cu·kup (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
1 a dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan dsb; tidak kurang
2 a lengkap; genap (umur, waktu, dsb)
3 a sudah memadai (tidak perlu ditambah lagi)
4 a lumayan; sedang;
5 a cak agak kaya; berada; tidak kekurangan
6 adv agak
Dari definisi diatas, cukup itu bergantung kebutuhan dan keinginan.
Cukupkah liburan 77 hari? Relatif. Kalau kebutuhan untuk beristirahat dan bersenang-senang setelah berjuang selama 5 bulan kuliah sepertinya 2 bulan lebih cukup. Apalagi semester 6 adalah semester paling malas dan melelahkan yang pernah aku jalani.
Sejak bulan pertama masuk kuliah saja sudah mulai merencanakan kegiatan liburan. Target-target dibuat, untuk mencegah hal-hal yang mungkin dapat merusak rencana liburan. Puji Tuhan, liburan semester ini, yang adalah liburan tengah tahun terakhir sebelum koas, bisa dinikmati secara utuh tanpa terpotong SP.
Cukupkah liburan hanya di rumah dan di rumah sakit? Tanpa agenda jalan-jalan ke luar kota seperti masa SD, SMP, dan SMA dulu? Ditengah kondisi yang tidak memungkinkan, mencukupkan diri dengan apa yang ada terkadang lebih baik dan memuaskan. Malang-Surabaya-Malang sepertinya cukup. Cukupkah skripsi 80 halaman? Atau perlu tambahan berbagai materi pendukung hipotesis? Cukupkah referensi dari 200 jurnal? Pada akhirnya sampai pada suatu kesimpulan, jangan mengharapkan kesempurnaan dari ilmu yang tidak sempurna. Akan selalu ada kekurangan, akan selalu ada hal yang tidak bisa dijelaskan. Yang terbaik yang bisa kamu lakukan itu cukup. Tidak perlu kesempurnaan. Karena sesempurna apapun tetap akan ada celah pada saat sidang. Tetap ada yang harus direvisi. Kata cukup itu melegakan. Kita dapat berkali-kali berkata cukup pada hal yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman, tapi jarang diucapkan saat kita berada di zona nyaman. Cukup itu relatif. Tergantung dari sisi mana kita melihat. Bila kita selalu melihat ke atas, tidak akan pernah terpikir kata cukup. Di minggu ujian, sangat gampang bilang cukup. Di bulan liburan, entah kenapa kata itu sulit diucapkan. Menyenangkan rasanya diam di rumah seharian, nonton tv, tidak ada hal memusingkan yang harus dipikirkan, tidak ada materi kuliah yang harus dibaca, tidak ada rumah kotor yang harus dibersihkan, tidak perlu pusing mau masak apa untuk sarapan. Kondisi yang mudah dijalani. Mungkin saat masuk kuliah nanti akan sedikit sulit mengatakan "Sudah cukup liburannya, sekarang waktunya belajar dan berjuang." Tapi tidak mustahil dikatakan. No matter what, it's a luck to live my life. Aku merasa beruntung, bukan karena aku selalu beruntung, tapi aku mau terus melihat ke bawah. Hey, hidupmu berkecukupan, mengapa mengeluh? Aku tau semuanya karena anugerah Tuhan, bukan karena usahaku sendiri. Karena itulah aku merasa beruntung, dengan kondisi ketidaklayakanku ini. Tetap ada hal-hal baik diantara hal-hal buruk yang aku alami. Keduanya patut disyukuri.
Cukup itu menyenangkan.
Cukup itu melegakan.
Cukup itu cukup.
Aditya Angela Adam
Malang, 2014