Dari dulu aku suka melihat bintang. Entah bagaimana awalnya. Yang aku ingat dulu sewaktu ikut OSN SMP 2008 dan OSN SMA 2010 milihnya pelajaran antimainstream, Astronomi. Tau saja di Kupang jaman jahilya saat itu, boro-boro guru astronomi seperti di Bandung atau kota lain di Jawa, soal olimpiade tingkat provinsi saja pernah dibahas dengan cara mencari jawaban terbanyak, bukan terbenar. Itu nyata, dan aku ada disana.
Modalku ikut OSN astronomi hanya kumpulan booklet Majalah Bobo tentang astronomi, dan sedikit soal-soal astronomi hasil browsingan di internet (walaupun 99% soal tersebut tidak dipahami juga). Sempat install software khusus astronomi juga, namanya Stellarium. Hasilnya? Tidak begitu memuaskan, tapi tidak buruk juga.
Aku suka memandangi bintang-bintang. Kadang berusaha untuk menghafal beberapa rasi bintang dan nama beberapa bintang. Tapi sekarang sudah lupa lagi. Rasi yang paling diingat Orion karena iklan D*ncow, Crux karena paling gampang dan selalu menunjuk arah selatan, dan Scorpio karena identik dengan bulan November. Kadang berharap melihat komet atau asteroid yang masuk ke atmosfer bumi, atau ISS yang kebetulan lewat di langit Kupang.
Saking senangnya melihat bintang, dulu sampai gunting-gunting hiasan glow in the dark jadi puluhan, mungkin ratusan, potongan kecil (dan itu kerasnya bukan main). Potongan-potongan itu lalu ditempelin ke kertas minyak, dan kertasnya ditempel ke langit-langit kamar. Jadi setiap mau tidur bisa seakan melihat langit malam di dalam kamar. Rasanya hangat dan menenangkan. Ya, bahagia itu sederhana.
Dan sekarang, LAPAN berencana untuk membangun observatorium nasional di Kupang. Iya di KUPANG! Semua orang yang tertarik ilmu astronomi pasti pengen ke Bosscha di Bandung. Termasuk aku. Tapi sampai detik ini belum pernah ke sana. Waktu tahu kalau di Kupang mau dibangun observatorium, i am super duper exciteddd! You've chosen the right place, Sir!