Rabu, Maret 07, 2018

Perspektif berbeda

Kalau kita sebagai dokter coba melihat dari perspektif yang berbeda, susah ya jadi pasien. Datang terlalu awal salah, datang pas udah ada komplikasi juga salah.
Kalau dateng pas awal-awal sakit, dokternya (mungkin tya doang sih, yang lain enggak) ngedumel (dalem hati)
'mama e, ini anak baru demam 1 hari, baru muntah 1 kali sa ju su bawa pi rumah sakit ni, langsung tepa di UGD le, jam 2 pagi le. Ke sonde bisa tahan le besok pi di puskesmas begitu ko'

Terjemahan
Aduh mama, ini anaknya baru juga demam 1 hari, baru juga muntah 1 kali, kok ya kenapa langsung dibawa ke rumah sakit, langsung ke UGD juga, jam 2 pagi juga. Harus banget ya, gabisa kah nahan-nahan besok paginya baru dibawa ke puskesmas?

Tapi kalo datengnya telat, apalagi pas udah parah-parahnya, tya juga kesel dan marah-marah,
'Ini kenapa baru bawa sekarang, aer su naek di batang leher baru bawa datang ni'

Terjemahan
'Ini kenapa baru dibawa sekarang, udah sakit parah kayak gini baru dibawa ke sini'

Atau ini lagi, yang paling ngeselin, pasien datang ke UGD, malam-malam, dengan KU baik,
'Dok, mau minta obat'
'Sakit apa kaka?'
'Sakit .... (isi sendiri, bisa keluhan demam 2 hari atau keluhan-keluhan ringan lainnya)'
'Kenapa tadi pagi tidak ke poli saja kaka?'
'Tidak ada waktu, tadi pagi kerja na dok'
Tya dalam hati, 'lu pikir UGD tuh sama ke klinik dokter yang buka sore/malam? tau sonde UGD itu kepanjangannya UNIT GAWAT DARURAT, terus lu kira lu pung sakit gawat darurat? Lu kalo mo minta obat kenapa sonde sekalian pi klinik dokter sa, banyak to diluar sana. Bilang sa lu  pamalas antri to'

Terjemahan
Dikira UGD tuh sama kayak klinik dokter yang buka sore/malam ya? Tau ga sih kepanjangannya UGD itu UNIT GAWAT DARURAT,  sekarang coba dipikir baik-baik, apakah sakitnya gawat darurat? Kalau cuma mau minta obat kenapa ga sekalian ke klinik dokter, kan banyak diluar sana. Bilang aja males antri kan.

#sabarbusabar

Coba sekarang kita lihat dari perspektif berbeda, perspektif pasien dan keluarganya. Pasien enggak pernah dapet edukasi tentang mana yang gawat mana yang tidak gawat. Walaupun ada sih tipe-tipe oportunis yang sudah tau tapi coba nyari celah. Tapiii, sebagian besar pasien masih belum mengerti. Mereka cuma mengandalkan insting, saran/pengalaman orang lain dan google. Apalagi pas sakit udah gabisa berpikir jernih lagi. Taunya kalau sakit ya ke dokter. Kepikiran dokter dimana ya udah kesitu aja. Mau UGD kek ga peduli. Pokoknya diperiksa dokter, dapat obat, sembuh.

Yang belajar bertahun-tahun tentang penyakit siapa? Kita. Yang mengerti perjalanan penyakit siapa? Kita juga. Yang seharusnya ngajarin pasien tentang hal ini siapa? Ya kita juga.
Karena kita lebih tau, sedangkan pasien (dan keluarganya) tidak, jadi kita harus lebih maklum dengan kondisi saat ini. Jangan bosen-bosen konseling infomasi dan edukasi. Jangan bosen-bosen ngasi tau seharusnya bagaimana. Dan yang paling penting, jangan lupa edukasi gaya hidup sehat, kan mencegah lebih baik daripada mengobati.

Tetap semangat ts!
Salam #kotakupangsehat2018

Kupang, 6 Maret 2018