Senin, November 28, 2016

Publikasi

Aku enggak percaya kesuksesan dengan modal usaha semalam. Kalau usahanya sedikit dan berhasil itu namanya keberuntungan. Tapi kesuksesan butuh usaha, dan butuh waktu untuk mempersiapkan yang terbaik.
I used to wondering why i never been good enough. Tiga tahun berurusan sama publikasi. Ditolak? Sering.
Berbulan-bulan berusaha memperbaiki grammar, berusaha memperbaiki cara penulisan, berusaha membuat benang merah manuskrip, berusaha lebih teliti lagi membaca author guidelines, sabar nunggu balesan editor, sabar ngerjain semua revisian, dll.

Bukan berarti teman-temanku tidak berusaha maksimal. Mereka sudah berusaha. Tapi lelah karena tidak juga dihargai. Dan akhirnya mereka memilih jalan yang lebih berat. Memulai dari awal. Mulai dari memilih topik baru, membuat proposal, memulai penelitian dari awal, sampai mengurus publikasi. Sedih kita pisah rek :(
Aku memilih jalan yang lebih mudah. Aku enggak bisa membayangkan kalau harus memulai dari awal lagi, apalagi dengan topik yang berbeda. Karena males belajar topik lain, dan sampai saat itu belum ada penelitian payung biomed lain di bidang kardiovaskular. Enggak kuat kalau mesti penelitian sendiri, penelitian biomedik bisa habis puluhan juta. Bayar SPP aja megap-megap (gitu kok ya tetap nekat ambil kuliah biomedik -.-")
Ya sudahlah gak apa-apa makan hati sedikit, daripada mesti minta uang di papa mama buat penelitian biomedik.

Publikasi perdana. Full of flaws, but enough to get M.Biomed :)

Regards,
Your next heart keeper
#on #my #way #to #be #your #heart #keeper

Ps: kalo penasaran googling aja pakai keyword atherosclerosis, oxLDL, Lp-PLA2, foam cell, dan Aditya Angela Adam.
Enggak penasaran? Yaudah sih gapapa juga..

Rabu, November 02, 2016

November 2nd wish

I wish for a rain every November 2nd.
I don't know when it started.
But i remember that November 2nd when i was at 12th grade.
Hard rain, after a frustating math try out.
Suddenly a bad mood turn into a smile of joy.

It wasn't raining for some November 2nd.
But don't worry, i'm just fine.
I think i'm getting used to it.
It was raining somewhere else though.

It was raining today.
Not a hard one, but enough to making me smile.

Hey, was it raining at your sky today?
I wish it was not raining in your heart.

Malang, November 2nd, 2016

Ancentors: The Path Makers

Di abad ke-18 seorang misionaris Eropa pernan bercakap-cakap dengan beberapa penduduk asli Greenland yang sudah beriman kepada Kristus. Ia mengungkapkan keheranannya karena mereka dulu bisa hidup dalam kekafiran. Mendengar itu, seorang dari mereka menyahut:
" Memang benar dulu kami orang kafir yang bodoh, tidak tahu tentang Tuhan dan Juruselamat. Dan memang siapa yang memberitahu kami tentang Dia sampai kalian datang? Tetapi anda tak boleh membayangkan bahwa tidak ada orang di Greenland yang memikirkan hal-hal ini... Namun, ada seni yang jauh lebih besar dalam pembentukan manusia daripada makhluk lainnya. Siapa yang menjadikannya? ... Dari mana asal mereka? ... Dan dari mana bumi, laut, matahari, bulan, dan bintang muncul? Pastilah ada satu Sosok yang membuat semua itu, Sosok yang selalu ada dan tak pernah berhenti ada. Ia mestinya luar biasa lebih kuat, mengetahui, dan bijak daripada manusia terbijak. Ia mestinya juga sangat baik, berguna dan penting bagi kami. Ah, kalau saya dulu mengenal-Nya, saya akan mengasihi dan menghormati-Nya! Tetapi siapa yang sudah melihat Dia? ... Tak seorangpun di antara kami, orang-orang malang. Namun, mungkin ada orang yang tahu sesuatu tentang Dia. Andai saya nisa bicara dengan orang itu! Itulah sebabnya begitu saya mendengar kalian berbicara tentang Sosok agung ini, saya langsung mempercayainya dengan segenap hati, karena sudah begitu lama saya ingin mendengarnya."
Dari buku Tuhan Gunung atau Tuhan Alam Semesta? oleh Samuel Tumanggor

Saat aku membaca halaman ini, seketika pikiranku memutar kembali memori tentang Opa Hendrik Adam dan Opa Elia Kause. Tentang bagaimana Opa Adam, di hari-hari buruknya, memandang ke langit sambil merenung. 'Pasti ada hal yang lebih besar dari semua yang ada di dunia ini. Yang berkuasa menciptakan langit dan bumi, yang berkuasa menumbuhkan tanaman, yang berkuasa menciptakan manusia.'
Tidak lama kemudian Opa Adam bertemu dengan seorang pendeta. Yang kemudian menginspirasi Opa untuk menjadi seorang penginjil di Sumba, pulau yang terpencil, jauh dari kehidupan nyaman di Jawa. Seperti Yunus yang tidak bisa kabur saat dipanggil, Opa dan Oma Adam taat. Hm, now i know where my determined gene comes from. Opa, sekarang Tya juga tidak bisa kabur.
Tentang bagaimana Opa Eli, saat akan naik kapal untuk berangkat ke Jawa, membuang jimat 'bekal' dari papa dan mamanya ke laut.
Now they're watching me from the clouds. Opa Adam, Opa Eli, terima kasih untuk tindakan iman yang sudah Opa berdua lakukan dulu. Terima kasih sudah membuka jalan buat Tya dan anak cucu yang lain.
-------------------------------------------------------
additional story:
I also like the story about how they two connected to each other, even before papa met mama. Jadi dulu itu Oma Su dan Opa Eli sering mengirim sambal goreng ke Opa Adam sekeluarga, lewat Oma Goller yang tinggal di Waingapu, dan berteman dengan Oma Ruth, kakak Oma Su. Surabaya dan Waingapu dipersatukan dengan sambal goreng. Hahaha