Minggu, Juni 28, 2020

Its getting closer

“Every commandment which I command you today you must be careful to observe, that you may live and multiply, and go in and possess the land of which the Lord swore to your fathers. And you shall remember that the Lord your God led you all the way these forty years in the wilderness, to humble you and test you, to know what was in your heart, whether you would keep His commandments or not. So He humbled you, allowed you to hunger, and fed you with manna which you did not know nor did your fathers know, that He might make you know that man shall not live by bread alone; but man lives by every word that proceeds from the mouth of the Lord . Your garments did not wear out on you, nor did your foot swell these forty years. You should know in your heart that as a man chastens his son, so the Lord your God chastens you. “Therefore you shall keep the commandments of the Lord your God, to walk in His ways and to fear Him. For the Lord your God is bringing you into a good land, a land of brooks of water, of fountains and springs, that flow out of valleys and hills; a land of wheat and barley, of vines and fig trees and pomegranates, a land of olive oil and honey; a land in which you will eat bread without scarcity, in which you will lack nothing; a land whose stones are iron and out of whose hills you can dig copper. When you have eaten and are full, then you shall bless the Lord your God for the good land which He has given you. “Beware that you do not forget the Lord your God by not keeping His commandments, His judgments, and His statutes which I command you today, lest— when you have eaten and are full, and have built beautiful houses and dwell in them; and when your herds and your flocks multiply, and your silver and your gold are multiplied, and all that you have is multiplied; when your heart is lifted up, and you forget the Lord your God who brought you out of the land of Egypt, from the house of bondage; who led you through that great and terrible wilderness, in which were fiery serpents and scorpions and thirsty land where there was no water; who brought water for you out of the flinty rock; who fed you in the wilderness with manna, which your fathers did not know, that He might humble you and that He might test you, to do you good in the end— then you say in your heart, ‘My power and the might of my hand have gained me this wealth.’ “And you shall remember the Lord your God, for it is He who gives you power to get wealth, that He may establish His covenant which He swore to your fathers, as it is this day. Then it shall be, if you by any means forget the Lord your God, and follow other gods, and serve them and worship them, I testify against you this day that you shall surely perish. As the nations which the Lord destroys before you, so you shall perish, because you would not be obedient to the voice of the Lord your God. 
(Deuteronomy 8)


Its getting closer.
But are you ready?

Sabtu, Juni 20, 2020

I will follow through

Kupang, 20 Juni 2020.

Dua hari yang lalu, bila tanpa coro-coro, harusnya sudah di Jakarta ikut asmiha. Harusnya sudah bawa minimal 5 poster dari Kupang. Harusnya.
Sejak mulai coro-coro ini, ada pengumuman kalau seminar ditunda ke oktober. Oke berarti lebih banyak waktu buat nabung. 
Tapi 2 hari yang lalu ada pengumuman lagi. Kalau asmiha jadinya virtual. S e d i h. 

Sometimes the things that we think all for sure
Fade like the ending of day
Sometimes the things that we think all secure 
Pass away
Sometimes the things that we seek and we find
Break both our heart and our mind
But YAH You are the same
The same all the time



Semua baik adanya

Jumat, Juni 05, 2020

First Wave vs New Normal

Sebulan ini di RS, beberapa kali ketemu pasien yang tiba-tiba memburuk. Radang paru bisa berubah drastis hanya dalam waktu 24 jam. Baru 1 jam yang lalu kondisi stabil, tanda-tanda vital aman, barusan ngobrol dengan dokter dan perawat, tiba-tiba apneu.

Memang pasien dengan kondisi buruk akan selalu ada. Selalu ada pasien yang tiba-tiba meninggal. Tapi, tidak sebanyak ini... pembicaraan ini yang belakangan berputar diantara kita, dokter dan perawat di RS. Penuh drama. Harus jaga perasaan. Harus jaga kondisi. Tidak boleh bikin kegaduhan. Jangan gegabah ambil keputusan. Jangan sembarangan berkomentar, nanti malah bikin tenaga medis lain takut merawat pasien. Mana sistem belum benar-benar jelas...

Mungkin hal ini yang dirasakan dokter dan perawat di Wuhan bulan November-Desember 2019. Kenapa banyak keanehan? Kenapa banyak kematian mendadak? Memang pasien punya penyakit penyerta lain, tapi biasanya tidak semendadak ini perburukan terjadi.

Jujur aku agak kecewa dengan pernyataan pak Gubernur. Pasien meninggal hanya 1, itupun karena tifus. Tifoid sekarang sudah tidak berbahaya pak, terapi antibiotik sudah cukup. Coba minta data ke Dinas Kesehatan Provinsi, berapa persen sih kematian karena tifus? Pasien yang meninggal murni karena tifus bisa dihitung dengan jari. Kalau ini penyakit baru, kita tidak tau apa saja yang bisa dibuat virus ini di dalam tubuh manusia, apalagi manusia dengan hemodinamik tubuh tidak seimbang seperti pada penyakit hipertensi, diabetes, gagal ginjal dll. Bisa saja, itu hanya tampak seperti tifus. Dan memang penyakit ini juga punya manifestasi klinis di saluran cerna seperti nyeri perut, mual, muntah dan diare. Hal ini yang bikin kadang penyakit ini lambat terdiagnosis. Pernah dengar kan penelitian yang bilang virus ini ditemukan di kentut? Jadi we never know, yet. Setidaknya perlu 1-2 tahun lagi untuk memetakan seperti apa virus ini sebenarnya dan bagaimana efeknya ke tubuh manusia.

Selama ini kita doa, BAPA angkat Covid-19 dari dunia ini. Tapi BAPA bilang tidak. Kayak duri dalam daging yang dialami Paulus, virus ini masih belum bisa benar-benar terkendali. Kita harus percaya, dalam Covid-19 yang sedang terjadi, kuasa BAPA jadi sempurna.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun (Yakobus 1:4)
Obatnya duri dalam daging sebenarnya adalah ketekunan. Kita gabisa hilangkan duri dalam daging aka virus itu. Tapi kita bisa kendalikan diri kita. Bertekun dalam kondisi ini, supaya kita bisa dibentuk BAPA untuk jadi sempurna di dalam DIA.

New normal sesungguhnya adalah latihan untuk tekun. Latihan untuk engap pakai masker. Lama-lama pasti tidak engap, asal biasa. Latihan untuk enggak turun-turunin masker ke dagu. Latihan untuk rajin cuci tangan dengan ENAM LANGKAH. SUNGGUH INI HANYA 40 DETIK TIDAK ADA YANG SALAH KAN DENGAN CUCI TANGAN 40 DETIK. HANYA 40 DETIK SAJA. TOLONG. Latihan untuk peduli sama orang lain. Terutama sama orang-orang yang rentan, usia tua dan atau punya penyakit penyerta. Ini SEMUA harus dilakukan terus menerus. Harus tekun.

Di kondisi seperti ini, dibutuhkan kerja sama SEMUA pihak. Gabisa kalo cuma tenaga medis aja yang sadar tapi masyakatnya masih banyak yang bebal.
No, you dont need to cheer me up. Ga perlu semangat-semangatin aku. Cukup dengan ngeliat masyarakat rajin pakai masker DENGAN BENAR (harus ditekankan disini. Bukan cuma pake masker ala-ala), rajin cuci tangan, dan physical distancing, sudah membuat tenaga medis sangat bersemangat.

Puji Tuhan sudah banyak juga yang taat protokol kesehatan. Nah aku merasa berkewajiban untuk terus menerus meningatkan semua orang, terutama yang masih bebal untuk meningkatkan kesadaran diri masing-masing. Yang sudah rajin dan taat protokol kesehatan, GOOD JOB! Semoga rajin terus ya! Percayalah setiap tindakan yang kalian lakukan sesuai protokol kesehatan itu bermanfaat untuk menjaga hidupmu dan hidup orang-orang di sekitarmu.
Tapi yang masih bebal, yang ngomong-ngomong new normal tapi masi males cuci tangan, masih narik-narik masker ke dagu, enggak dijaga tangannya masih pegang macem-macem, ngantri enggak pake physical distancing, coba dipikir lagi. Benarkah kalian sudah siap dengan new normal? Kalian tuh masih enggak peduli lho sama orang lain. Apa harus diawasi/ditegur dulu baru bisa taat semua protokol kesehatan?

Tau gak? Setiap detail itu bermakna. Setiap gerakan dalam 6 langkah cuci tangan itu ada artinya. Pakai masker terus menerus itu ada artinya. Jaga jarak dengan orang lain selangkah saja ada artinya. Mungkin efeknya ga bakal kita rasakan dalam 1-2 hari, atau 1-2 minggu, mungkin baru kerasa dalam sebulan, dua bulan, atau bahkan sampai setahun. At the end, every small details matter.

Ayo tekun cuci tangan 6 langkah!
Ayo tekun physical distancing!
Ayo tekun pakai masker menutupi hidung dan mulut!
Ayo tekun pakai masker waktu ngomong!

Sabtu, Mei 23, 2020

Stop

A journey.
Two different worlds.
You spent most of your time immersed in research papers at an overpriced coffee shop. He spent most of his time talking nonsense with his friends.

Love surpasses all, I know.
But tell me, how your worlds become one?
It's either your or his loss.
Stop.

Kamis, Mei 14, 2020

Let the wave begin

Sebagai dokter jaga UGD RS rujukan Covid-19 di Kota Kupang, the tension is real man. Awal April 2020, sejak ada 2 kasus positif di Indonesia, kunjungan ke UGD secara umum mulai turun drastis. Drastis banget. Sampe kita bisa nari-nari di UGD wkwkwk


Sampai akhir April 2020, ada beberapa pasien masuk yang kita curigai PDP, tapi berakhir dengan rapid test negatif, atau keburu meninggal sebelum di swab. Apalagi waktu itu lab PCR di Kupang masih belum jadi. Swab diambil tapi hasilnya bisa 2 minggu lebih baru ada kabar.

Waktu itu aku pernah jaga, datang pasien batuk-batuk dengan keadaan umum stabil. Karena stabil dan ga ada riwayat bepergian dan kontak, jadinya kita santai, meriksa pasien dengan APD level 1. Anehnya, dia enggak merasa sesak, padahal parunya rhonki full. Saturasinya juga turun 80an. Tapi ga sesak. Langsung aku teringat sama silent ischemic-nya covid. Apalagi pasien ini anamnesanya berubah-ubah, selama ini di rumah saja, menyangkal ada riwayat bepergian dan kontak dengan orang dari luar kota. I got a bad feeling. Ditambah lagi setelah ngeliat thorax AP nya yang bilateral patchy infiltrat. Labnya juga, NLR ratio lebih dari 5,5. Awalnya pasien di bed dekat nurse station, tapi setelah liat hasil rontgen, langsung aku pindahin ke isolasi UGD. Salah satu keputusan yang tidak pernah aku sesali wkwkw.

Setelah konsul ke dokter spesialis, dokternya setuju rapid test. Hasilnya? Non reaktif. Tapi mon maap ni ya tya sudah punya trust issue dengan rapid test. Sensitivitas spesifisitas alatnya ga jelas. Rapid test kek gitu seharusnya gabisa dipakai buat screening. Tapi ya sudahlah ya, udah kadung dibeli juga sama pemerintah.

Pasien ini setelah ditanya-tanya lagi, baru ngaku kalau dari daerah Kabupaten Kupang. Awalnya bilang dari sana ke Kupang naik kapal, terus berubah lagi jadi naik mobil pribadi. Kan mencurigakan. Aku ga tau mau percaya yang mana. Terus bilang kalo ke kupang 2 kali bolak balik. Jadi pertama naik kapal, kedua naik mobil pribadi. Jujur kesel sih waktu itu. Kan jadinya mudah suudzon sama pasien dan keluarga. Nipu ga ya? Bohong ga ya? Tapi kalau memang pasien ini benar-benar jujur dengan riwayat perjalanannya, transmisi lokal bukan hal yang mustahil lagi di Kupang.

Long story short, setelah drama berjam-jam di UGD,  pasien ini berhasil masuk ruangan isolasi dengan diagnosa PDP. Tapi sebelum hasil swab keluar, lebih tepatnya 3 hari setelah masuk UGD, pasien meninggal karena sesak nafas.
Abis itu aku langsung dapat instruksi buat isolasi mandiri di rumah sampai 14 hari setelah pasien itu aku terima. Tapi sampai detik postingan ini aku buat, hasil swabnya masih belum ada :)

Hasil PCR yang lama keluarnya, di satu sisi bikin kita agak 'tenang', di sisi lain bikin kita was was juga karena sebagian besar kasus berakhir menjadi misteri. Dan betul juga, setelah lab PCR di Kupang beroperasi, kasus positif di NTT langsung meningkat secara eksponensial. Tidak sampai seminggu, kasus transmisi lokal langsung terdeteksi.

(Me shouting internally) ITU KANNNNNN! SUDAH KU BILANG JANGAN ANGGAP DI KUPANG TIDAK ADA LOCAL TRANSMISSION. SANTAI SAJA TERUS, JALAN-JALAN SAJA TERUS, NONGKRONG-NONGKRONG SAJA TERUS! MALES CUCI TANGAN SAJA TERUS! YES YOUR IGNORANCE IS YOUR BLISS!

Gini lho, mungkin kamu tidak akan sakit berat saat kamu terinfeksi. Tapi bayangkan betapa besar penyesalanmu nanti, kalau orang yang kamu sayang atau ada orang yang terinfeksi dari kamu. Terus sakitnya berat karena ada penyakit penyerta. Terinfeksi dari kamu.
Makanya pakai masker MENUTUPI HIDUNG DAN MULUT! RAJIN CUCI TANGAN!

Pengen deh membalikkan stigma, kalau garda terdepan itu bukan tenaga medis, tapi masyarakat di luar RS. Apa gunanya RS punya alat lengkap dan tenaga medisnya pake APD lengkap, tapi infeksi di masyarakat jalan terus?

Memang tidak ada satupun dari kita yang mau terinfeksi. Tidak ada yang mau masuk ruang isolasi sendirian. Lagi sakit, lagi sesak terus sendirian. Sungguh tidak menyenangkan sama sekali.
Tapi, kita yang kerja di RS juga ga mau ketularan dari pasien. Gimana kalo dokter dan perawat UGD banyak yang ketularan, terus yang jaga UGD sapa dong? Makanya yuk kita kerja sama. Yuk jujur kalau ditanya apapun oleh dokter dan perawat. Yuk jangan menutup-nutupi info. Bukankah yang kita takuti sebenarnya bukan kasus positif, tapi kebohongan?
Setidaknya kalau kita tau ada yang positif, penanganan akan terstandar, aman bagi pasien, aman bagi tenaga medis. Win win solution kan. Lagipula ini juga bukan penyakit yang angka mortalitasnya tinggi. Bisa kok sembuh, bisa kok sehat lagi. Bisa kok enggak menularkan lagi. Asal sabar dan tabah aja, ga sampe sebulan berobat dan jangan kemana-mana dulu.

Bohong itu capek ga sih? Bukankah bohong itu bisa bikin stres, akhirnya imunitas jadi lebih gampang turun karena hormon stres meningkat? Capek kan bohong. Bikin hati ga bisa tenang. Makanya yuk jujur kalau ditanya di UGD. Tapi alangkah lebih baiknya lagi kalau sakit dan ada riwayat yang mengarah ke infeksi Covid-19, jangan langsung ke RS, tapi telpon dulu puskesmas atau RS terdekat, atau sistem telemedicine yang ada di kota masing-masing. Kalo di Kupang kan sudah ada nomor telpon puskesmas terdekat. Nah itu bisa dipake. Modal pulsa 5rb bisa donggg, demi memutus mata rantai infeksi. Another win-win solution.
Btw ini ada link buat prediksi kemungkinan kita kena covid atau enggak, lumayan membantu buat stratifikasi risiko.

http://insomarisuksesgroup.com/tescovid19/home.html

Percayalah, kita akan sangat respek pada pasien yang jujur sama riwayat sakitnya. Sangat amat sangat menghormati. Tapi kalau dibohongin itu rasanya kayak dikhianati, kek ditusuk dari belakang. Sedih, kita juga jadi kepikiran ga bisa tenang di rumah. Sampai takut pulang rumah, takut kelamaan ketemu sama papa mama.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang. Gimana bisa gembira kalau lagi bohong sodara-sodara?
Jujur ya, supaya hati bisa tenang. Kita ga boleh panik, tapi harus tetap waspada. (INI NGETIK PAKE CAPSLOCK KARENA NGOMONGNYA SAMBIL NGEGAS BIAR MASUK DI ITU KEPALA OTAK.)
TETAP RAJIN CUCI TANGAN 6 LANGKAH, PAKAI MASKER MENUTUPI HIDUNG DAN MULUT SAAT DI LUAR RUMAH, PULANG RUMAH LANGSUNG MANDI DAN GANTI BAJU, ATAU MINIMAL CUCI TANGAN DAN KAKI. JANGAN KELUAR RUMAH KALAU TIDAK PENTING ALIAS CUMA BUAT NONGKRONG-NONGKRONG DAN CERITA BATAPUTAR KUPANG..

Akhir kata,
Ini baru permulaan. Kalau ibarat mau tsunami, bulan April kemaren adalah pas surut-surutnya laut sebelum gelombang besar datang. Bulan mei ini adalah awal gelombang itu muncul.
Aku gatau akan sebesar apa dan sampai kapan, karena semua bergantung pada masyarakat. Ingat kan, masyarakat itu garda terdepan pemutus mata rantai infeksi Covid-19. Yuk saling menjaga satu sama lain.


Semua baik adanya