Senin, Januari 11, 2016

2015

2015.
Yudisium dan wisuda S.Ked. Kuliah Biomedik. Koass.
3 hal yang menggambarkan beberapa perubahan besar yang terjadi di tahun 2015.
Peralihan dari preklinik ke klinik sebelumnya merupakan suatu hal yang sangat aku takuti. Aku takut tidak mampu bertahan selama jam jaga malam. Aku takut bila diharuskan terus berinteraksi dengan orang-orang yang tidak aku sukai. Bayangan tentang kehidupan koass yang tinggi tekanan baik fisik maupun mental tidak pernah berhenti berkeliaran dipikiranku saat membayangkan kehidupan koassku nantinya.
Kuliah biomedik. Mungkin ini bukan pilihan yang tepat. Bahkan sejujurnya aku tidak tahu apa gunanya gelar ini selain untuk mengajar calon mahasiswaku nantinya. Aku ingat sempat membayangkan diriku mengajar tentang proses transkripsi dan translasi di tengah kuliah Bu Dhani tentang transkripsi dan translasi. Walaupun begitu, aku suka belajar sesuatu yang baru. Mengetahui betapa rumitnya tubuh manusia, bahkan dalam satu sel yang tidak kasat mata masih ada zat yang jauh lebih kecil, yang masing-masing mempunyai peran dalam pengaturan fungsi sel. Dimana proses kematian sel yang terjadi dalam waktu beberapa detik melibatkan ratusan bahkan ribuan protein yang saling berinteraksi. Atau proses pembelahan sel yang membutuhkan kerja sama dari berbagai protein terkait, yang bila salah satunya rusak dapat mengakibatkan gagalnya proses pembelahan sel. Haha, sebenarnya 80% ilmu biomedik yang dipelajari sejak Februari - Juni 2015 saat ini sudah menguap entah kemana. Tapi setidaknya aku tahu buku apa yang harus aku buka disaat aku membutuhkan ilmu tersebut.
Kuliah biomedik memaksa area wernickeku belajar untuk merangkai kata dengan baik lewat berbagai tugas makalah. Mungkin anda bisa menyadari betapa berkembangnya perbendaharaan bahasaku sejak 1 tahun terakhir ini. Bukan hanya anda, saya juga merasakan perubahan itu. Kuliah biomedik memaksaku juga untuk terus membuka mata dan menggerakkan jemari tangan untuk mengetik kata demi kata disaat dateline pengumpulan makalah sudah di depan mata. Bila semasa preklinik tidur cukup adalah hal yang utama, di minggu ujian sekalipun, kuliah biomedik mengajarkanku untuk melampaui batas. Tidak apa tidur diatas jam 12, asalkan semua tugas sudah selesai dikerjakan dan semua materi ujian telah dibaca, walaupun dengan dopping caffein peroral.
Koass.
Tak terasa sudah 5 bulan berlalu sejak hari pertama masuk di dunia yang baru ini. Semua hal-hal yang dianggap menakutkan semasa preklinik, nyatanya tidak semenakutkan itu. Ya, koass tidak seberat yang dibayangkan sebelumnya. Aku melihat teman-teman gelombang 1 yang semasa preklinik terbiasa dengan tidur teratur, ternyata mampu bertahan jaga malam. Dan kebanyakan kakak kelas yang mampu bertahan hingga bisa menyelesaikan koass. Setelah dijalani, ternyata Tya kuat begadang semalaman tanpa tidur. Ternyata Tya kuat berkeliaran di IGD RSSA semalaman, walaupun istirahatnya lesehan di pojokan IGD tidak sampai sejam. Koass bukan berarti tanpa istirahat karena banyak celah yang bisa dipakai untuk waktu berisitirahat.
Banyak cerita yang terukir selama 5 bulan menjalani kehidupan sebagai dokter muda di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Kesedihan saat mengetahui fakta bahwa pasien trauma dengan kondisi yang sangat buruk, atau pasien anak perempuan manis yang berprognosis dubia ad malam. Air mata yang tertahan dan tenggorokan yang tercekat saat keluarga pasien berterimakasih, pada waktu mereka meninggalkan rumah sakit untuk menguburkan pasien. Terkagum atas proses penyembuhan yang berlangsung sedemikian cepatnya, mampu mengubah anak trauma dengan GCS 112 menjadi sehat dan ceria dengan GCS 456. Geregetan dan perasaan kesal disaat terdengar panggilan 'mbak koaaaass!' atau 'dek koaaaass!' melengking di udara. Sukacita yang luar biasa kala resusitasi cardiac arrest berhasil. Ketegaran saat responsi dan referat hancur berantakan, tapi karena kasih Bapa, supervisor penguji berhati malaikat. Konflik dalam diri saat tanpa sengaja 'membunuh' teman sejawat di depan supervisor. Bahagia disaat bisa punya hari libur santai tanpa jaga, walaupun hanya sehari. Lelahnya kaki dikala jaga malam IGD dengan belasan pasien bedah. Beratnya kepala dan mata disaat menjadi asisten bedah minor pasien P1 IGD yang membutuhkan puluhan jahitan di kulit  kepala. Palpitasi et causa lepasnya ribuan molekul adrenalin di setiap minggu terakhir suatu lab, serta perasaan yang luar biasa lega setelah berhasil melewati semua  ujian. Ya, perasaan lega seperti yang aku rasakan saat ini.
Lima bulan ini berlalu dengan sangat cepat. Kadang aku khawatir, sanggupkah pengalaman selama menjadi koass menjadi bekal praktekku kedepannya? Aku khawatir saking cepatnya waktu berlalu, ilmu itu juga ikut berlalu. Aku khawatir hari-hari patol yang aku jalani sekarang mungkin akan kusesali nantinya.
Tiga lab telah berlalu. Masih ada 12 lab lagi yang akan dijalani selama 16 bulan kedepan. Perjalanan masih panjang. Tapi tenang, koasspun pasti berlalu.

Mbak koass, nanti kalau sudah (merasa diri) koass geriatri, harus ingat hatinya jangan sampai ikutan geriatri dan jadi dingin.

Terima kasih Bapa untuk tahun 2015 :)