Kamis, Desember 16, 2021

walking through the series of open doors

I saw the signs and i believe...



Agustus 2011, pertama kali aku menginjakkan kaki di FK UB. Semua maba dibagi dalam beberapa kelompok. Aku masuk di kelompok Kardiologi. Masing-masing maba dapat nama medis, dan aku inget aku dapat nama Tetralogy of Fallot. Akhirnya harus baca-baca tentang penyakit ini. Apakah ini pesan terselubung dari BAPA? Bisa jadi. Anggap saja seperti itu. Diawal masuk FK, aku ga punya bayangan pengen jadi dokter spesialis apa. Yang jelas bukan masuk manajemen. Keterima SNMPTN Tulis aja udah bersyukur banget. Targetku cuma lulus dan jadi dokter. Titik. 

Pas semester 2, aku ikut penelitian payung dosen karena diajak teman-teman se-geng belajar. Padahal otak baru terisi dikit. Dulu cuma mikir yang penting Tugas Akhir selesai dalam waktu singkat. Di kampusku waktu itu kebetulan lagi ga banyak penelitian payung, jadi yaudah yang ada sikat. Atherosklerosis aja baru pernah denger karena belum masuk blok kardio. Tapi gasssss, targetku semester 6 ujian TA, semester 7 jadi mahasiswa kupu-kupu. Walaupun pada akhirnya ujian TA tetap semester 7, tapi mengerjakan tugas akhir ini membuat aku melihat spesialis jantung jadi pekerjaan yang potensial. Waktu baca riskesdas 2013, aku sadar bahwa gap antara orang yang bergejala sakit jantung koroner dan orang yang terdiagnosa sakit jantung koroner di NTT cukup besar. Di NTT waktu tahun 2014-2015 baru ada 1 dokter Sp.JP. Bayangkan. Waktu masuk blok kardio di semester 5, aku sadar kalo jantung itu ilmu yang sangat logis. Banyak hal bisa dilogika. Walopun waktu itu nyadarnya beberapa hari sebelum ujian blok dan ngerasa kok telat sih baru sadar suka ilmunya sekarang. Tapi terus mikir, gapapa kok nanti pas koass kan belajar lagi (Eh ternyata BAPA mau tya belajar kardio seumur hidup). Sejak saat itu aku memutuskan pengen jadi dokter spesialis jantung. 





Setelah selesai preklinik aku masuk fasttrack biomed. Memang kalo dipikir-pikir berat juga sih, tapi lumayan kan dengan perbedaan waktu masuk internsip cuma 3 bulan dengan teman yang enggak fasttrack, aku bisa dapat tambahan 1 gelar. Oke gas. Pas tau aku daftar biomed, dosen pembimbing TAku langsung nanya mau ga ikutan penelitian payung beliau yang lain. Masih seputar aterosklerosis. Kebetulan karena penelitian biomedik jantung hanya itu, jadi aku ikutan lagi. Penelitian dibayarin, biaya publikasi dibayarin, kan lumayan. Walaupun penuh dengan naik dan turun :'). Namanya anak sekolah harus punya banyak stok kesabaran.

Waktu itu mana kepikiran tesis bisa keterima di jurnal Q2. Aku taunya cuma berusaha nyari jurnal yang paling pas sama penelitianku dan kemungkinan keterimanya besar. Asal bukan jurnal predator. Mau Q3 gapapalah yang penting publish dan bisa ujian tesis 2 kali saja (kalo belom publish mesti ujian tesis 3 kali). Proses publikasi ini aku kerjain sambil koass, dipikir-pikir lagi kok bisa ya. Keknya gara-gara kuliah biomed bikin otak jadi lebih encer deh. Dulu bisa-bisa aja bikin beberapa makalah dalam waktu beberapa hari. Dan semua jalannya dilancarkan. Nilai publikasi keluar beberapa jam setelah ujian proposal. Beberapa minggu sebelum berangkat isip bisa menyelesaikan sidang tesis + revisian. Publikasi penelitian ini yang jadi salah satu momen yang menyakinkan aku untuk jadi dokter spesialis jantung. 





Setelah isip jalannya juga masih dilancarkan buat ikutan lomba trigger quiz InaSH 2019 bersama dream team tya, dan bisa-bisanya menang ngelawan PPDS IPD? Padahal sepanjang lomba haha hihi ga jelas, dasar bocah-bocah prik. Bisa-bisanya waktu itu waktu seminarnya pas sama seminarnya Tante Ita di Jakarta, jadi tiket pesawat PP dibayarin Tante Ita? Padahal waktu itu aku sudah siap mental buat naik kereta ekonomi 100rb-an PP Surabaya Jakarta.  

Sebelum internsip mana kepikiran tentang pentingnya rekom balik dan keuntungan jadi PNS? Sampai wahana internsip aja diatur sama BAPA biar aku bisa tes CPNS di akhir masa internsip, walaupun wahana isipnya ga sesuai keinginanku. Tapi jalanku dilancarkan. Ga ada ceritanya ditahan-tahan sama pendamping isip. Waktu daftar CPNS aku cuma mikir, oh enak ya kalo PNS di sana, biar nanti ga perlu bayar biaya magang. Iya sesimple itu mikirnya (iya ada Pergub yang ngatur biaya magang di RSku. Lumayan lho 300ribuan perminggu). Mau bikin penelitian juga lebih enak soalnya udah ada Sp.JPnya. Dan bisa-bisanya SK CPNS keluar 1 minggu setelah STR Definitif sampe di tangan tya? Mana juga kepikiran kalo masuknya pas di tahun akreditasi dengan program prioritas jantung? Mana juga kepikiran kalo masuknya pas di tahun PERKI NTT mo bikin acara seminar jantung pertama di Kupang? Dan lucunya acara seminar pas tanggal ulang tahun tya? Tapi BAPA tau semuanya, jadi jalanku dilancarkan..


I saw the signs and i believe


Selama beberapa minggu terakhir aku bertanya-tanya, aku halu ga ya? Apa ini beneran rencana BAPA? Tapi sejak sebelum berangkat tes BAPA bilang aku bakal lolos. Di Lembah Pujian, AKU yang berperang ganti kamu, kamu tinggal diam saja. Tapi aku antara yakin dan ga yakin. Keknya ini suara hatiku sendiri deh. Tapi sepertinya BAPA tau kalo tya sudah terlalu nyaman ya di posisi sekarang, jadi mesti dikasi tantangan baru.. 

Di jadwal, setelah ujian SJT dilanjutkan pemberkasan. Keteledoran tya adalah baru ngatur berkas di H-beberapa menit SJT, jadi baru sadar kalo kelupaan ngeprint jurnal tesis yang mana adalah berkas yang cukup penting. Udah siap kalo boleh nanti minta ijin buat ngeprint sebentar, kalo ga bisa yaudah dipasrahkan saja (agak sedih sih). Eh selesai SJT dan ambil map buat ngisi berkas-berkas, dibilang sama ibu admin kalau ga harus dikumpulin hari itu juga. "jadi kalau masih ada berkas yang kurang bisa ditambahkan" 
..... aku speechless. 
Padahal aku belom bilang lho kalo berkasku ada yang kurang.. tapi jalannya BAPA buka..

Pas balik ke Kupang, tiba-tiba ada pengumuman di grup Komdik, tentang kunjungan RSPJN Harkit dan Kemenkes untuk jejaring kardiovaskular di RSku, empat hari sebelum pengumuman SIMAK UI. Mana aku tau kalau ternyata ada keputusan Menkes tentang jejaring kardiovaskular (padahal keputusan menkes ini sejak tahun 2020). Mana aku tau kalo RSku jadi 1 dari 20 RS yang diprioritaskan. Tapi BAPA tau semuanya, dan jalanku dilancarkan..


I saw the signs and i believe


Walaupun setelah diterima, tiba-tiba ada plot twist dari BKD kalau anggaran beasiswa dokter spesialis dari pemprov NTT tahun 2022 enggak ada. Sementara tabungan hanya bisa buat hidup maksimal 1 tahun. Masak ya gadai SK (ga ada salahnya sih sebenarnya, tapi sedih sih). Sampe kepikiran apa mengundurkan diri aja ya dari PNS. Hmmm padahal jadi PNS kan safety net mu (Apa sih tya lu pung sedih tuh kek semacam lu orang paling terdzolimi sa. Padahal tahun 2023 kan anggaran bakal ada ju). Tapi BAPA kasi ketenangan, pasti cukup kok. Sapa tau memang selama ini BAPA kasi berkat tabungan-tabungan buat lu bertahan hidup nanti. Tenang saja. Sekarang masih bisa berusaha kan. Oke langsung bersurat ke gubernur, lampirkan semua berkas-berkas. Hadapi dengan elegan, karena tidak perlu marah-marah, tidak perlu ngotot. Apa yang menjadi berkatmu pasti akan tetap jadi bagianmu kok. Tenang. Kalau sebelumnya BAPA sediakan manna 10 ribu USD lewat TED Mystery Experiment, percaya saja pasti cukup, pasti tersedia. Gitu kok masih khawatir, heran.