know who holds my future :)
Que sera sera, what ever will be will be
The future's for us to see
Que sera sera
What will be will be
What will be will be
Persimpangan jalan? Yaelah, lulus UKDI aja belom .__.
Rabu, Januari 14, 2015
Effortless beauty
Apa sih definisi cantik?
Paparan iklan televisi dan media massa lain seakan mendikte kita apa itu cantik. Tidak terkecuali, yang kurang sempurna dan nyaris sempurna sama-sama berusaha untuk menjadi sempurna. We, woman, are trying hard to look beauty, dengan berbagai alasan. Entah sebagai bentuk aktualisasi diri, supaya dilihat orang lain, ataupun untuk menarik perhatian lawan jenis. Berbagai macam make up, perawatan kulit, baju-baju mahal, atau minimal terlihat mahal. Mukanya udah bermake up, bajunya udah bagus, tapi sepatunya jelek. Beli sepatu bagus, tapi tasnya jelek. Beli tas bagus, eh tapi kurang lengkap kalo enggak pakai perhiasan. Tidak pernah puas. Sadar atau tidak, banyak tenaga, waktu, emosi, bahkan uang yang terkuras dalam usaha menjadi cantik. Apakah itu effortless? Tentu tidak.
Waktu ngobrol dengan seorang wanita senior, tiba-tiba beliau nyeletuk, "kalau mau cantik, muka bercahaya, duduk di hadirat Tuhan. Kayak Musa yang abis ketemu Tuhan mukanya bercahaya."
I think that is the real effortless beauty.
Little Wonders
"Bulan Agustus/September 2014, liat sunset di pinggir pantai di Kupang dan minum kelapa muda, dengan semua target akhir semester telah tercapai."
Targetnya mulai dari belajar yang rajin supaya gak SP dan bisa liburan (atau mengerjakan TA) dengan tenang, minimal 2 kali KTB dlm semester ini, menyelesaikan logbook penelitian, dan minimal berapa kali konsul ke dosbing 1 dan 2, dan lain-lain.
Rencana untuk sidang sudah dimulai sejak awal masuk semester 6. Bahkan saat itu sudah mulai merencanakan agenda liburan tengah tahun supaya pengerjaan TA bisa efektif dan bisa sidang sebelum masuk semester 7.
Demi ngeliat sunset di pinggir pantai sambil minum kelapa muda.
Demi.
Sebenarnya tujuannya bukan itu sih. Lebih ingin menikmati masa bebas, tanpa terbeban TA. Ingin menjadi mahasiswa kupu-kupu, karena sudah terlalu lelah mengikuti organisasi tapi SKK sampai sekarang masih belum mencapai nilai minimum, dan terlalu muak mengerjakan TA. Pengen balik jadi maba, minus keribetan probinmaba. Pengen memfokuskan diri pada hal-hal yang memang seharusnya diprioritaskan.
Tapi rencanaku bukan kehendak Tuhan.
Berbagai hal terjadi, halangan rintangan menghadang. Agustus berlalu, September, Oktober lewat sambil nangis bombay. November sudah hopeless, pasrah kalau sidang tahun depan.
Did you ever feel like God is waiting for you? The part when He's silent until you change your point of view, to trust Him even though He's not answering.
Disaat aku udah pasrah, jalan malah terbuka. Tanggal 9 Desember datang, dan sidang TA berlalu.
Aku sudah ada disana. Momen yang selalu diimpikan sejak semester 6. Sekarang semuanya tinggal kenangan.
Those small hours will remain :)