Di abad ke-18 seorang misionaris Eropa pernan bercakap-cakap dengan beberapa penduduk asli Greenland yang sudah beriman kepada Kristus. Ia mengungkapkan keheranannya karena mereka dulu bisa hidup dalam kekafiran. Mendengar itu, seorang dari mereka menyahut:
" Memang benar dulu kami orang kafir yang bodoh, tidak tahu tentang Tuhan dan Juruselamat. Dan memang siapa yang memberitahu kami tentang Dia sampai kalian datang? Tetapi anda tak boleh membayangkan bahwa tidak ada orang di Greenland yang memikirkan hal-hal ini... Namun, ada seni yang jauh lebih besar dalam pembentukan manusia daripada makhluk lainnya. Siapa yang menjadikannya? ... Dari mana asal mereka? ... Dan dari mana bumi, laut, matahari, bulan, dan bintang muncul? Pastilah ada satu Sosok yang membuat semua itu, Sosok yang selalu ada dan tak pernah berhenti ada. Ia mestinya luar biasa lebih kuat, mengetahui, dan bijak daripada manusia terbijak. Ia mestinya juga sangat baik, berguna dan penting bagi kami. Ah, kalau saya dulu mengenal-Nya, saya akan mengasihi dan menghormati-Nya! Tetapi siapa yang sudah melihat Dia? ... Tak seorangpun di antara kami, orang-orang malang. Namun, mungkin ada orang yang tahu sesuatu tentang Dia. Andai saya nisa bicara dengan orang itu! Itulah sebabnya begitu saya mendengar kalian berbicara tentang Sosok agung ini, saya langsung mempercayainya dengan segenap hati, karena sudah begitu lama saya ingin mendengarnya."
Dari buku Tuhan Gunung atau Tuhan Alam Semesta? oleh Samuel Tumanggor
Tidak lama kemudian Opa Adam bertemu dengan seorang pendeta. Yang kemudian menginspirasi Opa untuk menjadi seorang penginjil di Sumba, pulau yang terpencil, jauh dari kehidupan nyaman di Jawa. Seperti Yunus yang tidak bisa kabur saat dipanggil, Opa dan Oma Adam taat. Hm, now i know where my determined gene comes from. Opa, sekarang Tya juga tidak bisa kabur.
Tentang bagaimana Opa Eli, saat akan naik kapal untuk berangkat ke Jawa, membuang jimat 'bekal' dari papa dan mamanya ke laut.
Now they're watching me from the clouds. Opa Adam, Opa Eli, terima kasih untuk tindakan iman yang sudah Opa berdua lakukan dulu. Terima kasih sudah membuka jalan buat Tya dan anak cucu yang lain.
-------------------------------------------------------
additional story:
I also like the story about how they two connected to each other, even before papa met mama. Jadi dulu itu Oma Su dan Opa Eli sering mengirim sambal goreng ke Opa Adam sekeluarga, lewat Oma Goller yang tinggal di Waingapu, dan berteman dengan Oma Ruth, kakak Oma Su. Surabaya dan Waingapu dipersatukan dengan sambal goreng. Hahaha