No, don't get me wrong. Aku bukan benci. Bukan juga marah.
Logika
tya saja yang tidak bisa menangkap hal ini. BAPA, memang jalan
laki-laki dan perempuan tuh susah sekali ya dipikirkan. Bagaimana bisa
dia yang bukan laki-laki baik-baik, bisa bersama perempuan baik-baik. Di
sisi mana dunia mereka menyatu? Di sebelah mana visi hidup mereka sama?
Apakah dia bisa dipercaya? Dan apakah dia mengerti dan menghidupi prinsip otoritas? Apakah sama seperti konsep otoritas yang kita mengerti dulu?
Sungguh masih belum masuk logika tya.
Sampai detik ini belum ada fakta yang bisa meyakinkan aku kalau dia
tidak take her for granted, as his personal achievement. Dan masih belum
nyambung juga di otak tya gimana bisa semua komitmen jaman dulu bisa
hilang begitu saja. Idealisme hilang ditelan realita.
Dia mungkin akan bisa jadi DPR atau walikota, bahkan gubernur. Tapi entah mengapa dia masih belum valid di dalam pandanganku. Tapi tenang saja, kalian memang tidak butuh validasiku untuk memutuskan apapun. Hidupmu hidupmu. Kalau kamu yang salah pilih ya kamu yang tanggung sendiri. Semoga saja pilihan kalian benar. Semoga saja pilihan kalian tidak menyusahkan banyak orang dikemudian hari (orang lain disini juga termasuk anak-anak kalian nantinya). Semoga ya.
Dan satu lagi, I will always be there to watch and take notes.