Kamis, Desember 31, 2020

Remah-remah rempeyek.

 Tya, ingat ya.

Nanti kalau kamu sudah selesai sekolah dan balik kerja lagi, jangan lupa ajak ngobrol dokter jaga UGD. Bantuin kalo ada masalah-masalah. Karena mereka remah-remah rempeyek itu enggak punya power yang cukup untuk memperbaiki sistem. Karena kamu tau rasanya gimana jadi remah-remah rempeyek korban alur dan SOP yang amat sangat tidak nakes-friendly. 

Udah berusaha berisik tapi enggak dianggap. Apa mesti dikoreksi orang luar dulu? Kenapa telinganya lebih peka sama penilaian orang luar daripada badannya sendiri yang udah teriak-teriak kesakitan?

:)


Kupang, 31 Desember 2020

9 bulan AC (after covid)

Dari remah-remah rempeyek alias tim andalan RS. 

Selasa, Desember 29, 2020

Contradiction

I used to hate myself for being too sensitive. 

But I didn't mean to be numb. 

Blame it on the code blue calls.

Or the pandemic and the ignorants, maybe?


Jumat, November 13, 2020

Parno

Minggu ini cukup horor buat kita di UGD. Ga horor gimana-gimana sih, aku aja yang lebay. Cuma bikin parno aja. Jadi ceritanya, tiap ada pasien di UGD yang swabnya positif, nakes (perawat dan dokter) yang meriksa dan melayani pasien tersebut diarahkan untuk swab. Selama ini swab kita aman-aman saja. Sampai hari minggu kemarin. Kita dapat kabar kalau 1 kakak perawat positif. Hebohlah satu UGD. Yang positif tanpa gejala sih. Tapi beliau ini malamnya habis jaga. Dalam jaga malam itu beberapa orang (termasuk yang positif) sempat makan sama-sama. Ya makan-makan ga mungkin sambil pakai masker kan ya. Makan-makan juga pasti sambil cerita-cerita. 
Akhirnya ada keputusan dari kepala instalasi, kalau semua yang kerja di UGD wajib swab. Kalau enggak ga boleh kerja. Puji BAPA, dapat priviledge kerja di tempat yang punya swab PCR dan difasilitasi swab PCR berulang kali.

Aku hari senin minggu lalunya baru abis swab dan negatif. Jadi aku santai woles. Males buru-buru juga buat swab lagi. Sedangkan yang lain swab hari senin pagi. Senin aku jaga malam. Jaga seperti biasa. Sekitar jam 10, ditelpon sama petugas lab dan wadiryan. Dikabari kalau kakak apoteker swabnya positif. Ini posisinya dia lagi jaga malam sama aku. Mana pasien juga lagi rempong semua, belom rujukan-rujukan. Akhirnya setelah berbagai drama, kakak apotekernya langsung dievakuasi ke RS Undana. Tapi drama masih belom berakhir gan. Depo UGD jadi ga bisa dipakai gara-gara petugas sanitasi hilang entah kemana. Sampai pagi :). Ambulans belom disterilisasi juga. Pasien suspek belom dipindah ke UGD lantai 2. Semua karena petugas sanitasi entah dimana. 

Jam 8 pagi, akhirnya semua drama selesai. Sampai sorenya. Dapat kabar kalau dua teman jaga malamku positif. Yhaaaaaaaa. Puji Tuhan semua tanpa gejala, kalopun ada gejala, gejalanya ringan sekali. 
Aku masih santai, besok paginya masih jaga poli covid. Setelah selesai poli baru aku swab ulang. Iya bagemana ya kan 3 orang teman jagaku positif masak aku ga swab lagi. 
Sampai besok paginya, out of nowhere, tiba-tiba di WA sama salah satu konsulen. "Tia semoga cepat sembuh ya" 
Asem. Kan aku kaget ya. Apa ini. Ada info apa yang belum aku dengar. Jangan-jangan hasil swabku sudah ada terus langsung diworo-woro di grup komite medik tapi belum diinfokan ke aku. Panik ya kan. 
Terus aku langsung konfirmasi ke petugas lab PCR, katanya "kalau swab kemaren berarti masih belum dirunning dok".
Tapi tya tetap ga tenang. Apasih galau ga jelas. Epic banget ni kalau dalam 1 tim jaga ada 4 yang positif. Tapi untungnya kemaren jaganya agak hectic dan penuh drama, jadi kita tidak punya waktu untuk leha-leha dan makan bersama. Tapi parno sih kalau hasilku tiba-tiba positif, mana di rumah lagi banyak usia rentan. Di sisi lain agak ga terima sih kalau hasilku positif, kan selama ini kemana-mana aku pakai masker. Apa jadinya kalau aku yang rajin pakai masker, cuci tangan dan social distancing ini positif. Nantinya pasti orang-orang bakal mikir, dia aja yang taat protokol bisa kena, mending sekalian gausah protokol-protokolan. 
Semua keparnoan ini akhirnya buat aku seharian di kamar. Ga keluar kemana-mana, sampai dapat kabar jam 8 malam kalau hasil swabku negatif.

Puji BAPA.
Tya masih bisa marah-marah kalau liat orang ga taat protokol kesehatan.

Rabu, Oktober 14, 2020

Kupang, 14 Oktober 2020

No, don't get me wrong. Aku bukan benci. Bukan juga marah. 

Logika tya saja yang tidak bisa menangkap hal ini. BAPA, memang jalan laki-laki dan perempuan tuh susah sekali ya dipikirkan. Bagaimana bisa dia yang bukan laki-laki baik-baik, bisa bersama perempuan baik-baik. Di sisi mana dunia mereka menyatu? Di sebelah mana visi hidup mereka sama? Apakah dia bisa dipercaya? Dan apakah dia mengerti dan menghidupi prinsip otoritas? Apakah sama seperti konsep otoritas yang kita mengerti dulu?

Sungguh masih belum masuk logika tya. Sampai detik ini belum ada fakta yang bisa meyakinkan aku kalau dia tidak take her for granted, as his personal achievement. Dan masih belum nyambung juga di otak tya gimana bisa semua komitmen jaman dulu bisa hilang begitu saja. Idealisme hilang ditelan realita.

Dia mungkin akan bisa jadi DPR atau walikota, bahkan gubernur. Tapi entah mengapa dia masih belum valid di dalam pandanganku. Tapi tenang saja, kalian memang tidak butuh validasiku untuk memutuskan apapun. Hidupmu hidupmu. Kalau kamu yang salah pilih ya kamu yang tanggung sendiri. Semoga saja pilihan kalian benar. Semoga saja pilihan kalian tidak menyusahkan banyak orang dikemudian hari (orang lain disini juga termasuk anak-anak kalian nantinya). Semoga ya. 

Dan satu lagi, I will always be there to watch and take notes.

Minggu, September 20, 2020

Tim tracing ala-ala

Hati-hati kalo doa, apalagi untuk hal abu-abu. Kalo jadi kenyataan pusing lho.

Awal-awal pandemik, pengen banget isolasi mandiri. Eh beneran dong pasien PDP yang aku terima meninggal. Akhirnya dapat isolasi mandiri lumayan 2 minggu kotor. Walopun akhirnya keknya swab pasien itu negatif. Yang penting udah isolasi mandiri. wkkwkw

Ga lama setelah lab PCR sudah ada, kepikiran pengen jadi tim tracing. Gegara gemes kok tracing cuma segini-segini doang, masak beneran cuma dikit sih kasusnya padahal kan tiap hari pesawat bolak balik Bandara Eltari.

Pengen rapid terus hasilnya reaktif, biar ada alasan swab gratis. Pengen diswab aja, karena rapid test itu halu. Tapi swab mandiri 1,5 jutaaa, mending dipake beli UNVR dapat 2 lot.

Eh beneran dong, sekarang dikasih. Bisa sok-sokan tracing, nginput data kontak di excel terus di kumpulin ke dinkes. Dan rencana swab juga besok. Buat mastiin aja sih biar tetap bisa jaga UGD. (Bapa, kalo gitu sekarang tya doanya biar lolos LPDP dan PPDS one shoot yaa).

Jadi PNS buat aku sadar 1 hal, kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan. Awalnya aku nunggu gimana nih dinkes tracingnya. Ternyata kurang yhaaa. Masak kontak erat harus bayar swab mandiri. Setelah dipikir-pikir lagi, aku kan sama-sama tenaga kesehatan, ngerti juga apa yang harus dilakukan, yaudah aku bantu aja tracingnya. Bantu ngumpulin data. Daripada marah-marah ga ada ujungnya kan. Mending kerjakan apa yang bisa dikerjakan, jadi penghubung antara dinkes dan kontak. Win win solution. Kalo kata bu Tejo,


Tuh kan kalau kamu bantu tim tracing, hampir semua kontak diswab kann. Good job!



 

Keesokan harinyaa

Pagi jam 9 kurang swab, malamnya hasil sudah keluar. Kusuka kegercepan ini. Oh betapa aku bersyukur kerja di RSUD Johannes dengan semua fasilitasnyaaa (Sungguh meyakinkan tya untuk mencukupkan diri dengan 1 SIP wkwkwk)

 

tapi masi degdegser nunggu hasil swab kontak yang lain :)) katanya sih 5 hari :))

Pelajaran yang bisa diambil dari hal ini adalah, yuk kita sama-sama kerja. Jangan bisanya cuma ngomel-ngomel aja ngeliat kerja dinkes yang gitu-gitu aja. Kalo ngerti apa yang harus dikerjakan, yuk kerjain bareng-bareng. Jangan abai juga. Iya memang kalau jumlah yang diswab naik, pasti angka positif naik. Ini bukan alasan kita malas tracing atau malas swab kan yaa. 

Untuk masyarakat umum, kalau memang merasa kontak erat dengan pasien positif tanpa APD level 3, laporkan saja ke dinkes. Nih aku kasi nomornya Bu Murni (081338657108) Gugus Covid-Dinas Kesehatan Kota Kupang. Supaya dapat jatah swab. Periksa aja kenapa sih, gausah takut kan. Kalo memang selama ini merasa menaati protokol kesehatan, kenapa harus takut? Mumpung jadi kontak erat, bisa dapat jatah swab.

Musuh kita adalah virus ini. Kita harus tau seberapa besar kekuatannya. Dengan tracing dan tracking yang rendah, kita kayak perang sama bayangan. Gatau harus mukul ke mana, gatau mau menyerang balik gimana. Akhirnya mukul sembarangan. Capek tau suudzon terus ke pasien. 

Di sisi lain, kalaupun nanti akhirnya angka positif naik drastis dengan tracing ini, ini angka yang sesungguhnya. Sebelum menghakimi, coba berkaca dulu, sudahkan anda selama ini menerapkan protokol kesehatan dengan benar? Apa sudah benar pakai maskernya menutupi hidung dan mulut? Apa sudah benar pakai maskernya selama keluar rumah? Apa sudah mengurangi intensitas ke tempat ramai? Atau masih datang ke pesta-pesta? Makan dan ngobrol santai sambil lepas masker? Rajin cuci tangan? Oh please, jangan lempar batu sebelum kamu meyakinkan dirimu bersih. Sapatau kamu juga positif tapi belom ketahuan aja karena belum pernah swab?

Jumat, September 11, 2020

Jaga malam

Dulu sebelum koass, dan bahkan saat koass selalu mikir, gimana sih caranya bisa tahan ga tidur sama sekali pas jaga malam. 

Ternyata, waktu jaga UGD baru sadar. Bagaimana kamu bisa tidur, kalau ada orang yang hidupnya tergantung sama kamu? Boro-boro tidur, ngantuk aja langsung hilang kalo pasien KLL CKB tiba-tiba datang. Gimana bisa tidur kalo ada pasien datang-datang dengan akral dingin nadi halus tensi tidak teraba tapi mo pasang infus venanya kolaps semua. Bagaimana bisa ngantuk. Yang ada pusing mo diapain ini pasien. Besoknya abis jaga baru tepar wkwkwk.

Pas koass ga ngerasain, karena tanggung jawabnya cuma sama diri sendiri buat morning report besok paginya. Enggak perlu mikir pasien mesti diapain.

Minggu, Juli 12, 2020

My feet are planted on this ROCK
And I will not be shaken
My hope it comes from YOU alone
My YAH and my salvation

Kupang, 12 Juli 2020

Minggu, Juni 28, 2020

Its getting closer

“Every commandment which I command you today you must be careful to observe, that you may live and multiply, and go in and possess the land of which the Lord swore to your fathers. And you shall remember that the Lord your God led you all the way these forty years in the wilderness, to humble you and test you, to know what was in your heart, whether you would keep His commandments or not. So He humbled you, allowed you to hunger, and fed you with manna which you did not know nor did your fathers know, that He might make you know that man shall not live by bread alone; but man lives by every word that proceeds from the mouth of the Lord . Your garments did not wear out on you, nor did your foot swell these forty years. You should know in your heart that as a man chastens his son, so the Lord your God chastens you. “Therefore you shall keep the commandments of the Lord your God, to walk in His ways and to fear Him. For the Lord your God is bringing you into a good land, a land of brooks of water, of fountains and springs, that flow out of valleys and hills; a land of wheat and barley, of vines and fig trees and pomegranates, a land of olive oil and honey; a land in which you will eat bread without scarcity, in which you will lack nothing; a land whose stones are iron and out of whose hills you can dig copper. When you have eaten and are full, then you shall bless the Lord your God for the good land which He has given you. “Beware that you do not forget the Lord your God by not keeping His commandments, His judgments, and His statutes which I command you today, lest— when you have eaten and are full, and have built beautiful houses and dwell in them; and when your herds and your flocks multiply, and your silver and your gold are multiplied, and all that you have is multiplied; when your heart is lifted up, and you forget the Lord your God who brought you out of the land of Egypt, from the house of bondage; who led you through that great and terrible wilderness, in which were fiery serpents and scorpions and thirsty land where there was no water; who brought water for you out of the flinty rock; who fed you in the wilderness with manna, which your fathers did not know, that He might humble you and that He might test you, to do you good in the end— then you say in your heart, ‘My power and the might of my hand have gained me this wealth.’ “And you shall remember the Lord your God, for it is He who gives you power to get wealth, that He may establish His covenant which He swore to your fathers, as it is this day. Then it shall be, if you by any means forget the Lord your God, and follow other gods, and serve them and worship them, I testify against you this day that you shall surely perish. As the nations which the Lord destroys before you, so you shall perish, because you would not be obedient to the voice of the Lord your God. 
(Deuteronomy 8)


Its getting closer.
But are you ready?

Sabtu, Juni 20, 2020

I will follow through

Kupang, 20 Juni 2020.

Dua hari yang lalu, bila tanpa coro-coro, harusnya sudah di Jakarta ikut asmiha. Harusnya sudah bawa minimal 5 poster dari Kupang. Harusnya.
Sejak mulai coro-coro ini, ada pengumuman kalau seminar ditunda ke oktober. Oke berarti lebih banyak waktu buat nabung. 
Tapi 2 hari yang lalu ada pengumuman lagi. Kalau asmiha jadinya virtual. S e d i h. 

Sometimes the things that we think all for sure
Fade like the ending of day
Sometimes the things that we think all secure 
Pass away
Sometimes the things that we seek and we find
Break both our heart and our mind
But YAH You are the same
The same all the time



Semua baik adanya

Jumat, Juni 05, 2020

First Wave vs New Normal

Sebulan ini di RS, beberapa kali ketemu pasien yang tiba-tiba memburuk. Radang paru bisa berubah drastis hanya dalam waktu 24 jam. Baru 1 jam yang lalu kondisi stabil, tanda-tanda vital aman, barusan ngobrol dengan dokter dan perawat, tiba-tiba apneu.

Memang pasien dengan kondisi buruk akan selalu ada. Selalu ada pasien yang tiba-tiba meninggal. Tapi, tidak sebanyak ini... pembicaraan ini yang belakangan berputar diantara kita, dokter dan perawat di RS. Penuh drama. Harus jaga perasaan. Harus jaga kondisi. Tidak boleh bikin kegaduhan. Jangan gegabah ambil keputusan. Jangan sembarangan berkomentar, nanti malah bikin tenaga medis lain takut merawat pasien. Mana sistem belum benar-benar jelas...

Mungkin hal ini yang dirasakan dokter dan perawat di Wuhan bulan November-Desember 2019. Kenapa banyak keanehan? Kenapa banyak kematian mendadak? Memang pasien punya penyakit penyerta lain, tapi biasanya tidak semendadak ini perburukan terjadi.

Jujur aku agak kecewa dengan pernyataan pak Gubernur. Pasien meninggal hanya 1, itupun karena tifus. Tifoid sekarang sudah tidak berbahaya pak, terapi antibiotik sudah cukup. Coba minta data ke Dinas Kesehatan Provinsi, berapa persen sih kematian karena tifus? Pasien yang meninggal murni karena tifus bisa dihitung dengan jari. Kalau ini penyakit baru, kita tidak tau apa saja yang bisa dibuat virus ini di dalam tubuh manusia, apalagi manusia dengan hemodinamik tubuh tidak seimbang seperti pada penyakit hipertensi, diabetes, gagal ginjal dll. Bisa saja, itu hanya tampak seperti tifus. Dan memang penyakit ini juga punya manifestasi klinis di saluran cerna seperti nyeri perut, mual, muntah dan diare. Hal ini yang bikin kadang penyakit ini lambat terdiagnosis. Pernah dengar kan penelitian yang bilang virus ini ditemukan di kentut? Jadi we never know, yet. Setidaknya perlu 1-2 tahun lagi untuk memetakan seperti apa virus ini sebenarnya dan bagaimana efeknya ke tubuh manusia.

Selama ini kita doa, BAPA angkat Covid-19 dari dunia ini. Tapi BAPA bilang tidak. Kayak duri dalam daging yang dialami Paulus, virus ini masih belum bisa benar-benar terkendali. Kita harus percaya, dalam Covid-19 yang sedang terjadi, kuasa BAPA jadi sempurna.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:4)
Obatnya duri dalam daging sebenarnya adalah ketekunan. Kita gabisa hilangkan duri dalam daging aka virus itu. Tapi kita bisa kendalikan diri kita. Bertekun dalam kondisi ini, supaya kita bisa dibentuk BAPA untuk jadi sempurna di dalam DIA.

New normal sesungguhnya adalah latihan untuk tekun. Latihan untuk engap pakai masker. Lama-lama pasti tidak engap, asal biasa. Latihan untuk enggak turun-turunin masker ke dagu. Latihan untuk rajin cuci tangan dengan ENAM LANGKAH. SUNGGUH INI HANYA 40 DETIK TIDAK ADA YANG SALAH KAN DENGAN CUCI TANGAN 40 DETIK. HANYA 40 DETIK SAJA. TOLONG. Latihan untuk peduli sama orang lain. Terutama sama orang-orang yang rentan, usia tua dan atau punya penyakit penyerta. Ini SEMUA harus dilakukan terus menerus. Harus tekun.

Di kondisi seperti ini, dibutuhkan kerja sama SEMUA pihak. Gabisa kalo cuma tenaga medis aja yang sadar tapi masyakatnya masih banyak yang bebal.
No, you dont need to cheer me up. Ga perlu semangat-semangatin aku. Cukup dengan ngeliat masyarakat rajin pakai masker DENGAN BENAR (harus ditekankan disini. Bukan cuma pake masker ala-ala), rajin cuci tangan, dan physical distancing, sudah membuat tenaga medis sangat bersemangat.

Puji Tuhan sudah banyak juga yang taat protokol kesehatan. Nah aku merasa berkewajiban untuk terus menerus meningatkan semua orang, terutama yang masih bebal untuk meningkatkan kesadaran diri masing-masing. Yang sudah rajin dan taat protokol kesehatan, GOOD JOB! Semoga rajin terus ya! Percayalah setiap tindakan yang kalian lakukan sesuai protokol kesehatan itu bermanfaat untuk menjaga hidupmu dan hidup orang-orang di sekitarmu.
Tapi yang masih bebal, yang ngomong-ngomong new normal tapi masi males cuci tangan, masih narik-narik masker ke dagu, enggak dijaga tangannya masih pegang macem-macem, ngantri enggak pake physical distancing, coba dipikir lagi. Benarkah kalian sudah siap dengan new normal? Kalian tuh masih enggak peduli lho sama orang lain. Apa harus diawasi/ditegur dulu baru bisa taat semua protokol kesehatan?

Tau gak? Setiap detail itu bermakna. Setiap gerakan dalam 6 langkah cuci tangan itu ada artinya. Pakai masker terus menerus itu ada artinya. Jaga jarak dengan orang lain selangkah saja ada artinya. Mungkin efeknya ga bakal kita rasakan dalam 1-2 hari, atau 1-2 minggu, mungkin baru kerasa dalam sebulan, dua bulan, atau bahkan sampai setahun. At the end, every small details matter.

Ayo tekun cuci tangan 6 langkah!
Ayo tekun physical distancing!
Ayo tekun pakai masker menutupi hidung dan mulut!
Ayo tekun pakai masker waktu ngomong!

Sabtu, Mei 23, 2020

Stop

A journey.
Two different worlds.
You spent most of your time immersed in research papers at an overpriced coffee shop. He spent most of his time talking nonsense with his friends.

Love surpasses all, I know.
But tell me, how your worlds become one?
It's either your or his loss.
Stop.

Kamis, Mei 14, 2020

Let the wave begin

Sebagai dokter jaga UGD RS rujukan Covid-19 di Kota Kupang, the tension is real man. Awal April 2020, sejak ada 2 kasus positif di Indonesia, kunjungan ke UGD secara umum mulai turun drastis. Drastis banget. Sampe kita bisa nari-nari di UGD wkwkwk


Sampai akhir April 2020, ada beberapa pasien masuk yang kita curigai PDP, tapi berakhir dengan rapid test negatif, atau keburu meninggal sebelum di swab. Apalagi waktu itu lab PCR di Kupang masih belum jadi. Swab diambil tapi hasilnya bisa 2 minggu lebih baru ada kabar.

Waktu itu aku pernah jaga, datang pasien batuk-batuk dengan keadaan umum stabil. Karena stabil dan ga ada riwayat bepergian dan kontak, jadinya kita santai, meriksa pasien dengan APD level 1. Anehnya, dia enggak merasa sesak, padahal parunya rhonki full. Saturasinya juga turun 80an. Tapi ga sesak. Langsung aku teringat sama silent ischemic-nya covid. Apalagi pasien ini anamnesanya berubah-ubah, selama ini di rumah saja, menyangkal ada riwayat bepergian dan kontak dengan orang dari luar kota. I got a bad feeling. Ditambah lagi setelah ngeliat thorax AP nya yang bilateral patchy infiltrat. Labnya juga, NLR ratio lebih dari 5,5. Awalnya pasien di bed dekat nurse station, tapi setelah liat hasil rontgen, langsung aku pindahin ke isolasi UGD. Salah satu keputusan yang tidak pernah aku sesali wkwkw.

Setelah konsul ke dokter spesialis, dokternya setuju rapid test. Hasilnya? Non reaktif. Tapi mon maap ni ya tya sudah punya trust issue dengan rapid test. Sensitivitas spesifisitas alatnya ga jelas. Rapid test kek gitu seharusnya gabisa dipakai buat screening. Tapi ya sudahlah ya, udah kadung dibeli juga sama pemerintah.

Pasien ini setelah ditanya-tanya lagi, baru ngaku kalau dari daerah Kabupaten Kupang. Awalnya bilang dari sana ke Kupang naik kapal, terus berubah lagi jadi naik mobil pribadi. Kan mencurigakan. Aku ga tau mau percaya yang mana. Terus bilang kalo ke kupang 2 kali bolak balik. Jadi pertama naik kapal, kedua naik mobil pribadi. Jujur kesel sih waktu itu. Kan jadinya mudah suudzon sama pasien dan keluarga. Nipu ga ya? Bohong ga ya? Tapi kalau memang pasien ini benar-benar jujur dengan riwayat perjalanannya, transmisi lokal bukan hal yang mustahil lagi di Kupang.

Long story short, setelah drama berjam-jam di UGD,  pasien ini berhasil masuk ruangan isolasi dengan diagnosa PDP. Tapi sebelum hasil swab keluar, lebih tepatnya 3 hari setelah masuk UGD, pasien meninggal karena sesak nafas.
Abis itu aku langsung dapat instruksi buat isolasi mandiri di rumah sampai 14 hari setelah pasien itu aku terima. Tapi sampai detik postingan ini aku buat, hasil swabnya masih belum ada :)

Hasil PCR yang lama keluarnya, di satu sisi bikin kita agak 'tenang', di sisi lain bikin kita was was juga karena sebagian besar kasus berakhir menjadi misteri. Dan betul juga, setelah lab PCR di Kupang beroperasi, kasus positif di NTT langsung meningkat secara eksponensial. Tidak sampai seminggu, kasus transmisi lokal langsung terdeteksi.

(Me shouting internally) ITU KANNNNNN! SUDAH KU BILANG JANGAN ANGGAP DI KUPANG TIDAK ADA LOCAL TRANSMISSION. SANTAI SAJA TERUS, JALAN-JALAN SAJA TERUS, NONGKRONG-NONGKRONG SAJA TERUS! MALES CUCI TANGAN SAJA TERUS! YES YOUR IGNORANCE IS YOUR BLISS!

Gini lho, mungkin kamu tidak akan sakit berat saat kamu terinfeksi. Tapi bayangkan betapa besar penyesalanmu nanti, kalau orang yang kamu sayang atau ada orang yang terinfeksi dari kamu. Terus sakitnya berat karena ada penyakit penyerta. Terinfeksi dari kamu.
Makanya pakai masker MENUTUPI HIDUNG DAN MULUT! RAJIN CUCI TANGAN!

Pengen deh membalikkan stigma, kalau garda terdepan itu bukan tenaga medis, tapi masyarakat di luar RS. Apa gunanya RS punya alat lengkap dan tenaga medisnya pake APD lengkap, tapi infeksi di masyarakat jalan terus?

Memang tidak ada satupun dari kita yang mau terinfeksi. Tidak ada yang mau masuk ruang isolasi sendirian. Lagi sakit, lagi sesak terus sendirian. Sungguh tidak menyenangkan sama sekali.
Tapi, kita yang kerja di RS juga ga mau ketularan dari pasien. Gimana kalo dokter dan perawat UGD banyak yang ketularan, terus yang jaga UGD sapa dong? Makanya yuk kita kerja sama. Yuk jujur kalau ditanya apapun oleh dokter dan perawat. Yuk jangan menutup-nutupi info. Bukankah yang kita takuti sebenarnya bukan kasus positif, tapi kebohongan?
Setidaknya kalau kita tau ada yang positif, penanganan akan terstandar, aman bagi pasien, aman bagi tenaga medis. Win win solution kan. Lagipula ini juga bukan penyakit yang angka mortalitasnya tinggi. Bisa kok sembuh, bisa kok sehat lagi. Bisa kok enggak menularkan lagi. Asal sabar dan tabah aja, ga sampe sebulan berobat dan jangan kemana-mana dulu.

Bohong itu capek ga sih? Bukankah bohong itu bisa bikin stres, akhirnya imunitas jadi lebih gampang turun karena hormon stres meningkat? Capek kan bohong. Bikin hati ga bisa tenang. Makanya yuk jujur kalau ditanya di UGD. Tapi alangkah lebih baiknya lagi kalau sakit dan ada riwayat yang mengarah ke infeksi Covid-19, jangan langsung ke RS, tapi telpon dulu puskesmas atau RS terdekat, atau sistem telemedicine yang ada di kota masing-masing. Kalo di Kupang kan sudah ada nomor telpon puskesmas terdekat. Nah itu bisa dipake. Modal pulsa 5rb bisa donggg, demi memutus mata rantai infeksi. Another win-win solution.
Btw ini ada link buat prediksi kemungkinan kita kena covid atau enggak, lumayan membantu buat stratifikasi risiko.

http://insomarisuksesgroup.com/tescovid19/home.html

Percayalah, kita akan sangat respek pada pasien yang jujur sama riwayat sakitnya. Sangat amat sangat menghormati. Tapi kalau dibohongin itu rasanya kayak dikhianati, kek ditusuk dari belakang. Sedih, kita juga jadi kepikiran ga bisa tenang di rumah. Sampai takut pulang rumah, takut kelamaan ketemu sama papa mama.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang. Gimana bisa gembira kalau lagi bohong sodara-sodara?
Jujur ya, supaya hati bisa tenang. Kita ga boleh panik, tapi harus tetap waspada. (INI NGETIK PAKE CAPSLOCK KARENA NGOMONGNYA SAMBIL NGEGAS BIAR MASUK DI ITU KEPALA OTAK.)
TETAP RAJIN CUCI TANGAN 6 LANGKAH, PAKAI MASKER MENUTUPI HIDUNG DAN MULUT SAAT DI LUAR RUMAH, PULANG RUMAH LANGSUNG MANDI DAN GANTI BAJU, ATAU MINIMAL CUCI TANGAN DAN KAKI. JANGAN KELUAR RUMAH KALAU TIDAK PENTING ALIAS CUMA BUAT NONGKRONG-NONGKRONG DAN CERITA BATAPUTAR KUPANG..

Akhir kata,
Ini baru permulaan. Kalau ibarat mau tsunami, bulan April kemaren adalah pas surut-surutnya laut sebelum gelombang besar datang. Bulan mei ini adalah awal gelombang itu muncul.
Aku gatau akan sebesar apa dan sampai kapan, karena semua bergantung pada masyarakat. Ingat kan, masyarakat itu garda terdepan pemutus mata rantai infeksi Covid-19. Yuk saling menjaga satu sama lain.


Semua baik adanya

Minggu, April 19, 2020

#10yearschallenge

1994 dan RSUD Johannes
Katanya sih lahir disini. Pagi-pagi jam 7, saat operan jaga. Memang lahir di jam-jam operan itu agak-agak bikin gemes bidan dan dokternya. Dokter Sp.OGnya sampe kepeleset dan keseleo gara-gara lari ke VK lama di bawah. Terus sampe sekarang kalo ketemu beliau pasti diingat banget karena bikin beliau keseleo. Katanya sih waktu lahir nangisnya paling kencang.
Katanya.

Seneng banget dulu bisa masuk ke gedung UGD baru
sebelum gedungnya dipake
terus foto-foto disana

2010 dan RSUD Johanes. 
Aku masih ingat gimana 'panas'nya situasi waktu itu. Jaman Tya masih hobi ngekor mama muterin rumah sakit literally dari depan UGD sampai ke diklat P2KS di bawah. Nungguin mama rapat dan ngobrol sampai bosen-bosen. Dan masuk ke hampir semua ruangan rawat inap. Every. Single. Saturday. Awalnya males, hari sabtu kan hari libur a.k.a malas-malasan sedunia. Tapi selalu diiming-imingi 'abis dari rumah sakit kita ke mall' atau 'abis dari rumah sakit kita makan di KFC'. Yagimanakutakpunyapilihanlain. Terus lama-lama suka. Mungkin memang dasarnya jiwa petualang ya. Jadi suka aja mengeksplor tempat baru. Dan bau gedung baru di rumah sakit itu enak banget ya kannn... wkwkwk

#10yearschallenge
May come back later to upgrade this with another HD photo.
Emang sengaja foto low definition ec ga lipstikan dan acne vulgaris attack due to kelupaan cuci muka + masker everytime + usaha menghemat masker

2020 dan RSUD Johanes.
Mana kepikiran waktu itu kalo 10 tahun lagi keterima kerja di sini. Kepikiran jadi dokter aja baru bayang-bayang tipis. But look at today. Tiba-tiba nama udah tercantum di lembar hasil lab di samping kanan tulisan dokter pengirim titik dua. Tiba-tiba udah (lumayan) percaya diri jaga UGD Johanes a.k.a puncak rantai per-rujukan di Nusa Tenggara Timur dan rumah sakit kesayangan masyarakat Kota Kupang (disayang banget sampe tumpah-tumpah :"))
Dan rasanya gampang sekali beradaptasi, ya mungkin karena sudah ada ikatan batin dari jaman dahulu kala ya.

Lahir disini, main disini dari jaman bayi sampai SMA, kerja disini. Untung sekolah ga disini juga wkwkwkw
Looking forward for another decades ahead! 
*Tapi tya sekolah dulu ya biar another decades-nya lebih pinter lagi

(Btw agak-agak ngeri juga ya membayangkan another decades)

Jumat, Maret 20, 2020

The fear of collaborate

Waktu aku melihat orang-orang hebat/yang berpotensi di sekitarku, kadang aku iri dan takut tersaingi. Tapi pikiran kayak gitu kan ga bagus. Hei kamu punya mimpi yang besar, dan kamu butuh banyak orang hebat lain untuk bisa mewujudkan mimpi besar itu. Dan banyak banget yang harus dikerjakan untuk penelitian ini. Banyak banget in the literal meaning. Untuk tya yang terbiasa bekerja sendiri, beneran datanya banyak banget sampai di tahap totally overwhelmed. Ini aja belom ngambil data follow up di poli. 

Dibandingkan bersaing, gimana kalau kita bekerja sama? Aku baru sadar pentingnya networking pas sudah kerja. Agak telat sih, tapi its okay, yang penting kita belajar dan terus memperbaiki diri.


Kerja sama dengan orang lain memang lebih ribet, menyamakan mimpi, menyamakan sistem, berusaha melangkah sama-sama, dll. Risiko di-backstab, risiko dikecewakan, risiko kerjaan ga sesuai ekspektasi. Miskomunikasi memang penyebab tersering masalah antar umat manusia di seluruh dunia. Yang penting ditanamkan dalam masing-masing pribadi adalah we never meant to hurt each other. Walaupun kerja sama sampai nangis marah dan berbagai gejolak emosi lainnya, our heart never meant to hurt each other.


Tapi hasil dari kerja sama itu sungguh amat besar dan worth the pain. We can achieve big things together. Sama kayak ada Sp.JP dan Sp.PD Konsulan Kardiovaskular. Awalnya aku ngira, hmm gimana nih nanti rebutan pasien-pasien jantung. Padahal kan pasien sakit jantung di kota kupang dan di dunia ini banyak. Ngapain takut tersaingi? Kenapa tidak bekerja sama saja? 


Proudly present, soon to be Pusat Riset Kardiovaskular NTT
(mari ucapkan aminnn)
Dextra-sinistra: dr. Raydel Amalo, dr. Queen Ariyani
dr. Maria Delong, tya, dr. Batara Poetra
(+ the newcomers yang ga ikutan rapat pertama)
Semangat gaesssss!!

Tuhan itu tau kamu ga sanggup sendiri. Makanya tiba-tiba nambah aja personilnya. Eh kok tiba-tiba banyak wkwkwkwk. Kusenang juga sih banyak yang minat jantung ternyata. After all this time merasa sendiri dan overwhelmed. Terima kasih sudah membuat mimpi tya terlihat sangat achievable. Bisa nih sekarang kalo tya mau bikin goal yang SMART. 

Makanya sekarang, ayo belajar delegasi tugas.
Ayo kerja sama untuk #NTTSEHAT2050 #IndonesiaSehat2050


Let's write the history together!

Senin, Maret 16, 2020

OSCE UKMPPD: dari sisi penguji

Sejak tahun lalu, sudah 3 kali ikutan nguji OSCE UKMPPD. Pertama dapat station nyeri dada dan EKG, kedua dapet station retensio urin dan pasang kateter, ketiga dapat station fraktur dan pasang bidai.

Sebagai orang yang ujian OSCE dengan metode yang sama seperti sekarang, nilai OSCE UKMPPDnya kurang 12 poin dari maksimal dan sudah dapat pelatihan penguji OSCE, sepertinya saranku cukup valid ya.

Yang harus kalian lakukan untuk persiapan OSCE UKMPPD adalah:
1. Selama koass, kerjakan semua tindakan seideal mungkin. Kalaupun tidak bisa ideal karena kenyataan dunia ini, kamu harus tetap ingat, harusnya aku begini, harusnya aku tidak boleh begini. Praktek terus. Sesimpel praktek cuci tangan 6 langkah. Dibiasain aja selama koass. Biar pas UKMPPD ga bikin ngakak pengujinya. (Walopun wastafelnya menghadap tembok, kalian pikir penguji ga ngeliat kalo kalian cuci tangan tidak 6 langkah?). Pasang infus, pasang kateter urin, dan semua tindakan lainnya, biasakan hafal semua checklistnya. Jangan males. Pas koass jangan cuma capek aja, tapi otaknya keisi juga.
Jangan males juga kalo jadi koass. Jangan nolak tindakan. Jangan beralasan "bukan koass bedah dok" jadi gamau rawat luka dan hecting. Atau "bukan koass anak dok" jadi gamau ases pasien anak. Ya asal kerjaanmu yang lain udah beres, dalam artian misal kamu koass anak dan di UGD lagi ga ada pasien anak, ya udah kerjain aja apa yang ada. "Kita gaboleh nulis resep dok" "kita gaboleh nulis status". Nanti pas kamu jaga UGD saat internsip ga bisa milih-milih pasien gitu dan semua harus kamu yang kerjain dan kemungkinan kamu jaga UGD sendirian fyi. Intinya yang rajin jadi koass.

2. Siapkan materi kompetensi 3A, 3B, dan 4.
Di dalam dunia kedokteran yang keras ini, ada buku panduan hidup yang bernama Panduan Praktik Klinis untuk penyakit dan tindakan dokter umum. Baca ya. Itu sungguh mempermudah hidupmu.

3. Latihan sama teman itu penting. Semua langkah dibicarakan. Dan harus beneran dipraktekkan setiap detail langkahnya.

4. Inget ada beberapa pasien yang beda approachnya. Gabosa semua pasien kamu hajar dengan anamnesa lengkap terus cek TTV lanjut pemeriksaan fisik. Khusus untuk pasien trauma, settingannya beda.
Iya bener sih semua pasien di periksa ttv dulu
Tapi pasien bedah algoritmanya beda, harus cek primary survey dan secondary survey.
Kalo pasien ga sadar cek dulu ABCnya. Jangan anamnesa. Ya gimana siapa yang anda ajak bicara mohon maaf. Cek dulu airway aman tidak, breathing ada ga, kalau ada adekuat tidak, terus cek nadi dan akral. Kalau ga ada nadi ya RJP. Terus pasang EKG. Jalankan algoritma henti jantung. 

5. Banyak hal sepele yang sering dilupakan, kayak baca soal baik-baik dan tidak perlu mengerjakan hal yang tidak diminta, baca foto rontgen, dan informed consent tindakan, dll. Bikin gemes penguji tau ga. Ih ini dikit lagi anak ini bisa dapet nilai 3. Gemes. Padahal bisa lho sebenarnya kalian, entah karena gugup atau ga terbiasa.
Makanya waktu koass jangan modal tenaga saja. Tapi otak juga dipakai. Otaknya juga diasah. "Dok ini kenapa diagnosisnya a bukan b?". Kalau bingung nanya aja sih cuy ga perlu sungkan. Ya tapi liat sikon juga ya kapan kerjaan sudah agak longgar baru kalian nanya.
Biasakan mikir kalau nanti aku jaga UGD sendiri dan aku dapat pasien kayak gini, aku harus nanya apa aja, periksa apa aja, dan minta pemeriksaan penunjang apa aja. Biar terbiasa dengan ritme kerja di UGD. Abis a, lanjut b, lanjut c, lanjut d.

6. Hari H, pakai baju rapi, dandan yang cantik dan ganteng, berdiri di depan kaca dan bilang
"You are born to do this. It's always in your blood. Chill, it's just another ordinary day at emergency ward."

Sekian dulu Tya sudah capek ngetik.
Makasih sudah baca.


ps: kalau lu masi koass, baca ko mengerti dan bertobat sudah. Masih ada waktu untuk tobat ya anak dong. 

Selasa, Februari 11, 2020

ATLS

Sebenernya aku paling males ikut pelatihan yang tidak relevan dengan bidang yang aku suka. Salah satunya ATLS.
Ilmunya cukup berguna sih buat jaga UGD, tapi bayarnya hmmmmmmmmmmmmm. Setelah masuk cpns baru sadar ternyata RS nyiapin dana buat pelatihan 'dasar' dokter umum. Akhirnya aku ikutan ec banyak kursi kosong buat ATLS dan senior-senior semuanya sudah ATLS.

Dibilang niat ga niat. Niatnya belajar karena pak wadir pelayanan bilang "kalo ga lulus one shoot harus ganti uangnya RS" which everybody knew itu cuma bercanda. 
Tapi memang dasarnya tya suka belajar dan sejujurnya ya, buku ATLS itu enak banget dibaca (tapi gasuka ujian), jadi ya tetap belajar. Walopun H-2 baru mulai fokus belajar dan baru sempat baca 3 setengah bab dari 15 bab lebih. Aku kira aku sanggup begadang buat belajar. Dalam hati pengen sekali menyelesaikan baca. Tapi ternyata tydac shanggup shay. Dua malam tetap saja tidur tepat waktu dan bangun jam 5 pagi. Puji Bapa di youtube banyak banget video-video ATLS jadi lumayan banyak bantu, walopun tengah-tengah nonton seringnya ketiduran. Puji Bapa juga inti buku ada di 3 bab awal, jadi sisanya ga khatam ga apa-apa. Puji Bapa lagi, pelatihannya tidak semenguras pemikiran ACLS atau EKG. Kalo dua itu ga khatam buku agak semaput ya pas pelatihan. Untungnya ATLS masih lebih woles wkwkwk  

Dan tadi pagi, bangun jam 5 pas. Tapi baru mandi jam setengah 7. Kebiasaan jelek memang. Akhirnya jam 7.15 baru sampe tempat pelatihan. Ternyata aku yang paling telat dan hampir tidak diluluskan gara2 telat. Memang agak agak uji nyali ya tya. Sampe bikin khawatir semua orang. Parah memang. 

Terus sorenya, malah one shoot, hampir remedial lebih tepatnya. Kalo salah 1 nomer lagi aja, tya remedial. Udah pasrah padahal bakal remedial. Tapi Bapa baik. Bapa baik sekali...


Sudah pasrah pulangnya waktu gelap. Ternyata masih ketemu sunset

Datang paling telat, pulang paling awal. Dasar.