Rabu, Desember 26, 2018

Minggu, Desember 23, 2018

Buka Hati

Lagi sukaaaa banget dengerin lagunya Yura Yunita yang judulnya Buka Hati. Lagunya memang lagu orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan (Tya felt so related)

Tapi, coba dibayangkan kalo yang nyanyi itu Bapa. CintaNya Bapa juga sering bertepuk sebelah tangan. Bapa sedih ngeliat kita cinta dengan hal-hal lain. Ngutip kata-katanya om Jon Foreman waktu nyanyi I Won't Let You Go, 'i tried to sing this song from the other side, from the inside of the love'



Duhai Diri,
Ubahlah arusMu jadi arah
Yang dia sukai
Rendahkanlah hatiMu

Bukankah Bapa yang sudah merendahkan diri untuk kita? Tuhan yang Maha Dahsyat merendahkan diri dan jadi manusia. Belum cukup segitu, masih juga mati diatas kayu salib dan menanggung kutuk karena kita. Ini terjadi bahkan sebelum kita tau kita salah, sebelum kita sadar kita berdosa.

Duhai alam
Hujani dia dengan cinta
Dan hatinya yang terbuka
Aku menyayanginya

Berkat Tuhan mana yang kamu dustakan? Keluarga lengkap, kesehatan, damai sejahtera, semua kebutuhan tercukupi, dan masih banyak lagi.

Dan terbukalah hatimu
Ada jalan untukKu
Milikimu, sayangimu
Dan terbukalah hatimu
Ada jalan untukKu
Milikimu, sayangimu

Biar reda hatiKu
Aku punya kasih yang
Lama Kuramu untuk
Kamu


<3

Bukankah roh yang ada di dalam kita diinginiNya dengan cemburu?
So now He's knocking at your front door
Will you open the door for Him?

Kamis, Desember 13, 2018

Sumpah Dokter

Malang, 25 Oktober 2017.
H-1 sumpah dokter.
Hari penuh drama. Pagi tiba-tiba MUA yang udah dibooking beberapa minggu sebelumnya nge WA kalo besok dia gabisa. Padahal udah DP. Akhirnya minta dicariin MUA pengganti sama orangnya. Satu.

Dua. Di waktu yang hampir bersamaan dosen nanya kerjaan. Yang aku baru inget kalo belom selesai dikerjain. Cepet-cepet ngebut ngerjain dan dikirim email.

Tiga. Baru inget kalau belom booking tempat foto keluarga. Pusing karena tempat foto inceran yang background dan propertinya pas banget (banget) sama baju ternyata tutup karena mallnya mau direnovasi. Studio fotonya ada di tempat lain sih, tapi propertinya jadi bedaa. Sedih.
Akhirnya pilihan ke plan B. Studio foto yang kecil tapi lumayan lah. Lebih murah juga daripada pilihan pertama. Nge WA masnya dan booking.

Jam 9 kuliah. Untung ga presentasi 
Abis kuliah ke RSSA. Kerjaan harus tetap (terlihat) professional.

Pulang rumah langsung beberes rumah karena bentar lagi papa mama oma tante dan (hampir) semua dateng. Atur-atur barang, atur tempat tidur, dll

-----------------------------------------

lupa banget ada foto ini wkwkwkw 
baru upload setelah 5 tahun kemudian



Satu tahun kemudian, 

Aku coba mau ngelanjutin cerita tentang betapa rempongnya H-1 Sumpah Dokter, tapi udah lupa. Yang aku ingat hanya itu hari yang gloomy, hujan rintik-rintik, dan Tya rempong sendiri. Pagi-pagi udah mini heart attack gara-gara MUA dan dateline kerjaan. Pulang-pulang nangis di jalan (biasaaa) tapi terus ingat nangisnya ga boleh lama-lama nanti matanya bengkak. 

Sekarang harus dibiasakan hidup dengan banyak tanggung jawab ya. Karena hidupmu dalam 2 tahun kedepan bakal kurang lebih kayak begini #selftalk

Sekian. 

Crowd

People tend to follow the crowd.
Whether it is good or bad.
The crowd assumed a safe place,
well at least for now.

But if you take the road less taken.
You'll know the truth and the life

If you take the road less taken,
will you?



Senin, November 05, 2018

Worth the wait

Sampai hari ini, sudah 3 kali ngisi di poli anak puskesmas sejak masuk stase puskesmas 2 minggu yang lalu. Dua dari tiga poli itu, pasiennya entah kenapa lebih banyak dibandingkan biasanya. Biasanya mentok-mentok belasan. Nah pas aku, pasiennya bisa sampe diatas 25.
Terakhir ngisi poli anak minggu lalu, pasiennya 28, dokternya satu. Dua puluh delapan pasien dilayani dari jam 08.00 sampai jam 12.30 masih dalam batas wajar sih harusnya, tiap pasien kurang lebih 10 menit. Aku udah berusaha mempercepat nulis rekam medis selengkap mungkin (terima kasih akreditasi), nulis resep, mikir dosis, KIE dll. Sepuluh menit ga terlalu lama dan ga terlalu cepet juga. Dan ini puskesmas life man, kerja 4,5 jam sehari sungguh ga ada apa-apanya kalo udah pernah jadi dek koass.
Ceritanya pendaftaran hari itu tutup dari jam 10. Dengan kata lain pasien-pasien itu ngantri lumayan lama buat aku periksa. Sempat ada beberapa pasien yang perlu dirujuk, terus kan aku keluar ruangan poli buat ngurus rujukan (sudahlah tidak usah dipermasalahkan ini harusnya tugas siapa). Ngeliat kursi-kursi depan poli umum kosong dan kursi depan poli anak masih terisi penuh itu rasanya hmmmmm hmmmmmm (auto nisya sabban) #kusabar #kutabah. Mana lupa bawa bekal minum juga. Lengkap sudah hmmmm hmmmm hari ini.

Aku belajar banyak dari satu konsulen di RS tempat aku internsip. Hari lain poli kelar jam 12 maksimal. Tapi kalau pas hari polinya beliau, jangan harap bisa pulang jam 12. Paling cepet jam 1. Bisa sampai jam 3. Soalnya beliau bener-bener care sama pasien, semua pasien di handle sendiri. Pasiennya lumayan banyak. Soalnya kalo udah ketemu beliau pasti kebanyakan ga mau pindah dokter lain. Beliau inilah definisi 'worth the wait'. Pasiennya woles-woles aja disuruh nunggu sampe jam 2. Ga ada yang protes ke kakak perawat, nanyain 'masih lama ga ya?'. Ada sih beberapa yang nanya, dan bisa dipastikan itu pasien baru yang belum pernah ketemu beliau. Pasien lama pasti woles to the max. Jam berapapun dijabanin asal ketemu dokter.

Oke lanjut cerita poli anak tadi. Dengan kondisi kayak gini, godaan untuk giving less is real. Udahlah ngapain ngeresepin puyer yang baru, kan udah ada puyer batuk pilek biasa yang udah disediain farmasi. Udahlah ngapain kasi vitamin vitamin, nambah banyak tulisan aja. Udahlah ngapain KIE terus. Udahlah ngapain cek darah, kasi obat aja dulu, kalo ga enakan baru cek lab. Tapiiiii

'Are you worth the wait?'

Pertanyaan ini terlintas di kepalaku. Pasien dan keluarganya udah nunggu lama buat diperiksa. Kalau waktu aku periksa aku asal-asalan aja, asal kelar, asal pulang cepat, is it good? Toh habis ini juga ga ada kerjaan lain. Abis ini masih bisa pulang, makan siang di rumah, tidur malam di rumah. Bagaimana kalau kamu memaksimalkan jam kerjamu yang sedikit ini, untuk memberikan yang terbaik?
Aku percaya, kalo memang dirimu worth the wait, pasien gabakal komplain kenapa nunggunya kelamaan.

Ya mungkin ini hanya MPE rasionalisasiku untuk poli yang lama. Aku lebih pengen minta maaf ke kakak-kakak farmasi yang mesti ngulek-ngulek puyer buat pasien terakhir. Maaf e kaka dong, tapi b son bisa sonde kasi resep puyer.

Reminder

Kamis, November 01, 2018

Pertanyaan.

Pernah ga sih ngerasa ketinggalan dari yang lain? Tiba-tiba ada temen yang ngepost undangan nikah, atau foto acara lamaran, atau ngepost tingkah lucu anaknya, atau susahnya jadi ibu, atau gimana bangganya mereka sama anak didiknya, bisa penelitian dan presentasi di seminar nasional/internasional, dll.
Walaupun aku udah uninstall instagram, kadang masih tergoda buat buka lewat browser. Akhirnya terekspose-lah dengan konten-konten 'menginspirasi' tadi. Sebenarnya memang benar konten mereka menginspirasi. Soal penyakit iri kan emang udah ada dalam hati setiap manusia, baik diakui atau tidak. Aku? Aku akui kadang sering iri juga ngeliat mereka. Lalu mulai berpikir, apa usahaku memang belum sekeras mereka? Apa jam tidurku masih lebih banyak dibandingkan mereka? Apa kesempatan yang ada tidak bisa aku manfaatkan dengan baik? Kenapa masih belum direkrut sama FK? Apa memang kebutuhan dosen FK Undana sudah terpenuhi? Apakah memang Tya tidak ditakdirkan untuk menikah? Kalau ga sanggup bikin laporan kasus, gimana bisa nyicil buat CV daftar spesialis? Kalau proposal penelitian kecil-kecilan aja ga bisa selesai, gimana bisa dipercaya bikin penelitian besar? Kapan sempat ngerjain proposal, kalau manajemen waktu saja masih berantakan? Serius ga sih #2020jadippds ? Kalau serius kok ga fokus? Kalo serius kok malas-malasan? Dan ratusan pertanyaan lain yang mempertanyakan kemampuanku.

Am i taking the right steps right now? 
Idk. 
I'm just following the flow.

Selasa, September 11, 2018

Feels so good to be home

Suatu pagi, stase poli-ranap pediatri. Dateng pagi-pagi santai, dengan pikiran positif 'Kemarin kan udah banyak yang pulang, semoga nambahnya ga banyak..'
Eh taunya.......
Total 18 pasien. Udah gatau lagi berapa yang baru berapa yang lama. Mana GEA semua, kan bisa pulang sore ini. Resume belom kelar. Ruangannya di lantai 3, di 2 gedung berbeda. Naik tangga.
Yak mulai panik. Ini belum seberapa. Ga lama kemudian di WA kakak bidan perinatologi. Pasiennya kejang. Wadaw. Lapor konsulen terus naik ke perinatologi.
Akhirnya banyak yang belom kelar waktu konsulen mulai visite. Untung konsulennya baik hati kayak malaikat. Kalo salah dibenerin, kalo aku belom sempet nulis SOAP ditulisin (tapi yang pulang hari ini doang, tapi lumayan kan pasien GEA banyak). Kelar visite, beresin semua resume pasien pulang di bangsal. Terus ke perina, naik lift karena udah lelah naik tangga ke lantai 3. 
Keluar lift, ngeliat ke luar. Laut di depan rumah sakit. 

Nyessss

Feels so good to be home

Apa yang lebih baik dari nyium bau laut waktu jalan ke parkiran setelah hari yang panjang?

Rabu, Agustus 01, 2018

Welcome to the real life, dude!

Masuk ke bulan keenam jadi dokter internsip, bikin aku semakin sadar gimana sebenarnya 'dunia nyata'. Waktu jaman SMA, pas mama banyak masalah di kantor dan diomongin sama orang-orang serumah sakit, aku ga paham gimana sih orang-orang dewasa itu bisa dengan mudah membicarakan hal buruk tentang seseorang, tapi pas ketemu langsung bisa nyapa dan ngobrol seakan-akan nothing's happen. Eh taunya, sekarang #beentheredonethat
Kalau menurutku, itu bukan munafik sih. Mungkin lebih ke menilai sesuatu dari dua sisi. Walaupun seseorang punya sisi negatif, bukan berarti dia ga punya sisi positif. Sisi negatifnya juga bukan alasan kita ga bersikap baik ke dia.

(Mulai menyiapkan MPE rasionalisasi).

Bertahun-tahun yang lalu pernah ngeliat mama di posisi manajemen dan sekarang di posisi dokter, bikin aku mikir. Kondisinya juga hampir sama. Gaji ga turun, klaim BPJS ga jelas. Bagian manajemen pengen pegawai sabar dulu. Tenaga medisnya udah ga sabaran. Dua-duanya bener kok.

Ngomong-ngomong tentang munafik. I hate using this word tho. Entah karena perasaanku aja atau karena kata itu mengingatkan pada masa SD kelas 3 yang kelam, tapi menurutku kata itu terlalu kasar. Kata ini udah lama sekali ga pernah aku dengar (dalam konteks orang lain ngomong aku that-word). Dan beberapa hari yang lalu kata itu muncul lagi.

Lalu tya kehabisan ide rasionalisasi.

Yaudah intinya

Jangan mengambil kemungkinan terburuk dari segala sesuatu. Capek tau.
(Quoted from Susah Sinyal The Movie)

Kupang, Agustus 2018

Jumat, Juli 13, 2018

Persistensi

persistensi: 
keteguhan; kegigihan; ketegaran (hati); ketahanan. (KBBI)


Setelah baca-baca lagi postingan lama tentang strategi belajar UKMPPD (kali aja ada yang mau baca lagi, klik disini), aku sadar ada satu hal yang kurang.

PERSISTENSI

Penyebab terbesar kegagalan pejuang UKMPPD. Bukan karena gak bisa atau gak tau. Tapi karena bosan. Bosan baca soal. Bosan mikir jawaban. Akhirnya apa? Kerjainnya asal-asalan dan ga peduli. Ngerjain 200 soal dalam 200 menit itu butuh konsentrasi penuh. Untuk bisa punya ketahanan konsentrasi selama 200 menit, HARUS LATIHAN.
Ngerjain soal itu gampang banget bosannya. Apalagi di jaman media sosial. Ditambah kalo ngerjainnya bareng temen-temen. Wadaw. Dijamin 90% mainnya. Belajarnya cuma 10%. Bener atau bener?

#beentheredonethat

Terus gimana dong caranya biar bisa konsentrasi? Ini tips-tips yang aku terapkan.
1. Kerjain soal sendirian.
Ngerjain soal bareng-bareng memang lebih efisien dan menyenangkan. Tapi, ngerjain soal sendirian itu penting untuk jadi dasar materi untuk belajar bareng nantinya. Dan kerjain soal sendirian juga berguna untuk melatih konsentrasi. Karena nantinya kamu bakal ngerjain soal UKMPPD sendirian. Hanya ada kamu dan layar komputer. Kamu dan 200 soal dalam 200 menit. Udah gausah berharap bakal bisa diskusi atau contek-contekan. Gatau ya kalo di kampusmu. Tapi kalau di UB mejanya bener-bener anti-ngintip.
Bahas soal bareng itu memang penting. Tapi ngerjain soal sendiri jauuuh lebih penting.

2. Bikin target jumlah soal yang harus diselesaikan dalam sehari.
Minggu pertama ngerjain soal mungkin progressmu bakal lama banget. Sehari ngerjain 100 soal aja udah luar biasa. Awal-awal okelah, tapi selanjutnya harus semakin bertambah jumlah soalnya. Dari 100 ke 150, 150 ke 200, 200 ke 250, dan seterusnya.

3. Mulai dari waktu yang singkat.
Euforia koass udah selesai sering banget bikin kita lupa kalau UKMPPD sudah semakin dekat. Biar bisa balik ke mode-ujian, mulai pelan-pelan tapi pasti. Mulai dari ngerjain beberapa soal dalam waktu tertentu tanpa gangguan. Artinya selama waktu yang ditentukan itu gak boleh ada distraksi sama sekali. Misalnya hari ini ngerjain 30 soal dalam 30 menit, terus istirahat. Jangan keterusan istirahatnya, diulang lagi 30 soal dalam 30 menit. Istirahat. Ulang lagi sampai sekuatnya. Intinya selama 30 menit itu gak boleh ada distraksi apapun. Kalo udah kuat 30 menit, naikin jadi 60 menit, terus 90 menit, sampai 200 menit tanpa distraksi.

Langkah pertama memang selalu berat. Tapi kalau dibiasakan setiap hari, dijalani pelan-pelan, ga ada kok yang mustahil. Ngerjain 200 soal dalam 200 menit dengan konsentrasi penuh? Ga bakal susah kalau sebelumnya kamu sudah terbiasa mengerjakan 250 soal dalam 200 menit. Pasti bisa!

Sekian UKMPPD 101 kali ini.
Semangat one shoot gengs!

Selasa, Juli 10, 2018

Kesurupan

Tipe-tipe reaksi konversi itu udah keliatan sejak pasiennya baru mau dibopong masuk ke UGD. Biasanya wanita muda, pingsan, dan dibopong orang banyak. Diagnosis bandingnya harus ada reaksi konversi. 

Di suatu malam, waktu aku lagi dinas malam. Datanglah satu pasien. Dateng-dateng pingsan, dianterin temen sekosan. Sekitar 20an orang dateng. Jam 2 pagi.
Dok ini tadi pasien abis kesurupan.
Kesurupan? Terus kenapa dibawa ke UGD?
Deng ada muntah darah juga dok,
Hah muntah darah? Banyak ko? Perut sakit ko sonde?
Sedikit sa dok.. ke bercak-bercak begitu. Tapi ketong takut jadi ketong bawa sa pi rumah sakit....

Lalu tiba-tiba ditengah anamnesa pasien ga sadar.
Kaka nona, bangun dolo.
Gak bangun. Rangsang nyeri di kuku. Gak bangun. Rangsang nyeni di sternum. Gak bangun juga. Lalu temen laki-laki pasien, manggil nama pasien sambil ngelus rambut pasien. Pasiennya buka mata.

#cringemoment

Oke siap kak. Ini jam 2 pagi dan lu main sinetron.
Pasien ini aku diagnosis dengan sindroma dispepsia + REAKSI KONVERSI. Harus banget di bold dan capslock. Kesurupannya sih ga mengarah ke epilepsi. 

Terus biasalah di UGD, injeksi ranitidin.
Kak b suntik obat lambung e.
Pasiennya kaget, yang nganter juga kaget.
Dok, ini kan dia kesurupan to, jadi tausa disuntik. 
Terus untuk apa dibawa ke UGD?? Yasudah kalo sonde mau disuntik ju son apa-apa. Na istirahat disini dulu e kak.

Ada lagi cerita lain.
Pasien dengan tipikal pasien seperti diatas. Dateng dengan keluhan sesak nafas. Tanpa riwayat asma, atau batuk-batuk sebelumnya aka pasiennya sehat walafiat sebelum tiba-tiba sesak nafas. Tanda vital baik, cuma RR takipneu. Paru gak ada ronkhi atau wheezing. Saturasi 99%. Setelah dianamnesa lebih dalam ternyata pasien baru abis bertengkar sama bapak kosannya.
Beberapa saat kemudian, datanglah si bapak kosan. 'Dok, dok, ini pasiennya sesak lagi nih, coba diperiksa lagi dulu' kata si bapak kosan.
Yaiyalah sesak lagi, penyebabnya dateng.
E begitu si bapak kosannya keluar pasien udah ga sesak lagi.


Dapet pasien kayak gini campur aduk rasanya. 
Kesel iya, pengen ngetawain juga iya.

maybe..




Minggu, Mei 06, 2018

Stained Glass Masquerade




Is there anyone that fails?
Is there anyone that falls?
Am I the only one in church today, feeling so small?


Cause when I take a look around
Everybody seems so strong
I know they'll soon discover
That I don't belong


So I tuck it all away
Like everything's OK
If I make em all believe it
Maybe I'll believe it too


So with a painted grin
I'll play the part again
So everyone will see me
The way that I see them


Are we happy plastic people
Under shiny plastic steeples
With walls around our weakness
And smiles that hide our pain


But if the invitations open
To every heart that has been broken
Maybe then we close the curtain
On our stained glass masquerade


Is there anyone who's been there?
Are there any hands raised?
Am I the only one who's traded
In the altar for a stage?


The performance is convincing
And we know every line by heart
Only when no one is watching can we really fall apart


But would it set me free
If I dared to let you see
The truth behind the person
You imagine me to be


Or would your arms be opened
Or would you walk away
Would the love of Jesus
Be enough to make you stay?


Are we happy plastic people
Under shiny plastic steeples
With walls around our weakness
And smiles that hide our pain


But the invitations open
To every heart that's been broken
Maybe then we close the curtain
On our stained glass masquerade


Are we happy plastic people
Under shiny plastic steeples
With walls around our weakness
And smiles that hide our pain


But if the invitations open
To every heart that has been broken
Maybe then we close the curtain
On our stained glass masquerade


If the invitations open
To every heart that has been broken
Maybe then we close the curtain
On our stained glass masquerade


Is there anyone that fails?
Is there anyone that falls?
Am I the only one in church today, feeling so small?


Lyrics by Casting Crown

Senin, April 02, 2018

Makasih ya dok-2

Pas baru selesai nonton pawai paskah, tiba-tiba ada ibu-ibu yang mendekat,
"Dok, ini adek yang kemaren ke UGD gatal-gatal. Sekarang su sembuh."
"Oo begitu ko ma, wi bae su"
"Iya kemaren tuh pulang langsung minum obat, terus setengah jam su sonde gatal le.."
"Iya maa, semoga jang sakit-sakit le e.."
"Makasih e dok.."

Lalu Tya terharu :"

Jumat, Maret 23, 2018

Be patient with our patient

From our perspective, some people just don't want to be healed. They just want to bear the pain, cover it with what they think could heal, but actually it couldn't.
It's kinda frustating for us. We want to do the best with all we know. But patient have one power of autonomy. They choose what they want, whether it's good or bad.

So, good luck man. Hope not to see you soon.
(Ya ini sarkas)


*edisi masih kesel sama pasien susp peritonitis ec appendisitis akut kemaren yang minta pulang paksa*

Rabu, Maret 07, 2018

Perspektif berbeda

Kalau kita sebagai dokter coba melihat dari perspektif yang berbeda, susah ya jadi pasien. Datang terlalu awal salah, datang pas udah ada komplikasi juga salah.
Kalau dateng pas awal-awal sakit, dokternya (mungkin tya doang sih, yang lain enggak) ngedumel (dalem hati)
'mama e, ini anak baru demam 1 hari, baru muntah 1 kali sa ju su bawa pi rumah sakit ni, langsung tepa di UGD le, jam 2 pagi le. Ke sonde bisa tahan le besok pi di puskesmas begitu ko'

Terjemahan
Aduh mama, ini anaknya baru juga demam 1 hari, baru juga muntah 1 kali, kok ya kenapa langsung dibawa ke rumah sakit, langsung ke UGD juga, jam 2 pagi juga. Harus banget ya, gabisa kah nahan-nahan besok paginya baru dibawa ke puskesmas?

Tapi kalo datengnya telat, apalagi pas udah parah-parahnya, tya juga kesel dan marah-marah,
'Ini kenapa baru bawa sekarang, aer su naek di batang leher baru bawa datang ni'

Terjemahan
'Ini kenapa baru dibawa sekarang, udah sakit parah kayak gini baru dibawa ke sini'

Atau ini lagi, yang paling ngeselin, pasien datang ke UGD, malam-malam, dengan KU baik,
'Dok, mau minta obat'
'Sakit apa kaka?'
'Sakit .... (isi sendiri, bisa keluhan demam 2 hari atau keluhan-keluhan ringan lainnya)'
'Kenapa tadi pagi tidak ke poli saja kaka?'
'Tidak ada waktu, tadi pagi kerja na dok'
Tya dalam hati, 'lu pikir UGD tuh sama ke klinik dokter yang buka sore/malam? tau sonde UGD itu kepanjangannya UNIT GAWAT DARURAT, terus lu kira lu pung sakit gawat darurat? Lu kalo mo minta obat kenapa sonde sekalian pi klinik dokter sa, banyak to diluar sana. Bilang sa lu  pamalas antri to'

Terjemahan
Dikira UGD tuh sama kayak klinik dokter yang buka sore/malam ya? Tau ga sih kepanjangannya UGD itu UNIT GAWAT DARURAT,  sekarang coba dipikir baik-baik, apakah sakitnya gawat darurat? Kalau cuma mau minta obat kenapa ga sekalian ke klinik dokter, kan banyak diluar sana. Bilang aja males antri kan.

#sabarbusabar

Coba sekarang kita lihat dari perspektif berbeda, perspektif pasien dan keluarganya. Pasien enggak pernah dapet edukasi tentang mana yang gawat mana yang tidak gawat. Walaupun ada sih tipe-tipe oportunis yang sudah tau tapi coba nyari celah. Tapiii, sebagian besar pasien masih belum mengerti. Mereka cuma mengandalkan insting, saran/pengalaman orang lain dan google. Apalagi pas sakit udah gabisa berpikir jernih lagi. Taunya kalau sakit ya ke dokter. Kepikiran dokter dimana ya udah kesitu aja. Mau UGD kek ga peduli. Pokoknya diperiksa dokter, dapat obat, sembuh.

Yang belajar bertahun-tahun tentang penyakit siapa? Kita. Yang mengerti perjalanan penyakit siapa? Kita juga. Yang seharusnya ngajarin pasien tentang hal ini siapa? Ya kita juga.
Karena kita lebih tau, sedangkan pasien (dan keluarganya) tidak, jadi kita harus lebih maklum dengan kondisi saat ini. Jangan bosen-bosen konseling infomasi dan edukasi. Jangan bosen-bosen ngasi tau seharusnya bagaimana. Dan yang paling penting, jangan lupa edukasi gaya hidup sehat, kan mencegah lebih baik daripada mengobati.

Tetap semangat ts!
Salam #kotakupangsehat2018

Kupang, 6 Maret 2018

Sabtu, Februari 17, 2018

Happy Ending

'Ini penelitian yang sangat cantik'
Kata Penguji 2, Malang, 18 Januari 2018. 13.45 WIB.

A sentence that i have never expected from her.
Ever.
Is this real?
Dalam hati teriak teriak kegirangan, tapi harus tetep cool diluar. Itu baru kata pengantar cuy.
Revisiannya tetap berlembar-lembar.
Hahahahahaa.

Kok berubah jadi pembimbing semua?
#semhasrasakonsul


Puji Tuhan.

Setelah berbulan-bulan galau ngerjain revisi. Berbulan-bulan ga berani maju buat ngusulin tanggal semhas. Akhirnya maju mepet banget sama batas waktu dari mas admin. H-6 naskah baru jadi, padahal udah ditagih penguji. H-1 PPT baru jadi,

karena mager.

Ah apalagi.
Padahal kerjaan tinggal ngurus semhas doang. Kuliah udah kelar, ujiannya juga udah semua. Tinggal ini doang tapi magernya luar biasa.

Puji Tuhan.
Kata 'cantik' itu bisa keluar salah satunya karena nilai 'kesabaran' dari rektorat. Literally abis ngeliat lampiran yang ada nilai 'kesabaran', penguji langsung ngobrol-ngobrol sambil senyum (moderator Yuni, 2018).

Ga sia-sia ternyata pas koass mikirin manuskrip untuk publikasi. Mikir judulnya mesti gimana, benang merahnya apa, apa yang mau dibahas. Pelan-pelan ngerapiin grammar, pelan-pelan baca author guidelines, pelan-pelan mempelajari jurnalnya, kira-kira kemungkinan masuknya besar apa kecil. Begadang pas stase luar demi ngerjain revisi manuskrip karena besok datelinenya. Sabar digantung sama jurnalnya, ga dikasi kabar accepted apa enggak padahal udah bayar. Submit sejak bulan Februari. Maret revisi-revisi. Bayarnya bulan Agustus. Accepted dan published online baru November (anw, everything good happened on November <3). Keluarnya baru di bulan Januari 2017.

Yha kusabar diteror untuk meneror jurnalnya. Bolak balik ngirim email gimana kabar manuskrip, beneran accepted apa enggak wong udah bayar.

Malamnya setelah semhas, literally senyum-senyum sendiri. Kok bisa ya kayak gitu. Oh ini ya yang Tuhan bilang 'Aku yang berperang ganti kamu, kamu tinggal diam aja'. Padahal dulu agak kurang percaya. Ya kalo mau Tuhan kerja ya kamu juga harus kerja juga. Gabisa cuma diam-diam aja.

Every good gift and every perfect gift is from above, and comes down from the Father of lights, with whom is no variableness, neither shadow of turning. 
James 1:17



Bu Titin Management
Kiri ke kanan : dr.Rosa, dr.Yuni, dr.Ika, dr.Lutfi, Tya

ps: Untuk dr.Yuni, dr.Lutfi, dr.Ika, dan dr.Rosa
Im soooo happy to work with youu :D
Yeey nanti yudisiumnya barengannn
Makasih yaa sudah bermuka tembok dan bersemangat untuk kembali lagii.
Tanpa kalian, aku pasti galau banget sendirian disuruh-suruh, ngerevisi sendiri, ga bakal tau literatur-literatur bagus, channel youtube bagus terkait penelitian, aku tanpa kalian butiran debuuu wkwkwkwk

Rabu, Januari 24, 2018

When a dream came true

23 Januari 2018. Dini hari.
Mau milih wahana isip. Pake laptop. Tapi loadingnya lama banget. Akhirnya ditinggal tidur. Bangun-bangun masi eror juga. Nge refresh, terus ditinggal tidur lagi. Bangun masih eror juga, masih belom bisa milih, padahal temen-temen yang lain udah dapet wahana. Mulai panik. Setelah berjam-jam nyoba, akhirnya dapet wahana yang dipengen, kuota wahananya juga masih banyak. Eh tapi dilihat-lihat nama wahananya kok...

"RS Kota"

?

Kan aku pengennya RS X....

Bangun sambil deg-degan. Oh tadi cuma mimpi. 
Hari ini hari apaa? Tanggal berapa? Tanggal 23.
Oh milihnya masih nanti, jam 9. Tenang tenang.. 

23 Januari 2018. 07.50 Lab TIK FKUB.
Sudah di Lab TIK. Pake komputer yang dipake buat ujian CBT UKMPPD. Kecepatannya udah gausah dipertanyakan lagi.
Ngecek speedtest. Ping berkisar 1-11. Download 200-500mbps, upload 100-400 mbps.
Udah narget sejak awal, RS X (nama disamarkan).
Okay.
Sekarang tenang.
Makan dulu. Minum kopi dulu.

08.50
Login.
Okay ini masih lancar.

08.59
Mulai hitung mundur.
60..
59..
58..
57..
56..

15..
14..
13..
12..
11..
Refresh
9..
8..

Kok ga keluar-keluar

Refresh lagi

08.59.59

Refresh lagi

Dan gabisa kebuka.

Okay tenang.
Di grup katanya emang server lagi down.
Coba aja terus di refresh

09.30
Masih belum kebuka.
Eh tapi ada temen yang udah bisa milih.
Refresh terus.

10.00
Masih terus nge refresh.
Udah mulai banyak yang bisa milih, dan berhasil dapet pakta.

10.15
Mulai panik.
Nanya ke temen yang udah bisa milih,
"RS X masih ada ga?"
"Iya masih ada, tenang ty"
Okay
Refresh terus

10.20

Tinggal Tya doang yang belom.."

Masih refresh

Tenang. Kamu cuma butuh 1 tempat di rumah sakit itu.

10.48
Kebuka

Nyari RS X. Ga ada. Tapi masih ada RS Kota
Nangis. Bingung
Takut kalo milih besok lebih gambling lagi.
Nanya azaria yang dulu isip di RS Kota.
"Ambil sa"

Klik pilih.
Pakta langsung keluar.
Nangis. Drama amat ya bu.

Those things which beyond my control and my plan. In which i hate.
But You've open this door,
So i'll follow through.
We've been through the hurricane and walked out, haven't we?
It won't be that hard.


Beberapa tahun kemudian, aku liat lagi cerita ini. Pertama kali mimpi semacam ini. Dan bener ternyata, everything worked together for good. 2019 was one of my magical year. BAPA buka pintu di tempat-tempat yang tidak pernah aku kira.