Jumat, Maret 20, 2020

The fear of collaborate

Waktu aku melihat orang-orang hebat/yang berpotensi di sekitarku, kadang aku iri dan takut tersaingi. Tapi pikiran kayak gitu kan ga bagus. Hei kamu punya mimpi yang besar, dan kamu butuh banyak orang hebat lain untuk bisa mewujudkan mimpi besar itu. Dan banyak banget yang harus dikerjakan untuk penelitian ini. Banyak banget in the literal meaning. Untuk tya yang terbiasa bekerja sendiri, beneran datanya banyak banget sampai di tahap totally overwhelmed. Ini aja belom ngambil data follow up di poli. 

Dibandingkan bersaing, gimana kalau kita bekerja sama? Aku baru sadar pentingnya networking pas sudah kerja. Agak telat sih, tapi its okay, yang penting kita belajar dan terus memperbaiki diri.


Kerja sama dengan orang lain memang lebih ribet, menyamakan mimpi, menyamakan sistem, berusaha melangkah sama-sama, dll. Risiko di-backstab, risiko dikecewakan, risiko kerjaan ga sesuai ekspektasi. Miskomunikasi memang penyebab tersering masalah antar umat manusia di seluruh dunia. Yang penting ditanamkan dalam masing-masing pribadi adalah we never meant to hurt each other. Walaupun kerja sama sampai nangis marah dan berbagai gejolak emosi lainnya, our heart never meant to hurt each other.


Tapi hasil dari kerja sama itu sungguh amat besar dan worth the pain. We can achieve big things together. Sama kayak ada Sp.JP dan Sp.PD Konsulan Kardiovaskular. Awalnya aku ngira, hmm gimana nih nanti rebutan pasien-pasien jantung. Padahal kan pasien sakit jantung di kota kupang dan di dunia ini banyak. Ngapain takut tersaingi? Kenapa tidak bekerja sama saja? 


Proudly present, soon to be Pusat Riset Kardiovaskular NTT
(mari ucapkan aminnn)
Dextra-sinistra: dr. Raydel Amalo, dr. Queen Ariyani
dr. Maria Delong, tya, dr. Batara Poetra
(+ the newcomers yang ga ikutan rapat pertama)
Semangat gaesssss!!

Tuhan itu tau kamu ga sanggup sendiri. Makanya tiba-tiba nambah aja personilnya. Eh kok tiba-tiba banyak wkwkwkwk. Kusenang juga sih banyak yang minat jantung ternyata. After all this time merasa sendiri dan overwhelmed. Terima kasih sudah membuat mimpi tya terlihat sangat achievable. Bisa nih sekarang kalo tya mau bikin goal yang SMART. 

Makanya sekarang, ayo belajar delegasi tugas.
Ayo kerja sama untuk #NTTSEHAT2050 #IndonesiaSehat2050


Let's write the history together!

Senin, Maret 16, 2020

OSCE UKMPPD: dari sisi penguji

Sejak tahun lalu, sudah 3 kali ikutan nguji OSCE UKMPPD. Pertama dapat station nyeri dada dan EKG, kedua dapet station retensio urin dan pasang kateter, ketiga dapat station fraktur dan pasang bidai.

Sebagai orang yang ujian OSCE dengan metode yang sama seperti sekarang, nilai OSCE UKMPPDnya kurang 12 poin dari maksimal dan sudah dapat pelatihan penguji OSCE, sepertinya saranku cukup valid ya.

Yang harus kalian lakukan untuk persiapan OSCE UKMPPD adalah:
1. Selama koass, kerjakan semua tindakan seideal mungkin. Kalaupun tidak bisa ideal karena kenyataan dunia ini, kamu harus tetap ingat, harusnya aku begini, harusnya aku tidak boleh begini. Praktek terus. Sesimpel praktek cuci tangan 6 langkah. Dibiasain aja selama koass. Biar pas UKMPPD ga bikin ngakak pengujinya. (Walopun wastafelnya menghadap tembok, kalian pikir penguji ga ngeliat kalo kalian cuci tangan tidak 6 langkah?). Pasang infus, pasang kateter urin, dan semua tindakan lainnya, biasakan hafal semua checklistnya. Jangan males. Pas koass jangan cuma capek aja, tapi otaknya keisi juga.
Jangan males juga kalo jadi koass. Jangan nolak tindakan. Jangan beralasan "bukan koass bedah dok" jadi gamau rawat luka dan hecting. Atau "bukan koass anak dok" jadi gamau ases pasien anak. Ya asal kerjaanmu yang lain udah beres, dalam artian misal kamu koass anak dan di UGD lagi ga ada pasien anak, ya udah kerjain aja apa yang ada. "Kita gaboleh nulis resep dok" "kita gaboleh nulis status". Nanti pas kamu jaga UGD saat internsip ga bisa milih-milih pasien gitu dan semua harus kamu yang kerjain dan kemungkinan kamu jaga UGD sendirian fyi. Intinya yang rajin jadi koass.

2. Siapkan materi kompetensi 3A, 3B, dan 4.
Di dalam dunia kedokteran yang keras ini, ada buku panduan hidup yang bernama Panduan Praktik Klinis untuk penyakit dan tindakan dokter umum. Baca ya. Itu sungguh mempermudah hidupmu.

3. Latihan sama teman itu penting. Semua langkah dibicarakan. Dan harus beneran dipraktekkan setiap detail langkahnya.

4. Inget ada beberapa pasien yang beda approachnya. Gabosa semua pasien kamu hajar dengan anamnesa lengkap terus cek TTV lanjut pemeriksaan fisik. Khusus untuk pasien trauma, settingannya beda.
Iya bener sih semua pasien di periksa ttv dulu
Tapi pasien bedah algoritmanya beda, harus cek primary survey dan secondary survey.
Kalo pasien ga sadar cek dulu ABCnya. Jangan anamnesa. Ya gimana siapa yang anda ajak bicara mohon maaf. Cek dulu airway aman tidak, breathing ada ga, kalau ada adekuat tidak, terus cek nadi dan akral. Kalau ga ada nadi ya RJP. Terus pasang EKG. Jalankan algoritma henti jantung. 

5. Banyak hal sepele yang sering dilupakan, kayak baca soal baik-baik dan tidak perlu mengerjakan hal yang tidak diminta, baca foto rontgen, dan informed consent tindakan, dll. Bikin gemes penguji tau ga. Ih ini dikit lagi anak ini bisa dapet nilai 3. Gemes. Padahal bisa lho sebenarnya kalian, entah karena gugup atau ga terbiasa.
Makanya waktu koass jangan modal tenaga saja. Tapi otak juga dipakai. Otaknya juga diasah. "Dok ini kenapa diagnosisnya a bukan b?". Kalau bingung nanya aja sih cuy ga perlu sungkan. Ya tapi liat sikon juga ya kapan kerjaan sudah agak longgar baru kalian nanya.
Biasakan mikir kalau nanti aku jaga UGD sendiri dan aku dapat pasien kayak gini, aku harus nanya apa aja, periksa apa aja, dan minta pemeriksaan penunjang apa aja. Biar terbiasa dengan ritme kerja di UGD. Abis a, lanjut b, lanjut c, lanjut d.

6. Hari H, pakai baju rapi, dandan yang cantik dan ganteng, berdiri di depan kaca dan bilang
"You are born to do this. It's always in your blood. Chill, it's just another ordinary day at emergency ward."

Sekian dulu Tya sudah capek ngetik.
Makasih sudah baca.


ps: kalau lu masi koass, baca ko mengerti dan bertobat sudah. Masih ada waktu untuk tobat ya anak dong.