Sebulan ini di RS, beberapa kali ketemu pasien yang tiba-tiba memburuk. Radang paru bisa berubah drastis hanya dalam waktu 24 jam. Baru 1 jam yang lalu kondisi stabil, tanda-tanda vital aman, barusan ngobrol dengan dokter dan perawat, tiba-tiba apneu.
Memang pasien dengan kondisi buruk akan selalu ada. Selalu ada pasien yang tiba-tiba meninggal. Tapi, tidak sebanyak ini... pembicaraan ini yang belakangan berputar diantara kita, dokter dan perawat di RS. Penuh drama. Harus jaga perasaan. Harus jaga kondisi. Tidak boleh bikin kegaduhan. Jangan gegabah ambil keputusan. Jangan sembarangan berkomentar, nanti malah bikin tenaga medis lain takut merawat pasien. Mana sistem belum benar-benar jelas...
Mungkin hal ini yang dirasakan dokter dan perawat di Wuhan bulan November-Desember 2019. Kenapa banyak keanehan? Kenapa banyak kematian mendadak? Memang pasien punya penyakit penyerta lain, tapi biasanya tidak semendadak ini perburukan terjadi.
Jujur aku agak kecewa dengan pernyataan pak Gubernur. Pasien meninggal hanya 1, itupun karena tifus. Tifoid sekarang sudah tidak berbahaya pak, terapi antibiotik sudah cukup. Coba minta data ke Dinas Kesehatan Provinsi, berapa persen sih kematian karena tifus? Pasien yang meninggal murni karena tifus bisa dihitung dengan jari. Kalau ini penyakit baru, kita tidak tau apa saja yang bisa dibuat virus ini di dalam tubuh manusia, apalagi manusia dengan hemodinamik tubuh tidak seimbang seperti pada penyakit hipertensi, diabetes, gagal ginjal dll. Bisa saja, itu hanya tampak seperti tifus. Dan memang penyakit ini juga punya manifestasi klinis di saluran cerna seperti nyeri perut, mual, muntah dan diare. Hal ini yang bikin kadang penyakit ini lambat terdiagnosis. Pernah dengar kan penelitian yang bilang virus ini ditemukan di kentut? Jadi we never know, yet. Setidaknya perlu 1-2 tahun lagi untuk memetakan seperti apa virus ini sebenarnya dan bagaimana efeknya ke tubuh manusia.
Selama ini kita doa, BAPA angkat Covid-19 dari dunia ini. Tapi BAPA bilang tidak. Kayak duri dalam daging yang dialami Paulus, virus ini masih belum bisa benar-benar terkendali. Kita harus percaya, dalam Covid-19 yang sedang terjadi, kuasa BAPA jadi sempurna.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:4)
Obatnya duri dalam daging sebenarnya adalah ketekunan. Kita gabisa hilangkan duri dalam daging aka virus itu. Tapi kita bisa kendalikan diri kita. Bertekun dalam kondisi ini, supaya kita bisa dibentuk BAPA untuk jadi sempurna di dalam DIA.
New normal sesungguhnya adalah latihan untuk tekun. Latihan untuk engap pakai masker. Lama-lama pasti tidak engap, asal biasa. Latihan untuk enggak turun-turunin masker ke dagu. Latihan untuk rajin cuci tangan dengan ENAM LANGKAH. SUNGGUH INI HANYA 40 DETIK TIDAK ADA YANG SALAH KAN DENGAN CUCI TANGAN 40 DETIK. HANYA 40 DETIK SAJA. TOLONG. Latihan untuk peduli sama orang lain. Terutama sama orang-orang yang rentan, usia tua dan atau punya penyakit penyerta. Ini SEMUA harus dilakukan terus menerus. Harus tekun.
Di kondisi seperti ini, dibutuhkan kerja sama SEMUA pihak. Gabisa kalo cuma tenaga medis aja yang sadar tapi masyakatnya masih banyak yang bebal.
No, you dont need to cheer me up. Ga perlu semangat-semangatin aku. Cukup dengan ngeliat masyarakat rajin pakai masker DENGAN BENAR (harus ditekankan disini. Bukan cuma pake masker ala-ala), rajin cuci tangan, dan physical distancing, sudah membuat tenaga medis sangat bersemangat.
Puji Tuhan sudah banyak juga yang taat protokol kesehatan. Nah aku merasa berkewajiban untuk terus menerus meningatkan semua orang, terutama yang masih bebal untuk meningkatkan kesadaran diri masing-masing. Yang sudah rajin dan taat protokol kesehatan, GOOD JOB! Semoga rajin terus ya! Percayalah setiap tindakan yang kalian lakukan sesuai protokol kesehatan itu bermanfaat untuk menjaga hidupmu dan hidup orang-orang di sekitarmu.
Tapi yang masih bebal, yang ngomong-ngomong new normal tapi masi males cuci tangan, masih narik-narik masker ke dagu, enggak dijaga tangannya masih pegang macem-macem, ngantri enggak pake physical distancing, coba dipikir lagi. Benarkah kalian sudah siap dengan new normal? Kalian tuh masih enggak peduli lho sama orang lain. Apa harus diawasi/ditegur dulu baru bisa taat semua protokol kesehatan?
Tau gak? Setiap detail itu bermakna. Setiap gerakan dalam 6 langkah cuci tangan itu ada artinya. Pakai masker terus menerus itu ada artinya. Jaga jarak dengan orang lain selangkah saja ada artinya. Mungkin efeknya ga bakal kita rasakan dalam 1-2 hari, atau 1-2 minggu, mungkin baru kerasa dalam sebulan, dua bulan, atau bahkan sampai setahun. At the end, every small details matter.
Ayo tekun cuci tangan 6 langkah!
Ayo tekun physical distancing!
Ayo tekun pakai masker menutupi hidung dan mulut!
Ayo tekun pakai masker waktu ngomong!