Jumat, Desember 27, 2019

Cerita hari kedua SNMPTN Tulis

1 Juni 2011, Hari kedua SNMPTN Tulis.
Setelah selesai ujian, aku memilih pulang naik bemo. Aku ujian di Univ Hang Tuah, dan lokasinya lumayan jauh dari rumahku di daerah Peneleh. Naik bemonya harus ngoper, awalnya bemo O terus ganti bemo LK.
Kenapa naik bemo? Karena hari pertama aku milih naik taksi. Tapi karena macetnya gila-gilaan, habisnya 150 rb. Untung pas dianterin Tante Ita dikasi sangu 100rb. Kalo tidak bagaimana Aditya bisa bertahan hidup T.T
Singkat cerita, aku naik bemo O. Aman. Sampai di tempat dimana aku harus ngoper bemo. Nunggu disana sekitar 30 menit lebih. Kok ga dateng-dateng bemo LK nya. Yang sering lewat malah bemo C, yang mana searah juga sama rumah, cuma harus nyebrang kali depan rumah. Deket sih kalau mau jalan.
Setelah itu, tiba-tiba ada bemo C ngetem di depanku. Ga depan-depan amat sih. Tapi aku ragu-ragu. Galau. Naik ga ya, aku sudah lelah menunggu nih. Capek udah ujian hari kedua, pengen cepet-cepet sampe rumah terus tidur. Setelah sekitar 10 sampe 15 menitan bemo C itu berhenti di depanku, aku memutuskan untuk naik.
"Gapapa lah ya jalan nyebrang kali dikit"
Karena aku ga langsung naik, dan mungkin karena aku yang terlalu aerodinamis aka kurus jadi pak sopirnya ga berasa kalau aku udah naik angkotnya. Belio asyik banget ngitung uang. Ga berapa lama tiba-tiba bemo LK lewat. "oh ya gapapa lah tinggal jalan dikit. yaudah biarin aja". Bemo itu ga berhenti soalnya ga ada yang nunggu di pinggir jalan (karena aku udah masuk di dalam bemo C)
Terus aku nunggu sekitar 5-10 menitan, tiba-tiba ada 1 ibu-ibu dateng, mau naik bemo itu, tapi nanya dulu ke pak sopirnya, "lewat x ga pak?"
"oh ya lewat-lewat" kata bapaknya sambil membalik papan yang ada di kaca depan bemo.
Aku ga ngeh apa maksudnya itu. Aku anggap itu hal yang biasa dan sebentar lagi aku akan sampai di rumah. Masih euforia nih SNMPTNnya selesai. Udah cukup sedih-sedih dan capek belajarnya.

Setelah ibu itu naik, bemonya langsung jalan. Pas lewat depan SMA kompleks, "lho kok belok kanan, kan biasanya lurus". Aku masih positive thinking, oh mungkin memang jalurnya kayak gini.
Tapi kok masi merasa aneh, kayaknya dulu pas SD ga gini deh jalurnya. Perasaan dulu kalau naik bemo C ga pernah belok-belok ke sini. Masih positive thinking. Mungkin bentar aja di jalan ini, sebentar lagi balik ke jalur yang sebenarnya. Tapi kok ga sampai-sampai... Setelah 2 jam di bemo, aku mulai panik. Ini dimana. I am in the middle of nowhere. Mulai panik terus nelpon oma di rumah. "Aku gatau aku dimana.." Udah mulai berkaca-kaca, untung rame jadi malu kalo mau nangis. Gemeteran. Hipoglikemia. Lemes. Aku hanya ingin pulang dan tidur.
Jaman dulu HP masi poliponik, mana ada GPS atau Maps..
Beberapa jam kemudian, kita sampai di pemberhentian terakhir. Baru bapak sopirnya nyadar "lho mbaknya turun di mana?"
di Genteng Kali pak..
"Lho salah bemo mbak. Bemo C itu ada Genteng x dan Genteng Kali.."
Ooo gitu saya ga tau pak..
Tapi untung bapaknya baik jadi aku dianterin sampai di Genteng Kali, di jembatan penyebrangan depan rumah.

Sampai rumah, jam 2 siang. Padahal selesai ujian jam 9 atau 10 T.T

Di hari itu, aku merasa Bapa ngajarin aku satu prinsip yang mengubah seluruh hidupku, sampai detik ini. Ga cuma masalah kehati-hatian naik bemo. tapi masalah pilihan dan kesabaran menunggu. Coba aja kamu bersabar sedikiiiit saja. Mungkin kamu bisa mendapatkan yang terbaik, yang sesuai sama tujuanmu. Sabar dikit aja, supaya bisa dapat yang searah. Jangan merasa, gapapa deh Bapa, dia baik kok, lagipula tujuannya juga ga beda jauh, kan tinggal nyebrang kali. Tapi kalau ada yang terbaik, kenapa harus menurunkan standar?
Dan tau ga apa yang lebih sakit daripada nunggu lama? Kalau udah nunggu lama, tinggal dikit lagi nih nunggunya buat ketemu yang terbaik, tapi gara-gara ada yang baik yang udah nunggu di depan mata, akhirnya melewatkan yang terbaik. Dan di sisi lain, yang baik ternyata tujuannya beda, walaupun pada akhirnya kamu tetap sampai juga pada tujuanmu, tapi harus muter-muter dulu, buang-buang waktu, buang-buang energi, belom lagi emosi naik turun, adrenalin rush terus. Capek ya.
What if kamu lebih sabar sedikit saja. mungkin ga akan ada penundaan untuk kegenapan rancangan Bapa dalam hidupmu.

Yaudah sekarang sabar aja ya. Gausah buru-buru.

Kupang, 27 Desember 2019

Selasa, Desember 10, 2019

Connected

It is all connected.

It started on the first day of med school. I was sitting in the same row with them as the frontiers (whom later I called "Rumpik"). That research stuffs we did together and me falling for cardiology.

Fast forward to the internship election day, the weird dream that fortunately came true: the team rearrangement and primary health care as my last round.

Then CPNS test. This fresh graduate (not too fresh, but my working experience was less than one year, so I considered myself as a fresh grad, lol) gambled with STR Internship but passed all the test then, include the documents check (the BKD didn't ask for STR, though, maybe God made them forget?).

As a newcomer, i had no idea about the hospital's priority program and hospital accreditation. But it was cardiology as the 2019 hospital's priority program, and those accreditation things forced us to do more. But again, it was cardiology, so I didn't mind doing almost everything.

Worked together with the established cardiologists, it was not a long time until me finding myself became one of the first Flobamora Cardiovascular Updates's committee. Guess when it was held? November 2nd, 2019.

(and yes, I just uploading the photos because why not? I'd love to look back to those days over and over again wkwkwk)

Day min 1. and the hecticness

it was fun and exhausting at the same time :")

kapan lagi satu frame sama ketua PERKI

finallyyy my job is done

<3

Thankyou for the best teamwork! oh how I'm amazed at the capability of us


Even it was long, tiring, and full of stresses, remembering that day always made me smile from ear to ear :) :) :)

It was the same me, in this exact week last year, living with so much fear of the future. It was me crying in the car after the test, wondering those unpleasant things because I knew I had a bigger chance to pass. What if I got canceled? Do I have to give back all BHD I got? What if I have to do PTT? What if I have to be at the bottom line of the referral pyramid?

Tapi Bapa membuat semua baik adanya.
I do not know what the future holds. All I know is Your hands are always in control.