Nemu ini diantara tumpukan file kuliah semester satu. Ceritanya disuruh bikin surat cinta waktu ikut staf magang LSO AMSA. Antara mau muntah sama ngakak waktu baca lagi. Haha
My hypocampus can't remember the first time i saw you.
all i remember is your shine blinded my retina.
and now you fills my neocortex and limbic system.
You are like a ghost, that activates my sympathetic nerves,
increases the production of adrenalin hormone in my tyroid gland,
and makes my heart palpitation every time i saw you.
Makes my zygomaticus muscularis contraction when i remember you.
every time we met, my orbicularis muscle, levator labii superioris muscle and levator anguli oris muscle always paralyzed.
i don't know either the stimulus just reach my spinal cord, instead of my brain or my hyoid bone suppress my larynx, so the air can't tremble my vocal folds.
if you are not here by my side, i'd instruct all my heart cell to necrosis, rather than apoptosis.
i'll let the inflammation last forever,
because the injury i feel will be an irreversible injury.
i hope you response my stimulus as fast as the heart pumps the blood.
i hope we will be connected like connection of bones in cranium, so no one can seperate us.
all written above is just for fun.
Kamis, Desember 12, 2013
Diabetic Foot
Sebuah percakapan di Poli Bedah RSSA 12 Desember 2013. Sekitar pukul 10 pagi.
Pasien Diabetic Foot riwayat amputasi metatarsal 1,2, dan 3 diantar anaknya untuk kontrol.
Anak Pasien(C): Saya takutnya ini infeksi dok, soalnya dulu tulangnya gak kelihatan. Takutnya malah jadi infeksi kemana-mana.
Dokter (A) : Iya bener bu. Dan kalo tulangnya terinfeksi penyembuhannya juga susah. Jadi kita perlu melakukan pemeriksaan, namanya angiografi untuk melihat pembuluh darahnya masih bagus apa gak. Soalnya pembuluh darah kan yang memberi makan jaringan, kalo pembuluh darahnya rusak sama saja jaringannya gak dapet makanan
C: Iya dok, waktu itu juga pernah mau diperiksakan angiografi, tapi ureum kreatininnya selalu tinggi, akhirnya gak jadi. Setiap bulan kita selalu kontrol rutin, dan ureum kreatininnya selalu tinggi. Gula darahnya udah turun. Oya dok, yang kaki sebelahnya itu seminggu yang lalu kukunya lepas, tapi sekarang lukanya udah kering.
A: Maka itu, takutnya itu proses dari dalam, perlu dicek lebih lanjut dengan arteriografi itu. kalau dari pemeriksaan begini saja tidak bisa kita menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Dan ada kemungkinan operasi lagi
C: Iya dok, gak papa operasi lagi, daripada infeksinya kemana-mana. Tapi Bapak gak mau di opname ya dok. Maunya yang sehari pulang dok.
A: Opname itu kan ada tujuannya, jadi kita mau mengobservasi keadaan Bapak sebelum dioperasi, apakah keadaannya Bapak sudah memungkinkan untuk dioperasi atau belum.
C: Bapak kalau opname gula darahnya malah naik.
Pasien (B): Saya gak mau opname dok, itu lho yang ngambil darah perawat-perawat yang lagi latihan, sakit-sakit semua tangan saya dok.
freeze.
aku vena pungsi aja masih salah-salah, tangan masih suka tremor. apa kabar pasienku nanti? :"
A: Kalau boleh tau kapan terakhir ngecek?
C: Bulan lalu dok, tapi tanggal 28, jadi sekitar 2 minggu yang lalu.
A: Bapak kalau berkenan coba kita periksakan ureum kreatininnya sekarang ya pak. Kalau mau nanti saya kasi surat pengantar untuk pemeriksaan labnya
C: Iya dok, gak papa periksa lagi.
A: Sementara ini dirawat luka dulu, lukanya dibersihin disini saya ya pak. Biar yang item-item dibuang
B: Saya gak mau disini dok. Itu perawatnya kasar, terus antrinya lama. Saya sering nunggu lama. Saya kan tinggi dok, saya lihat ke dalam itu perawat-perawatnya lagi cerita-cerita ketawa-ketawa
Henti nafas 3 detik.
Aku gatau Bapak itu bisa membedakan koas dan perawat. Apalagi membedakan koas dan anak elektif. Ada kemungkinan menurutnya kita perawat
A: Mungkin pasiennya lagi banyak, atau perawatnya lagi sibuk pak (mencoba membela)
B: Enggak dok. Itu ada, lagi cerita-cerita
....
Sebenarnya kasus ini gak berhubungan sama sekali dengan program elektif pilihanku, Bedah Thorak Kardio Vaskular (BTKV). Tapi karena pasien BTKV di poli sedikit (banyaknya di UGD) jadi polinya digabung sama poli umum.
Sudah 4 hari menjalani elektif BTKV, dan yang paling menguras hati itu adalah hari selasa dan kamis, hari poli.
PPDSnya 1-3 orang, kakak-kakak koasnya banyak, mahasiswa elektifnya 8 orang. Dan pasiennya numpuk. Plus polinya sempit.
Kesannya seperti pasiennya numpuk di luar, tapi setelah masuk ke poli 'dikeroyok' sama kita. Kalau aku jadi pasien aku juga mikir, ini dokternya banyak, tapi kok ngantrinya lama. Rumah sakit itu menjemukan, bukan tempat yang disukai semua orang. Bukan tempat yang penuh dengan hiburan. Semua pasien yang datang pasti pengen cepat pulang, pasti gak pengen datang lagi ke rumah sakit. Ditambah dengan keadaan rumah sakit yang 'penuh sesak' seperti itu.
Tadi sempat terbersit, sanggupkah aku menangani pasien dari awal datang sampai pemulihannya? Sanggupkah belajar di tengah-tengah kondisi RSSA yang seperti ini?
Pasien poli kebanyakan pasien yang kontrol. Dulu sudah pernah datang ke rumah sakit. Masak ya dianamnesis lagi? Dan kalau sakitnya gak parah gak mungkin ke RSSA. Kecuali kalau rumahnya dekat RSSA. Kalau kasusnya ringan dan dapat ditangani dokter umum pastilah kontrolnya di puskesmas.
Sekarang anggap saja kemungkinan terburuk yang terjadi, yang dimaksud sebagai 'perawat' adalah mahasiswa kedokteran. What could we do?
Jadi ingat acara Pengobatan Gratis PMK FK memperingati Paskah 2012 dan 2013. Sehari aja capeknya bukan main. Bukan capek lagi, cuapek. Capek ngomong, capek hati, bosen nunggu antrian, bosen nemenin pasien. Koas ibarat ikut pengobatan gratis selama 2 tahun di rumah sakit. Karena capeknya koas terlihat seperti, maaf, pembawa status pasien dari perawat poli ke dokter PPDS. Gak segan cerita-cerita di depan pasien, gak segan ketawa-ketawa di depan pasien.
Dokter bayangkan-katub-mitral bilang, 'Gak papa ngingetin PPDS atau kakak-kakak koas untuk perkenalan diri, daripada mereka lupa pas UKDI. Mahasiswa itu kebanyakan sungkan'
Gak papa buat dokter, buat dokter-dokter lain atau kakak-kakak koas belum tentu gak papa, dokterrrr ._.
Syudududu, masih jauh Aditya. Tenang, masih jauuuuh.
Pasien Diabetic Foot riwayat amputasi metatarsal 1,2, dan 3 diantar anaknya untuk kontrol.
Anak Pasien(C): Saya takutnya ini infeksi dok, soalnya dulu tulangnya gak kelihatan. Takutnya malah jadi infeksi kemana-mana.
Dokter (A) : Iya bener bu. Dan kalo tulangnya terinfeksi penyembuhannya juga susah. Jadi kita perlu melakukan pemeriksaan, namanya angiografi untuk melihat pembuluh darahnya masih bagus apa gak. Soalnya pembuluh darah kan yang memberi makan jaringan, kalo pembuluh darahnya rusak sama saja jaringannya gak dapet makanan
C: Iya dok, waktu itu juga pernah mau diperiksakan angiografi, tapi ureum kreatininnya selalu tinggi, akhirnya gak jadi. Setiap bulan kita selalu kontrol rutin, dan ureum kreatininnya selalu tinggi. Gula darahnya udah turun. Oya dok, yang kaki sebelahnya itu seminggu yang lalu kukunya lepas, tapi sekarang lukanya udah kering.
A: Maka itu, takutnya itu proses dari dalam, perlu dicek lebih lanjut dengan arteriografi itu. kalau dari pemeriksaan begini saja tidak bisa kita menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Dan ada kemungkinan operasi lagi
C: Iya dok, gak papa operasi lagi, daripada infeksinya kemana-mana. Tapi Bapak gak mau di opname ya dok. Maunya yang sehari pulang dok.
A: Opname itu kan ada tujuannya, jadi kita mau mengobservasi keadaan Bapak sebelum dioperasi, apakah keadaannya Bapak sudah memungkinkan untuk dioperasi atau belum.
C: Bapak kalau opname gula darahnya malah naik.
Pasien (B): Saya gak mau opname dok, itu lho yang ngambil darah perawat-perawat yang lagi latihan, sakit-sakit semua tangan saya dok.
freeze.
aku vena pungsi aja masih salah-salah, tangan masih suka tremor. apa kabar pasienku nanti? :"
A: Kalau boleh tau kapan terakhir ngecek?
C: Bulan lalu dok, tapi tanggal 28, jadi sekitar 2 minggu yang lalu.
A: Bapak kalau berkenan coba kita periksakan ureum kreatininnya sekarang ya pak. Kalau mau nanti saya kasi surat pengantar untuk pemeriksaan labnya
C: Iya dok, gak papa periksa lagi.
A: Sementara ini dirawat luka dulu, lukanya dibersihin disini saya ya pak. Biar yang item-item dibuang
B: Saya gak mau disini dok. Itu perawatnya kasar, terus antrinya lama. Saya sering nunggu lama. Saya kan tinggi dok, saya lihat ke dalam itu perawat-perawatnya lagi cerita-cerita ketawa-ketawa
Henti nafas 3 detik.
Aku gatau Bapak itu bisa membedakan koas dan perawat. Apalagi membedakan koas dan anak elektif. Ada kemungkinan menurutnya kita perawat
A: Mungkin pasiennya lagi banyak, atau perawatnya lagi sibuk pak (mencoba membela)
B: Enggak dok. Itu ada, lagi cerita-cerita
....
Sebenarnya kasus ini gak berhubungan sama sekali dengan program elektif pilihanku, Bedah Thorak Kardio Vaskular (BTKV). Tapi karena pasien BTKV di poli sedikit (banyaknya di UGD) jadi polinya digabung sama poli umum.
Sudah 4 hari menjalani elektif BTKV, dan yang paling menguras hati itu adalah hari selasa dan kamis, hari poli.
PPDSnya 1-3 orang, kakak-kakak koasnya banyak, mahasiswa elektifnya 8 orang. Dan pasiennya numpuk. Plus polinya sempit.
Kesannya seperti pasiennya numpuk di luar, tapi setelah masuk ke poli 'dikeroyok' sama kita. Kalau aku jadi pasien aku juga mikir, ini dokternya banyak, tapi kok ngantrinya lama. Rumah sakit itu menjemukan, bukan tempat yang disukai semua orang. Bukan tempat yang penuh dengan hiburan. Semua pasien yang datang pasti pengen cepat pulang, pasti gak pengen datang lagi ke rumah sakit. Ditambah dengan keadaan rumah sakit yang 'penuh sesak' seperti itu.
Tadi sempat terbersit, sanggupkah aku menangani pasien dari awal datang sampai pemulihannya? Sanggupkah belajar di tengah-tengah kondisi RSSA yang seperti ini?
Pasien poli kebanyakan pasien yang kontrol. Dulu sudah pernah datang ke rumah sakit. Masak ya dianamnesis lagi? Dan kalau sakitnya gak parah gak mungkin ke RSSA. Kecuali kalau rumahnya dekat RSSA. Kalau kasusnya ringan dan dapat ditangani dokter umum pastilah kontrolnya di puskesmas.
Sekarang anggap saja kemungkinan terburuk yang terjadi, yang dimaksud sebagai 'perawat' adalah mahasiswa kedokteran. What could we do?
Jadi ingat acara Pengobatan Gratis PMK FK memperingati Paskah 2012 dan 2013. Sehari aja capeknya bukan main. Bukan capek lagi, cuapek. Capek ngomong, capek hati, bosen nunggu antrian, bosen nemenin pasien. Koas ibarat ikut pengobatan gratis selama 2 tahun di rumah sakit. Karena capeknya koas terlihat seperti, maaf, pembawa status pasien dari perawat poli ke dokter PPDS. Gak segan cerita-cerita di depan pasien, gak segan ketawa-ketawa di depan pasien.
Dokter bayangkan-katub-mitral bilang, 'Gak papa ngingetin PPDS atau kakak-kakak koas untuk perkenalan diri, daripada mereka lupa pas UKDI. Mahasiswa itu kebanyakan sungkan'
Gak papa buat dokter, buat dokter-dokter lain atau kakak-kakak koas belum tentu gak papa, dokterrrr ._.
Syudududu, masih jauh Aditya. Tenang, masih jauuuuh.
Minggu, September 15, 2013
Fear
'Salah lagi, salah lagi. Padahal baru mo mulai rame..'
Semakin banyak bicara, semakin banyak salah. Hal ini yang bikin aku lebih sering jadi pendengar yang baik dalam suatu pembicaraan. Apa lagi kalo hal itu menyangkut orang lain. Aku takut ada orang yang bakal marah sama aku gara-gara omonganku, aku takut tanggapan mereka gak seperti yang aku inginkan.
Contohnya kayak baru-baru ini. Lumayan meningkatkan sekresi kelenjar adrenal, bikin palpitasi, dan mengaktifkan saraf simpatis.
why this happen i can not explain,
why write the script with such heartache and pain
could it never been an easier way
watching life through this glass so faded
i can not see the bigger picture taking place
oh to understand one day
My Heart Will Fly - MercyMe
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 2 Korintus 12:9,10 - Paulus
Help me to understand, Lord
Semakin banyak bicara, semakin banyak salah. Hal ini yang bikin aku lebih sering jadi pendengar yang baik dalam suatu pembicaraan. Apa lagi kalo hal itu menyangkut orang lain. Aku takut ada orang yang bakal marah sama aku gara-gara omonganku, aku takut tanggapan mereka gak seperti yang aku inginkan.
Contohnya kayak baru-baru ini. Lumayan meningkatkan sekresi kelenjar adrenal, bikin palpitasi, dan mengaktifkan saraf simpatis.
why this happen i can not explain,
why write the script with such heartache and pain
could it never been an easier way
watching life through this glass so faded
i can not see the bigger picture taking place
oh to understand one day
My Heart Will Fly - MercyMe
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 2 Korintus 12:9,10 - Paulus
Help me to understand, Lord
Sabtu, September 07, 2013
Doa di Pagi Hari
Segala puji syukur hormat dan kemuliaan hanya bagi TUHAN, penyelamatku dan kota benteng perlindunganku.
TUHAN yang melepaskan kami dari yang jahat, yang menjaga langkah kami agar tidak tersandung, yang mencegah tangan kami melakukan kecerobohan.
Ya, TUHAN melakukan perkara yang dahsyat dalam hidupku.
Aku bersyukur kepada TUHAN, karena kebaikannya. Pada pagi hari semangat dan damai sejahteraNya dicurahkan bagi orang-orang yang menantikan DIA.
TUHAN telah menjadi kesukaanku, dan biarlah aku bersyukur kepadaNya sampai batas akhir hidupku. Biarlah pujian kepadaNya tetap ada dalam mulutku sampai selama-lamanya.
Aku bersyukur kepada TUHAN, karena kesetiaanNya. Tak pernah ditinggalkanNya aku berjalan sendiri.
Ampuni aku TUHAN, karena aku sering berbuat fasik, tinggi hati, dan melupakan Engkau.
Bertahta kembali TUHAN dalam hidupku. Sebab sedikit lagi aku jatuh dan terjerembab. Ketakutan hampir-hampir melingkupi hatiku. FirmanMu biarlah menghidupkanku kembali!
Lepaskanku dari yang jahat, dan bangkitkan RohMu di dalamku saat ini. Sehingga nyata di hidupku sama seperti di surga.
Aku rindu hadiratMu, TUHAN, terus bekerja dalam hidupku, dari detik ini sampai selama-lamanya.
Amin Amin ya Amin.
TUHAN yang melepaskan kami dari yang jahat, yang menjaga langkah kami agar tidak tersandung, yang mencegah tangan kami melakukan kecerobohan.
Ya, TUHAN melakukan perkara yang dahsyat dalam hidupku.
Aku bersyukur kepada TUHAN, karena kebaikannya. Pada pagi hari semangat dan damai sejahteraNya dicurahkan bagi orang-orang yang menantikan DIA.
TUHAN telah menjadi kesukaanku, dan biarlah aku bersyukur kepadaNya sampai batas akhir hidupku. Biarlah pujian kepadaNya tetap ada dalam mulutku sampai selama-lamanya.
Aku bersyukur kepada TUHAN, karena kesetiaanNya. Tak pernah ditinggalkanNya aku berjalan sendiri.
Ampuni aku TUHAN, karena aku sering berbuat fasik, tinggi hati, dan melupakan Engkau.
Bertahta kembali TUHAN dalam hidupku. Sebab sedikit lagi aku jatuh dan terjerembab. Ketakutan hampir-hampir melingkupi hatiku. FirmanMu biarlah menghidupkanku kembali!
Lepaskanku dari yang jahat, dan bangkitkan RohMu di dalamku saat ini. Sehingga nyata di hidupku sama seperti di surga.
Aku rindu hadiratMu, TUHAN, terus bekerja dalam hidupku, dari detik ini sampai selama-lamanya.
Amin Amin ya Amin.
Senin, Juli 22, 2013
The scars
Hari minggu kemaren, 15 juli 2013, sepeda motorku kepeleset dan kebetulan aku ada di atasnya. Kejadian yang hanya berlangsung satu detik itu dampaknya masih aku rasakan sampai sekarang. Luka. Gak terlalu besar sih, cuma 0,5% luas permukaan tubuh. Yang gak tau, 1% itu sama dengan luas permukaan tangan pasien. Tangan lho ya, bukan lengan. Namanya juga calon dokter, muncul deh sok bisa ngerawat luka sendiri, gak perlu bantuan orang lain. Aku udah ngelewati blok dermatologi. Memang sudah seharusnya aku menguasai ilmu merawat luka. Aku bersihin pakai antiseptik, terus ditutup pakai kasa biar lukanya ketutup. Luka tertutup dengan manis dan rapi.
Ternyata oh ternyata, besoknya waktu ganti kasa jaringan 'awal penyembuhan'-nya ternyata nempel di kasa. Ya luka lagi. Mungkin kasanya jangan terlalu nempel sama luka. Oke coba lagi, kalo kemaren antiseptiknya ditetesin di kasa, sekarang antibiotiknya diolesin di lukanya. Tapi besoknya lagi tetap sama. Tetap luka lagi. Sesampainya di kampus aku cerita ke temen, dan temenku itu nyaranin bioplacent*n. Katanya bagus dan lukanya gak berbekas. Pulang dari kampus langsung mampir ke apotik dan langsung dipakai. Pakai obat ini lebih nyaman, waktu dioles obatnya gak bikin nyeri dan yang terpenting gak perlu ditutupin kasa.
Tapi masih ada yang gak beres. Karena itu udah hari ke 3 sejak kepeleset, seharusnya bengkaknya udah agak berkurang. Terbayang-bayang infeksi parah, amputasi, dan komplikasi-komplikasi lainnya akhirnya aku nyerah dan pergi ke dokter. Ke dokter itu berasa buang-buang uang. Bioplacent*n nya disuruh dilanjutin aja, terus sama dikasi analgesik dan antibiotik. Paten. Salahku juga gak minta yang generik.. Tapi ada untungnya juga sih, meyakinkan aku kalau obat yang aku pakai sekarang udah bener.
Dan sampai sekarang udah seminggu sejak kepeleset. Kadang-kadang masih nyeri kalo gerakkin kaki. Lukanya udah mulai mengering. Semoga lukanya gak kebuka lagi dan gak infeksi..
By the way, aku berusaha untuk dapet pelajaran dari kejadian dan luka ini.
Yang pertama, dokter dan tenaga medis lain gampang banget kasi nasihat 'lukanya jangan kena air ya' 'jangan lupa minum obat ya' 'bengkaknya dikompres aja biar agak kempes' dan nasihat-nasihat lainnya. Dok, jaga luka di kaki biar gak kena air itu susah. Apalagi untuk orang yang punya kebiasaan cuci kaki kayak aku. Dibungkus plastik lah, diangkat diatas kloset, akhirnya pasti tetap kena juga. Intinya, ngomong gampang, tapi ngelaksanainya gak segampang itu. Apalagi kalo pasiennya gak ngerti apa yang dinasihatin dokternya. Gimana mau sembuh coba? Dokter harus ngerti bagaimana cara untuk mengkomunikasikan nasihatnya supaya dapat dimengerti pasien dengan baik. Dokter juga harus mengerti ada beberapa nasihat yang bakal sulit untuk dilakukan pasien. Jangan asal aja ngasih nasihat tanpa memikirkan nasihat itu bakal berhasil dilakukan atau tidak. Itulah pentingnya berpikir holistik.
Kedua, setiap pasien pasti pengen sembuh tanpa perlu ngerasain sakitnya disuntik, tanpa perlu rutin minum obat, tanpa perlu keluar uang untuk periksa ke dokter dan beli obat, dan tanpa pengorbanan yang menyakitkan lainnya. Dokter dan tenaga medis harus bisa membuat pasien nyaman dengan setiap tindakan medis yang dilakukan. Setiap tindakan yang dilakukan juga harus punya manfaat demi kesehatan pasien, bukan sekedar menguntungkan dokter ataupun tenaga medis.
Ketiga, aku belajar untuk lebih berhati-hati lagi kalau mau belok. Jujur sampai sekarang masih agak trauma kalau lewat belokan.
Keempat, aku selama ini punya pemikiran, dari sejak di SMP atau SMA, denger kata orang sih, katanya kalo gak jatuh gak bakal hebat bawa motor. Mungkin inilah yang jadi celahku. Pemikiran yang salah. Dan akhirnya terjadilah kepeleset itu. Sebenarnya masih ada beberapa accident lain, tapi mungkin ini yang sangat 'berkesan' karena bekasnya masih ada sampai sekarang. Puji Tuhan dari antara tabrakan dan kecelakaan itu gak ada yang parah banget sampai melukai orang lain.
Kelima, aku juga belajar cara ngerawat luka superficial. Bukannya ngedoain, tapi pasti bakal banyak pasien yang datang ke aku karena luka kayak yang aku rasain sekarang.
Dan terakhir, jangan lupa untuk menanyakan pasien mau diresepkan obat paten atau generik!
Makasih Bapa untuk 'luka' dan pelajarannya :)
Ternyata oh ternyata, besoknya waktu ganti kasa jaringan 'awal penyembuhan'-nya ternyata nempel di kasa. Ya luka lagi. Mungkin kasanya jangan terlalu nempel sama luka. Oke coba lagi, kalo kemaren antiseptiknya ditetesin di kasa, sekarang antibiotiknya diolesin di lukanya. Tapi besoknya lagi tetap sama. Tetap luka lagi. Sesampainya di kampus aku cerita ke temen, dan temenku itu nyaranin bioplacent*n. Katanya bagus dan lukanya gak berbekas. Pulang dari kampus langsung mampir ke apotik dan langsung dipakai. Pakai obat ini lebih nyaman, waktu dioles obatnya gak bikin nyeri dan yang terpenting gak perlu ditutupin kasa.
Tapi masih ada yang gak beres. Karena itu udah hari ke 3 sejak kepeleset, seharusnya bengkaknya udah agak berkurang. Terbayang-bayang infeksi parah, amputasi, dan komplikasi-komplikasi lainnya akhirnya aku nyerah dan pergi ke dokter. Ke dokter itu berasa buang-buang uang. Bioplacent*n nya disuruh dilanjutin aja, terus sama dikasi analgesik dan antibiotik. Paten. Salahku juga gak minta yang generik.. Tapi ada untungnya juga sih, meyakinkan aku kalau obat yang aku pakai sekarang udah bener.
Dan sampai sekarang udah seminggu sejak kepeleset. Kadang-kadang masih nyeri kalo gerakkin kaki. Lukanya udah mulai mengering. Semoga lukanya gak kebuka lagi dan gak infeksi..
By the way, aku berusaha untuk dapet pelajaran dari kejadian dan luka ini.
Yang pertama, dokter dan tenaga medis lain gampang banget kasi nasihat 'lukanya jangan kena air ya' 'jangan lupa minum obat ya' 'bengkaknya dikompres aja biar agak kempes' dan nasihat-nasihat lainnya. Dok, jaga luka di kaki biar gak kena air itu susah. Apalagi untuk orang yang punya kebiasaan cuci kaki kayak aku. Dibungkus plastik lah, diangkat diatas kloset, akhirnya pasti tetap kena juga. Intinya, ngomong gampang, tapi ngelaksanainya gak segampang itu. Apalagi kalo pasiennya gak ngerti apa yang dinasihatin dokternya. Gimana mau sembuh coba? Dokter harus ngerti bagaimana cara untuk mengkomunikasikan nasihatnya supaya dapat dimengerti pasien dengan baik. Dokter juga harus mengerti ada beberapa nasihat yang bakal sulit untuk dilakukan pasien. Jangan asal aja ngasih nasihat tanpa memikirkan nasihat itu bakal berhasil dilakukan atau tidak. Itulah pentingnya berpikir holistik.
Kedua, setiap pasien pasti pengen sembuh tanpa perlu ngerasain sakitnya disuntik, tanpa perlu rutin minum obat, tanpa perlu keluar uang untuk periksa ke dokter dan beli obat, dan tanpa pengorbanan yang menyakitkan lainnya. Dokter dan tenaga medis harus bisa membuat pasien nyaman dengan setiap tindakan medis yang dilakukan. Setiap tindakan yang dilakukan juga harus punya manfaat demi kesehatan pasien, bukan sekedar menguntungkan dokter ataupun tenaga medis.
Ketiga, aku belajar untuk lebih berhati-hati lagi kalau mau belok. Jujur sampai sekarang masih agak trauma kalau lewat belokan.
Keempat, aku selama ini punya pemikiran, dari sejak di SMP atau SMA, denger kata orang sih, katanya kalo gak jatuh gak bakal hebat bawa motor. Mungkin inilah yang jadi celahku. Pemikiran yang salah. Dan akhirnya terjadilah kepeleset itu. Sebenarnya masih ada beberapa accident lain, tapi mungkin ini yang sangat 'berkesan' karena bekasnya masih ada sampai sekarang. Puji Tuhan dari antara tabrakan dan kecelakaan itu gak ada yang parah banget sampai melukai orang lain.
Kelima, aku juga belajar cara ngerawat luka superficial. Bukannya ngedoain, tapi pasti bakal banyak pasien yang datang ke aku karena luka kayak yang aku rasain sekarang.
Dan terakhir, jangan lupa untuk menanyakan pasien mau diresepkan obat paten atau generik!
Makasih Bapa untuk 'luka' dan pelajarannya :)
Rabu, Mei 22, 2013
Pre-Elektif's Hectic
Detik-detik menunggu waktu pemilihan mata kuliah elektif. Sebenernya biasa aja, tapi yang bikin heboh dan panik itu adalah karena proses pemilihannya serba computerized. Setiap topik punya kuotanya masing-masing, dan kita gak tau ada berapa orang dalam satu angkatan yang pengen topik yang sama kayak kita.
wowowowowo *hebohsendiri*
Aku pengen masuk di Tumbuh Kembang Anak. Gak tau kenapa, pengen aja.
Sebenarnya ada topik penyakit tropis dan katanya semester depan kemungkinan bakal ada elektif ke luar negeri dengan topik tropical medicine. Dan aku juga pengen ngambil spesialis penyakit tropis. Tapi, aku sadar kalo bahasa inggrisku gak jago-jago amat. Apalagi nantinya bakal ninggalin kuliah 1 bulan dan harus ngejar ketinggalan kuliah.
Oke, barusan udah dibuka pendaftarannya. Kecepetan ternyata. Katanya jam 8, tapi dari jam 8 kurang udah dibuka. Tadi sampe heboh sendiri di warnet. Anyway, aku berhasil daftar tumbuh kembang. :D
kira-kira nanti bakalan gimana ya ceritanya? hmm :)
wowowowowo *hebohsendiri*
Aku pengen masuk di Tumbuh Kembang Anak. Gak tau kenapa, pengen aja.
Sebenarnya ada topik penyakit tropis dan katanya semester depan kemungkinan bakal ada elektif ke luar negeri dengan topik tropical medicine. Dan aku juga pengen ngambil spesialis penyakit tropis. Tapi, aku sadar kalo bahasa inggrisku gak jago-jago amat. Apalagi nantinya bakal ninggalin kuliah 1 bulan dan harus ngejar ketinggalan kuliah.
Oke, barusan udah dibuka pendaftarannya. Kecepetan ternyata. Katanya jam 8, tapi dari jam 8 kurang udah dibuka. Tadi sampe heboh sendiri di warnet. Anyway, aku berhasil daftar tumbuh kembang. :D
Langganan:
Postingan (Atom)