Kamis, Januari 05, 2012

The Story of Chacha

Tanggal 23 Desember 2010.
Saya ingat betul hari itu.

hahahaaa..
Hari itu saya mendapatkan hal yang benar-benar saya inginkan.

Sebelumnya saya memang sudah merengek-rengek ke papa mama saya, dari minta baik-baik, sampai nangis-nangis dan guling-guling di tempat tidur.

'ayo pa, ma, belikan aku gitar listrik. toko alat musik? ada kok dekat sini, di si*la.. ayo pa, aku janji gak bakal minta gitar lagi..'
-diterjemahkan dalam bahasa indonesia yang baik dan kurang benar-

Pada hari itu akhirnya papa saya tergerak untuk membelikan saya gitar listrik ^^
~makasih papa :*

Selain itu, saya sangat berterima kasih pada om pemilik toko itu.
Pintar sekali menawar dan merayu papa, sampai akhirnya papa tergerak untuk membeli gitar listrik plus amplifiernya.. :D


this is it :D
I called it chacha
Pertama dari kata gitar, ta => cha => chacha
Dan yang kedua, supaya gak beda jauh sama laptop.
chichi - chacha
#unyu kann.. >.<

Setelah itu saya sangat senang. Hampir setiap hari saya memainkan chacha.
Tapi entah mengapa, saya merasa biasa-biasa saja.
saya tidak begitu merasakan 'gregetnya'.
Tapi saya tetap senang mempunyai chacha.

Sampai sebulan kemudian, in God's presence, at Cempaka, Last Harvest Ministry.
'kasih chacha!'

'Hah?! son salah ni? pasti b salah dengar.'

'kasih chacha!'

'...'
speechless


Dan saya merenung.
Mungkin itu pilihan yang tepat, mereka lebih membutuhkan chacha daripada saya.
Selain itu, setelah saya pikir dan renungkan lebih lagi, selama ini saya hanya menggunakan chacha untuk kesombongan diri saya, kesenangan diri saya sendiri, hanya untuk sekedar keren-kerenan saja.
Chacha di tangan saya mungkin tidak akan pernah berbuah apapun.
Tapi saya yakin, di tangan mereka, chacha tidak akan jadi gitar biasa-biasa saja.
Mereka bisa menggunakan chacha untuk memuliakan nama Tuhan, hal yang mungkin tidak bisa saya lakukan dengan chacha.

Setelah itu proses berpikir itu, ada satu hal yang menahan saya untuk melepaskan chacha.
Hal itu adalah papa.
Maksudnya, saya sudah merengek-rengek selama ini dan akhirnya papa membelikan saya chacha, lalu saya memberikannya pada orang lain begitu saja?

Saya membutuhkan 2-3 bulan untuk merenung, berpikir, dan mengumpulkan keberanian untuk memberitahukan papa, serta melepaskan chacha.
Tidak untuk selamanya, karena kapanpun yang saya mau, saya bisa meminjam chacha pada mereka, walaupun selama ini belum pernah saya lakukan.

Saya masih mengingat hari dimana saya melepas chacha.
Anehnya, saya merasa lega.
Saya sama sekali tidak menangis. Atau mungkin karena air mata saya untuk chacha sudah saya habiskan sebelumnya :)

'use it well, brothers..'


Saya tau, banyak orang yang menganggap hal yang saya lakukan bodoh.
Tapi saya tahu apa yang saya lakukan.
Saya sudah belajar banyak dari chacha.
Belajar untuk tidak terburu-buru, untuk sabar dan menikmati semua proses, untuk tidak sombong, untuk tidak bergantung pada orang lain ataupun diri sendiri.

Saya percaya Tuhan akan memberikan saya yang terbaik.
Cepat atau lambat, dengan cara Tuhan, bukan cara saya.
Dan saya sekarang sedang menikmati perjalanan untuk menemukan chacha junior.

:D