Hari minggu kemaren, 15 juli 2013, sepeda motorku kepeleset dan kebetulan aku ada di atasnya. Kejadian yang hanya berlangsung satu detik itu dampaknya masih aku rasakan sampai sekarang. Luka. Gak terlalu besar sih, cuma 0,5% luas permukaan tubuh. Yang gak tau, 1% itu sama dengan luas permukaan tangan pasien. Tangan lho ya, bukan lengan. Namanya juga calon dokter, muncul deh sok bisa ngerawat luka sendiri, gak perlu bantuan orang lain. Aku udah ngelewati blok dermatologi. Memang sudah seharusnya aku menguasai ilmu merawat luka. Aku bersihin pakai antiseptik, terus ditutup pakai kasa biar lukanya ketutup. Luka tertutup dengan manis dan rapi.
Ternyata oh ternyata, besoknya waktu ganti kasa jaringan 'awal penyembuhan'-nya ternyata nempel di kasa. Ya luka lagi. Mungkin kasanya jangan terlalu nempel sama luka. Oke coba lagi, kalo kemaren antiseptiknya ditetesin di kasa, sekarang antibiotiknya diolesin di lukanya. Tapi besoknya lagi tetap sama. Tetap luka lagi. Sesampainya di kampus aku cerita ke temen, dan temenku itu nyaranin bioplacent*n. Katanya bagus dan lukanya gak berbekas. Pulang dari kampus langsung mampir ke apotik dan langsung dipakai. Pakai obat ini lebih nyaman, waktu dioles obatnya gak bikin nyeri dan yang terpenting gak perlu ditutupin kasa.
Tapi masih ada yang gak beres. Karena itu udah hari ke 3 sejak kepeleset, seharusnya bengkaknya udah agak berkurang. Terbayang-bayang infeksi parah, amputasi, dan komplikasi-komplikasi lainnya akhirnya aku nyerah dan pergi ke dokter. Ke dokter itu berasa buang-buang uang. Bioplacent*n nya disuruh dilanjutin aja, terus sama dikasi analgesik dan antibiotik. Paten. Salahku juga gak minta yang generik.. Tapi ada untungnya juga sih, meyakinkan aku kalau obat yang aku pakai sekarang udah bener.
Dan sampai sekarang udah seminggu sejak kepeleset. Kadang-kadang masih nyeri kalo gerakkin kaki. Lukanya udah mulai mengering. Semoga lukanya gak kebuka lagi dan gak infeksi..
By the way, aku berusaha untuk dapet pelajaran dari kejadian dan luka ini.
Yang pertama, dokter dan tenaga medis lain gampang banget kasi nasihat 'lukanya jangan kena air ya' 'jangan lupa minum obat ya' 'bengkaknya dikompres aja biar agak kempes' dan nasihat-nasihat lainnya. Dok, jaga luka di kaki biar gak kena air itu susah. Apalagi untuk orang yang punya kebiasaan cuci kaki kayak aku. Dibungkus plastik lah, diangkat diatas kloset, akhirnya pasti tetap kena juga. Intinya, ngomong gampang, tapi ngelaksanainya gak segampang itu. Apalagi kalo pasiennya gak ngerti apa yang dinasihatin dokternya. Gimana mau sembuh coba? Dokter harus ngerti bagaimana cara untuk mengkomunikasikan nasihatnya supaya dapat dimengerti pasien dengan baik. Dokter juga harus mengerti ada beberapa nasihat yang bakal sulit untuk dilakukan pasien. Jangan asal aja ngasih nasihat tanpa memikirkan nasihat itu bakal berhasil dilakukan atau tidak. Itulah pentingnya berpikir holistik.
Kedua, setiap pasien pasti pengen sembuh tanpa perlu ngerasain sakitnya disuntik, tanpa perlu rutin minum obat, tanpa perlu keluar uang untuk periksa ke dokter dan beli obat, dan tanpa pengorbanan yang menyakitkan lainnya. Dokter dan tenaga medis harus bisa membuat pasien nyaman dengan setiap tindakan medis yang dilakukan. Setiap tindakan yang dilakukan juga harus punya manfaat demi kesehatan pasien, bukan sekedar menguntungkan dokter ataupun tenaga medis.
Ketiga, aku belajar untuk lebih berhati-hati lagi kalau mau belok. Jujur sampai sekarang masih agak trauma kalau lewat belokan.
Keempat, aku selama ini punya pemikiran, dari sejak di SMP atau SMA, denger kata orang sih, katanya kalo gak jatuh gak bakal hebat bawa motor. Mungkin inilah yang jadi celahku. Pemikiran yang salah. Dan akhirnya terjadilah kepeleset itu. Sebenarnya masih ada beberapa accident lain, tapi mungkin ini yang sangat 'berkesan' karena bekasnya masih ada sampai sekarang. Puji Tuhan dari antara tabrakan dan kecelakaan itu gak ada yang parah banget sampai melukai orang lain.
Kelima, aku juga belajar cara ngerawat luka superficial. Bukannya ngedoain, tapi pasti bakal banyak pasien yang datang ke aku karena luka kayak yang aku rasain sekarang.
Dan terakhir, jangan lupa untuk menanyakan pasien mau diresepkan obat paten atau generik!
Makasih Bapa untuk 'luka' dan pelajarannya :)