(soundtrack kisah kebodohan tya kali ini)
Sejak awal masuk CPNS ga pernah paham sama berkas-berkas administrasi. Bahkan sampai awal tahun ini juga ga paham. Kenapa sih harus bikin PPK. Kenapa sih harus bikin SKP. Tapi ya ikut aja keramaian bergerak kemana. Disuruh ngumpulin data, hayuk. Disuruh ngumpulin KTP, yuk. Disuruh ngumpulin NPWP, ayuk. Disuruh ngisi google form, hayuk.
Sampai beberapa minggu lalu, aku baru dapat moment of revelation setelah baca permenpan tentang jabatan fungsional dokter. OH INI MAKSUDNYA. Masih belum ngerti-ngerti amat sih, tapi lumayan ada seberkas sinar-sinar pencerahan. Setidaknya jadi ngerti, mengisi PPK itu bukan supaya bisa dapat TPP, tapi bisa buat naik jabatan. Dan untuk bisa ngisi PPK dengan benar, kamu harus bisa merancangkan SKP dengan baik. Jangan sampai jadi PNS yang bodoh, udah kerja capek-capek, tapi ga dianggap karena ga masukkin poinnya di SKP. Akhirnya angka kreditnya kurang. Akhirnya lama naik jabatannya. Padahal sebenarnya bisa naik jabatan tiap 2 tahun, kalau kamu jadi PNS yang pintar.
Hm, di jaman sekarang sepertinya memang tidak perlu pintar kerja. Yang penting pintar administrasi. Mau kerja banting tulang kerja lembur bagai quda, tapi tidak bisa bikin laporan, ya cukupkan diri dengan gaji.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, TPPku 2 bulan ini entah kemanaaaaa. Ya karena kebodohan diri sendiri sih. Tapi aku udah ngumpulin berkas, walaupun tidak sempurna. Tapi ga sepenuhnya salahku sih, soalnya alamat email di surat edaran salah. Tapi ya mana mereka peduli. Taunya kan berkasku ga ada. Ikhlas yaaaa, biaya jadi bodoh itu memang mahal. Makanya abis ini belajar biar pintar. Gapapa, rejeki ga akan kemana-mana kok. Kalo memang bukan rejekimu, ya kenapa mesti maksain? Berusaha sewajarnya, kalau memang mentok, yasudahlah...
Moral of the story kali ini adalah, jangan bodoh dan jangan abai ya. Berjuang dan belajar mengurus kepentingan diri masing-masing. Gausah berharap sama orang lain.
it's okayyyy.. pensiun masih lama :")