Kamis, November 20, 2014

Birthright



He used to be the wise, one of the founders.
He was charming, adored by many people
as a mentor and big brother.
He seemed strong and unbreakable.

Look at him now.
Lamented in sorrow
cause his birthright he threw.
Now you know, sis, why love did not grow.

At the last harvest all tares will be gathered in fire.
But the wheat are God's treasures.
Will you have dominion and break the yoke, brother?
Malang, October 12th 2014

Rabu, November 19, 2014

20

Pengen banget dari tanggal 2 posting sesuatu di blog. Tapi apa daya, mood tidak mendukung. Karena mencoba menulis tanpa mood dan inspirasi itu seakan laper tapi enggak ada makanan dan minuman.

Kepala dua. Seakan-akan ada satu kepala yang muncul dari leher, semacam wise tooth yang erupsi antara umur 17-25 tahun. Udah enggak usah dibayangin. Itu ngeri banget kalo beneran.
Sudah kepala dua tapi kalau ketemu temannya papa atau mama pertanyaannya masih "sekolah dimana?" atau "kelas berapa sekarang?" 
zzz
Mana ada om, tante, anak SMA atau SMP yang kemana-mana alisnya ditebelin pake pensil alis? Antara seneng awet muda dan miris masih dianggap anak kecil.

Anyway, banyak hal yang terjadi di tahun ke-20 kemarin. Banyak pelajaran yang didapat, banyak langkah besar yang diambil. Banyak juga air mata yang jatuh (kalo ini enggak usah ditanya lah ya, emang dasarnya cengeng).
Belajar jadi mediator untuk teman-teman, belajar jadi teman yang baik, belajar jadi pendengar yang baik, belajar untuk sabar, belajar untuk tenang.Pertumbuhan itu memang harus terlihat dan bisa dinilai. Dan aku tau aku bertumbuh :)
Tahun ke-20 juga jadi tahun dimana aku semakin menyadari kealayanku, ditandai dengan merasa judul blog alay. Pengen diganti tapi masih belum punya kata yang tepat. Someday lah ya.
I am curious what's gonna happen in the next 10 years, or  next 20 years.
There is one song i love. 10.000 reasons by Matt Redman. Lagu ini soundtracknya Kingdom Leadership Conference 2014 :)

Bless the Lord, O my soul
O my soul
Worship His Holy name
Sing like never before, O my soul
I'll worship Your Holy name

The sun comes up, it's a new day dawning
It's time to sing Your song again
Whatever may pass, and whatever lies before me,
Let me be singing when the evening comes

You're rich in love, and You're slow to anger
Your name is great, and Your heart is kind
For all Your goodness, I will keep on singing
Ten thousand reasons for my heart to find

And on that day when my strength is failing
The end draws near, and my time has come
Still my soul will sing Your praise unending
Ten thousands years and then forever more!

Bless the Lord, O my soul
O my soul
Worship His Holy name
Sing like never before, O my soul
I'll worship Your Holy name


Thank You Father for twenty years of blessings.

Senin, Oktober 27, 2014

Duri dalam Daging (Bagian Kedua): Sela



I'm not here to comprehend
I'm not trying to pretend that all these shiny things
In life can bring the happiness that I crave
Help me Lord to stand my ground
Help me never to back down on what I know to be
The truth and faith in all that I believe
You're my grace
I live for You in all I do
I walk with You through all the storm
That passed over me
And walk out with the faith that I believe
You're my redemption You're my King
Your passion for me is the strength I have
To face these giants
Know that You have die to set us free
You're my faith
Berkat datang untuk menguji kita dalam mengucap syukur. mengapa banyak orang yang jatuh saat diberi berkat? Padahal sebelumnya orang itu sangat rohani. tapi disaat Tuhan sudah memberikan apa yang dia inginkan, dia jatuh.
I don't wanna be that kind of person.
Berkat tidak seharusnya menjatuhkan seseorang. Berkat seharusnya membuat seseorang semakin mengasihi dan mengenal Tuhan, bahwa Dia tidak hanya Pribadi yang selalu menjadi penuntun saat kita di lembah kekelaman, namun juga menjadi penuntun kita disaat kita berada di puncak kemenangan.
Seringkali kita terlalu fokus pada berkat, sehingga melupakan Sang Sumber Berkat. Kita menjadi seakan kuda liar yang ikatannya dilepas. Lari tidak karuan dan akhirnya terjatuh di jurang. Padahal ikatan itu sebenarnya mengajarkan kita untuk taat, sehingga saat dilepas kita tidak terjatuh.

As sure as river flows to sea
That's how Your sweet love's for me
This I know because God is for me
From the rising of the sun
To the setting of the same
Great is heaven's mercies over me
There's nothing that compares
To the beauty of Your grace
I'm longing for Your face
Now I'm calling out
Calling out to You 
There's nothing that compares
To the love my Saviour has
Forever til the end
I'll be calling out
Calling out to You
I'm calling
I'm calling out Your name
I'm running faster straight to where You are
And I'm falling
Deeper in Your love
Help me find my way
To bring glory to Your name.
Fokus kita sudah seharusnya kita arahkan kepada Tuhan. Setelah kita mendapat semua yang kita inginkan dan doakan, jangan lupakan Tuhan. Jangan jadi seperti 9 orang kusta yang disembuhkan tapi tidak kembali untuk mengucap syukur. Jadilah seperti 1 orang kusta yang kembali kepada Tuhan Yesus Kristus, dengan pemikiran yang telah diubahkan dan hati yang baru. I'll run faster straight to where You are.

Ajar kami menjadi generasi yang terbiasa mengucap syukur,
yang tidak berhenti berdoa setelah segala permintaan kami dikabulkan.
Ajar kami untuk berfokus pada Engkau saja, bukan pemberianMu,
agar setelah kami memperoleh apa yang kami inginkan iman kami tidak goyah.
Ajar kami untuk tidak mengandalkan diri kami sendiri,
melainkan melihat segala sesuatu yang baik dalam hidup kami sebagai karya anugrahMu.
Ajar kami untuk bertahan dalam pencobaan,
sebab pencobaan itu mendewasakan kami di dalamMu.
Ajar kami untuk memberkati orang lain,
karena itulah tujuan kami diberkati.
Ajar kami untuk tidak lengah saat kami berada di zona nyaman,
sehingga kami tidak melanggar FirmanMu.
Ajar kami untuk menyerahkan pensil kehidupan kami ke dalam tanganMu,
dan menghapus setiap rancangan 'murahan' kami.
Ajar kami untuk setia pada perkara-perkara kecil yang kami hadapi sekarang,
sebab kami rindu menjadi hambaMu yang baik dan setia.
Ajar kami untuk selalu bersandar kepada Engkau saja,
sebab Engkaulah kekuatan dan tempat perlindungan yang teguh.
Waktu untuk segala sesuatu telah Engkau tentukan sejak sebelum dunia diciptakan.
Masa depan kami adalah masa depanMu.
Terima kasih telah mencabut duri dalam daging kami.
Terus murnikan dan sempurnakan kami.
Your kairos will always be my sweet harvest

Lyrics from: I'm Calling and Calling Out to You by Sidney Mohede. Great songs for selah when you've got everything you've been praying for.

Minggu, Oktober 26, 2014

Duri dalam Daging (Bagian Pertama)



Menulis tentang duri dalam daging jujur sangat sulit dan menyiksa batin. Bertahun-tahun aku enggak percaya diri sama gigiku yang enggak teratur. Sebenarnya cuma satu sih, tapi itu gigi seri kanan atas. Gigi yang paling terlihat. Masa remajaku diwarnai dengan ketidak-percaya-dirian ini.
Kadang aku menyesali, kenapa waktu kecil suka sekali nge-dot. Haha, dot selalu jadi kambing hitam. Walaupun begitu aku bersyukur tidak pernah diejek di sekolah secara langsung tentang penampilanku, karena aku berusaha untuk menonjolkan diri dalam bidang akademis.
Tapi tetap saja duri itu masih melekat. Bahkan semakin dalam tertanam dalam hati. Secara enggak sadar, aku jadi sangat sensitif kalau mendengar kata "gigi". Mungkin itu juga alasan kenapa aku sama sekali enggak tertarik masuk FKG, padahal berdasarkan tes sidik jari teknik gerakanku salah satu yang dominan.
Dulu sempat juga terpikir, mungkin karena ini enggak ada cowok yang nembak aku. Hahaha. Akhirnya aku sadar, Tuhan pengen aku memfokuskan diri untuk membangun karakterku dibandingkan menghias penampilan fisikku.
Sudah sejak awal masuk SMA, akhir tahun 2009, aku minta papa mama untuk pasang kawat gigi. Tapi berhubung di Kupang belum ada dokter gigi spesialis orthodontist jadi mama bilang pasang di Surabaya saja. Waktu itu pengetahuan tentang kawat gigi yang aku punya masih nol besar. Alhasil waktu liburan natal ke Surabaya dan nanya ke dokter gigi baru tau kalau masang kawat gigi itu kontrolnya 2 minggu sekali. Ya kali aku pulang pergi Kupang-Surabaya-Kupang tiap 2 minggu. Kenyataan itu buat aku pasrah nunggu sampai lulus SMA dan kuliah di Surabaya/Malang.
Setelah lulus SMA dan mulai masuk kuliah, kebetulan waktu itu mama sedang ada masalah di kantor. Dan aku enggak berani minta ke papa setelah kejadian Chacha. (boleh banget dibaca disini) Aku takut kawat gigiku berakhir seperti Chacha yang tidak berumur panjang ditanganku. Hanya gara-gara keputusanku yang terlalu gegabah dan egois.
Dan sampai saat ini waktunya tidak pernah tepat. Aku sadar aku masih punya kakak dan adik-adik yang masih sekolah dan dibiayai orang tua. Aku enggak boleh egois.
Enggak terasa 3 tahun di Malang berlalu dengan sangat cepat. Karena awal tahun ini sudah mengurus permintaan beasiswa ke Dinkes Provinsi NTT, bulan ini beasiswanya cair. Sebelumnya aku enggak pernah kepikiran untuk pasang kawat gigi dengan uang beasiswa. Tapi aku tiba-tiba sadar, waktuku di Pulau Jawa tinggal 2,5 tahun lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi mau pasang kawat gigi? Sementara di Kupang sampai sekarang masih belum ada spesialis orthodontist. Mulailah duri dalam daging ter-reaktivasi lagi. Di satu sisi, it is now or never. Di sisi lain, aku sudah terbiasa dapat jawaban tidak. Aku takut terlalu gegabah mengambil keputusan.
The saddest thing is I cant tell anyone. Aku tipe orang yg hanya menceritakan sesuatu kalau aku tau orang itu pasti mengerti. Yes, I had a trust issue. Nangis-nangis bombay pagi siang malam, padahal kuliah masih ada beberapa skill lab sebelum ujian. Tapi untung waktu itu mau ujian jadi dikira teman-teman begadang buat belajar. Haha
Akhirnya aku putusin untuk cerita ke mama. Pelan-pelan mulai terbuka dan jadi lebih tenang. Waktu tulisan ini dibuat, aku sudah ketemu spesialis orthodontist sekali. Dokter itu temannya tante, wishing i'll get some discount.
Anyway, 2 tahun lalu telunjuk tangan kiriku pernah kemasukan duri kaktus gara-gara enggak merhatiin jalan. Waktu itu lagi ikut camp, yang mana peralatannya terbatas. Bermodalkan anastesi air dingin dan jarum infus, jariku dikorek-korek untuk ngeluarin duri itu. Durinya masuk agak dalam, jadi lumayan sulit dikeluarkan. Setelah diobok-obok selama setengah jam, akhirnya durinya keluar. Mungkin sekarang durinya sudah dikeluarkan. Tapi waktu duri itu diambil bukankah jaringan sekitarnya terluka lagi? Penyembuhan tetap butuh waktu. But I know, I'll be heal. SOON!

Jumat, Oktober 10, 2014

Childhood

Pengen lari-lari dan main sepak bola ditengah hujan tanpa kepikiran nanti bakal sakit karena shower air panas selalu tersedia di rumah. Pengen berenang di laut biru tanpa bingung abis itu mau mandi dimana karena rumah sama pantai jaraknya cuma 15 menit. Pengen main layangan.
Pengen manjat pohon nangka, kedondong, dan jambu di rumah Kupang.
Pengen makan jambu air sepuasnya sampai sakit perut.
Ini baru 1/200

Saking banyaknya pernah 3 hari berturut-turut bawa 3 plastik besar jambu ke sekolah

Pengen makan enak tanpa kepikiran sisa uang bulanan.
Pengen main-main di padang sekitar rumah, pura-pura jadi bolang (bocah petualang) atau sekedar nyari tumbuhan yang bijinya punya bulu-bulu, semacam dandelion tapi pohon.
Mainan buah ingus. Aku enggak tau apa nama sebenarnya. Sejenis markisa tapi dinding buahnya tipis. Bunyinya lucu kalo dipencet
Kangen matahin tangkai daun jalak dan ditiup supaya keluar gelembung-gelembung.
Kangen main sampai bosan. Dulu saking banyaknya waktu luang sampai-sampai sering banget berburu keong kecil di pasir bahan bangunan.
Pengen main sikidoka, batu tiga, congklak, bekel.
Kangen jalan-jalan tiap hari sabtu muter-muter rumah sakit sampai bosen, terus pulangnya beli kelapa muda di Eltari.

I randomly miss childhood

Take pictures in your mind of your childhood room
Memorize how it sounded like when your dad gets home
Remember the footsteps, remember the words said
And all your little brother favorite songs
I just realize everything i had is someday gonna be gone.

So here i am in my new apartment
It's a big city
They just dropped me off
It's so much colder than i thought it would be 
So i took my self in, turn my night light on.
I wish i never grow up

Rabu, Oktober 08, 2014

Kisah Oxy dan Eve


Saya tidak mengingat dengan jelas bagaimana awal hidup saya. Yang saya ingat, tiba-tiba saya sudah berada di suatu tempat yang lembab, lembut, namun sedikit bau. Tapi disana banyak dijumpai makanan.

Oh ya, saya ingat. Kalau tidak salah, saya melewati suatu cairan yang berwarna kekuningan. Awalnya saya khawatir kulit yang melindungi saya akan robek. Tapi ternyata tidak. Samar-samar terlihat seperti ada yang menempel di kulit pelindung saya. Entah apa, kelihatannya bentuknya sama seperti saya. Beberapa jam kemudian, saya sampai di tempat yang lembab dan lembut. Disitu kulit pelindung saya terlepas. Sepertinya ini tempat yang aman, dibanding dengan cairan tadi.

Dia adalah yang pertama yang saya lihat.

"Hai, aku Oxy! Sepertinya kita tadi bertemu saat berada dalam cairan kuning. Siapa namamu?"

Nama? Apa itu nama? Apa aku butuh itu?

"Emm, aku tidak tahu siapa namaku.." jawabku kebingungan.
"Lho? Tidakkah ibumu memberitahumu siapa namamu?" Tanyanya sambil mengerutkan dahinya
"Aku tidak tahu. Mungkin kepalaku sedikit terbentur saat perjalanan tadi.."
"Oo, begitu ya.. Perjalanan kita memang cukup berat tadi. Aku juga merasa melupakan sesuatu, tapi aku masih mengingat namaku. Anyway, kau tetap butuh sebuah nama.."
"Oh ya, bagaimana kalau Eve? Aku akan memanggilmu Eve!" serunya sambil sedikit berteriak.

Eve? Tidak terlalu jelek juga.
"Baiklah. Eve, namaku Eve."

Itulah awal mula perkenalan kami. Semenjak itu kami selalu bersama. Sampai pada suatu hari..

"Eve, aku mempunyai perasaan bahwa kita harus segera pindah dari sini."
"Hah? kemana? Aku sudah sangat betah disini.." Jawabku seadanya. Sepertinya dia sedang bercanda.
"Aku juga tidak tau harus kemana. tapi perasaan ini semakin hari semakin kuat. Sepertinya aku mulai mengingat apa yang ibuku katakan sebelum kami berpisah. Seperti ikutilah nalurimu nak, aku akan ada disana. Aku merasa bisa menemukan ibuku disana. Aku ingin tau jati diriku sebenarnya, Eve! Tidakkah kamu merasakan hal yang sama? Bisa jadi ibumu ada disana juga."

Seketika aku menoleh kearahnya dengan mata terbelalak. Dia sedang serius ternyata. Ibuku? Sebenarnya aku juga penasaran siapa ibuku sebenarnya, tapi hal itu tidak menghantuiku seperti hal itu menghantui Oxy. Setelah beberapa bujukan, dengan ragu akhirnya aku mengikuti Oxy. Toh tidak enak juga sendirian di tempat yang gelap seperti ini. Anehnya, walaupun kami sama-sama tidak tau jalan mana yang harus kami  ambil, tapi entah mengapa kami tidak pernah menemui jalan buntu. Sepertinya naluri Oxy sangat kuat.

"EVEEE!! Kenapa bengong? Kita harus bergerak cepat!"
"Ngapain cepat-cepat? Alon-alon kelakon Ox.."
"Kalo gak cepat, Kita bakal kehabisan waktu.."
"Kehabisan waktu apa? kita kan masih muda, hidup kita masih panjang!"
"Bukan waktu kita Ev, waktu ibuku! Waktu ibumu juga.."
"Oxy, aku mau tanya sesuatu.."
"Apa Eve?" jawabnya sambil terus berjalan.
"Kenapa kamu tidak pernah mencari ayahmu? Kenapa selalu ibu?"
Seketika langkahnya terhenti.
"Sejak keluar dari tubuh ibuku aku tidak pernah melihat ayahku. Aku tidak tau dimana dia sekarang."
"Oo.."
"Nah makanya kita ke sana sekarang, siapa tau ayahku juga ada disana.." ujarnya optimis.
"Udah yuk istirahatnya, ayo kita jalan lagi!" serunya sambil menarik tanganku.

Wusss
Tiba-tiba jantungku terasa berdetak jauh lebih cepat dari biasanya saat Oxy menggandengku. Perasaan apa ini? Apakah ini yang namanya naluri? Tapi dengan cepat aku abaikan. Naluriku harus difokuskan untuk menemukan dimana ibuku dan ibu Oxy berada.

"Ohya Oxy, apa ada kemungkinan kita berasal dari ibu yang sama?" tanyaku lagi.
"Hmm.. sepertinya tidak mungkin. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya.." jawabnya sambil tersenyum. Jantungku berdebar semakin cepat.

Tiba-tiba dia berhenti.
"Eve, sepertinya ini tempatnya. Tidak mungkin tidak. Ibuku pasti ada disini! IBUUUU, INI OXY ANAKMU!!" Teriaknya sambil berlari kesana kemari.
Aku juga ikut-ikutan mencari ibuku.
Kami mencari ke seluruh tempat dan seluruh sudut, tapi tanda-tanda keberadaan ibu Oxy dan ibuku tidak juga ditemukan.
Akhirnya kami menyerah.
"Aku sudah mencari ke segala tempat, tapi ibuku tetap tidak kutemukan. Tidak mungkin kita bisa meneruskan perjalanan kita, jalannya terlalu curam untuk didaki. Sepertinya ibuku telah berpulang, Eve.."
Kesedihan tergambar jelas diwajahnya.
"Kalau kamu mau nangis enggak apa-apa kok.. Lagipula disini cuma ada kita berdua." kataku sambil menepuk-nepuk pundaknya.
Tiba-tiba dia memelukku. Aku merasakan ada air mata yang menetes di bahuku. Dia menangis.
"Terima kasih Eve karena selalu ada disampingku. Aku sangat sedih karena tidak bisa menemukan ibuku. Aku tidak tau siapa diriku sebenarnya. Tapi aku bersyukur mempunyai sahabat sepertimu Eve. Terima kasih banyak.."
"Aku juga berterima kasih padamu, Oxy. Dari awal kita ketemu kamu baik banget. Kamu selalu optimis, bersemangat dan yang terpenting kamu selalu mengikuti nalurimu."
Dia melepaskan pelukannya dan tersenyum padaku. Optimismenya sudah kembali lagi rupanya.
"Ah, iya.. Naluriku.. Taukah kamu Eve, belakangan ini aku merasakan hal yang aneh. Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat saat kita bergandengan tangan. Rasanya mendebarkan tapi menyenangkan. Apakah kau juga merasakan hal yang sama?"
Mataku terbelalak. "Kamu juga merasakan hal yang sama? Aku pikir selama ini itu hanya perasaanku saja, karena itu selalu aku abaikan. Kamu juga merasakan hal yang sama?"
"Iya, dan sepertinya naluriku membuatku ingin lebih dekat lagi denganmu. Aku mencintaimu, Eve.."
Aku sangat terkejut saat dia mengatakan hal itu sampai tidak bisa berkata-kata. Jantungku berdebar sangat cepat, seperti mau copot rasanya. Langsung aku memeluknya, "aku juga mencintaimu, Oxy."
Apa yang terjadi malam itu bisa ditebak.

Keesokan harinya,
"Eve, bangun Eve.." panggil Oxy sambil mengelus bahuku.
"Ada apa Oxy? Ini kan masih sangat pagi."
"Sepertinya sudah waktuku untuk meninggalkan dunia ini." ujarnya lemah.
Langsung aku terbangun dan memandang wajahnya.
"Enggak mungkin Oxy. Kamu lagi bercanda ya? Gak lucu ih." ujarku sambil melihat lagi wajahnya. Dia tidak terlihat seperti sedang bercanda. Tidak mungkin. Pasti dia sedang bercanda.
"Iya Eve. Mungkin inilah tujuan aku hidup, yaitu untuk mencintaimu. Maafkan aku tidak bisa bersamamu selamanya. "
"Jangan pergi, Oxy. Aku gak bisa hidup tanpa kamu." kataku sambil terisak.
"Kamu pasti bisa, sayang. Aku tau dan aku yakin kamu pasti bisa. Selamat tinggal Eve. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti.."
"Tidak Oxy, TIDAAAAKKK"
Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Oxy telah pergi. Kini hanya ada aku sendirian di tempat ini. Entah mengapa tiba-tiba timbul dorongan gila dari dalam batinku. Naluriku memanggilku untuk melanjutkan perjalanan melewati jalan yang curam dan menanjak itu. Aku tidak tau harus berbuat apa, akhirnya kuikuti saja naluri itu. Jalan menanjak, lalu mendatar, sedikit menanjak, kemudian turunan tajam. Aku hampir terpeleset saat melewati jalan menurun dengan 2 tikungan beruntun. Untung saja aku berpegangan pada plica yang ada di pinggir jalan. Aku berjalan dan terus berjalan mengikuti naluriku. Sampai suatu saat aku melihat seberkas cahaya. Sepertinya aku harus kesana. Aku merasakan udara dingin yang menerpaku tapi aku abaikan saja. Aku harus sampai di cahaya itu.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang bergerak dari perutku. Aku bertelur! Ternyata selama ini aku hamil! Rasa haru sekaligus sedih bercampur jadi satu. Oh Oxy, seandainya kamu ada disini saat ini..

====

sementara itu, jam 12 malam.

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun gelisah sambil menggaruk-garuk pantatnya.
"MAAA! MAMAAA! aku gak bisa tidur.." teriaknya hampir menangis.
"MAAA, bangun ma. aku gak bisa tidur.."

Sambil berlari ibunya datang.
"Emm, kenapa dek? Laper ya? Mama bikinin susu sama roti coklat  ya?" ujar ibunya.

"Ia ma." jawabnya sambil mengangguk.

Beberapa saat kemudian.
"makan yang banyak ya, biar bisa tidur"
"ia ma." katanya dengan mulut penuh coklat. Dia tersenyum sambil menjilat coklat yang menempel di jarinya.

"Aku tidur ya ma. malam ma.. emmuah."
Perlahan diapun terlelap.

Besok paginya.
"Loh adek kok sering garuk-garuk pantat? Kenapa dek? Gatal ya?" Tanya ibunya heran.
"Iya ma, pantat adek gatal terus.." jawabnya sambil terus menggaruk pantatnya.
"Yaudah, besok kita periksa ke dokter ya dek."
"Iya ma."

Keesokan harinya.
"Dok, anak saya sakit apa?"
"Anak ibu sakit cacingan, nama cacingnya Enterobius vermicularis atau cacing kremi, nama penyakitnya Oxyuriasis biasa dikenal masyarakat sebagai penyakit kremian.." jawab dokter.
"Ini penyakitnya memang sering di anak-anak. Cacing ini biasanya bertelur di daerah perianal atau dekat dengan anus, oleh karena itu salah satu manifestasi penyakit ini adalah gatal-gatal di sekitar anus. Penularannya biasanya dari orang yang juga terinfeksi cacing ini. Telur cacing ini sangat ringan, sangat mudah masuk melalui mulut ataupun lewat  hidung saat bernafas. Pada anak sering juga terjadi auto-infection, karena setelah menggaruk pantat tangan tidak dicuci terlebih dulu. Akhirnya telur cacing masuk lagi ke dalam tubuh dan jadi semakin banyak." lanjut dokter.
"Di rumah saya tidak ada yang sakit seperti ini kok dok. Terus anak saya kena dari siapa?" tanya ibunya.
Sang anak langsung memotong, "Ma, Dok, temanku ada yang sering garuk-garuk pantat juga. Jangan-jangan aku ketularan dari dia."
"Ohya? Kalau begitu dia juga harus diobati supaya tidak menularkan ke anak yang lain." ujar ibunya.
"Benar bu. Tidak hanya anak itu yang harus diobati, tapi seluruh keluarganya, dan seluruh anggota keluarga ibu. Selain itu karena telurnya sangat ringan, besar resiko telur jatuh di pakaian dan di seprei tempat tidur. Oleh karena itu pakaian dan seprei harus dicuci dengan baik. Tangan juga perlu selalu dicuci sebelum makan dan setelah buang air besar." kata dokter meyakinkan.
"Ini ya bu, saya kasi obat untuk adek dan keluarga. Obatnya diminum ya."
"Iya, terima kasih banyak dok."
"Sama-sama dek, semoga cepat sembuh."

THE END


Siklus Hidup Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)


Berantas kremian!