Senin, Februari 24, 2014

He raise me up

Berulang kali aku jatuh, berulang kali Bapa bersedih saat melihatku.
'Bapa, beta berjanji taat, beta berjanji setia. Be bersedia dibentuk dan diproses.'
Ratusan kali janji ini terucap, tapi daging masih saja lemah. Bukan berusaha mencari kambing hitam. Ah, mungkin juga berusaha mengkambinghitamkan daging.
'Bapa, pukul beta saat be jatuh, hajar beta saat be mulai menyimpang dari Bapa pung jalan..'
Too much distractions. Too much excuses.
'Dingin begini memang paling enak sembunyi di bawah selimut'
'Bapa be bosan'
'Tausa doa ini su e. hari ini doa yang penting-penting sa. Bapa su tau to ini doa pung isi apa.'
'Ini hari bikin apa sa e? Oh, nanti begini, terus begitu, abis itu bikin ini dan itu.'
'Oya kemaren belum tulis pengeluaran di buku catatan. Tulis sekarang sa biar son lupa.'
'Kira-kira kapan e Bapa be ketemu 'dia'? Be pengennya dia ke begini, ke begitu. Orang ke begitu masih ada di ini dunia ko, Bapa?'

Pada akhirnya selalu ada penyesalan
'Coba tadi lu bangun lebih pagi mungkin bisa doa lebih santai dan son perlu terburu-buru ke begini.'
'Makanya Aditya, fokus!'
'....'


Ketakutan mulai muncul. Ya, ketakutan seperti pada waktu Adam dan Hawa berbuat dosa di taman Eden. Dingin. Hampa. Hadirat Bapa perlahan menghilang.

'Bapa kasi tau caranya supaya be bisa fokus. Be su bosan bikin Bapa sedih, be su bosan jauh dari Bapa.'
Diam? Siapa bilang Dia diam? Diwaktu kejatuhanpun Dia tetap berbicara, bahkan suaraNya terdengar jauh lebih keras. Dia berbicara lewat buku yang aku baca. Dia berbicara lewat khotbah ibadah minggu. Dia bahkan mengingatkanku tentang janjiNya bahwa hari itu akan datang, hari dimana Dia membuat sejarah lewatku.
Bukannya memarahi, Dia malah berusaha membuatku tersenyum.
'Coba liat itu awan, Be buat khusus buat lu.'
'Coba liat rumput, sawah, pohon-pohon. Cantik a?'
Suara-Nya lembut, tidak sedikitpun terdengar nada kemarahan.

Lewat buku yang aku baca, Dia menyadarkanku.
Sepanjang hidupku, aku mencari-cari
seorang yang mau mencintaiku
seorang yang mau menerimaku apa adanya
seorang yang akan mengisi hari-hariku
seorang yang akan membuat aku berbahagia

Ketika seseorang datang, kupikir inilah saatnya
tapi akhirnya dia pun pergi
dan ketika cinta itu hilang, ketika segalanya berakhir, aku kembali merasakan kekosongan yang sama
lubang kekurangan kasih membuka lebih lebar
bahkan jauh lebih menyakitkan

Pada waktu itu, aku berkata
Tuhan, aku tahu suatu hari nanti aku akan bahagia
Ketika Kau menyediakan seseorang yang lebih baik
seseorang yang mengasihiku
seseorang yang mau menerimaku
seseorang yang mengerti aku
seseorang yang bisa dipercaya
seseorang yang mau membantuku mengobati luka-luka yang ada
suatu hari nanti, aku akan berbahagia
aku akan berbahagia
nanti,
kapan?!
nanti!

Aku terus menunggu
kapan hari itu datang
aku terus berjalan sambil berharap,
semoga itu terjadi tidak lama lagi
terus menerus aku berjalan dan menunggu
kapan nanti itu datang
kapan aku bisa berbahagia

Sampai akhirnya, aku mendengar IA tertawa
"Anak-Ku, mengapa kau menunggu
sesuatu yang sudah kau miliki?"
Apa maksud-Mu, Tuhan?!
aku mengharapkan seseorang yang akan mengasihiku,
yang akan menerimaku, yang mau peduli denganku
yang akan menyembuhkan luka-luka di hatiku
seseorang yang bisa membuatku bahagia
"Dia sudah datang?"
Belum, Tuhan.
Aku melihat Dia tersenyum lebih lebar
"Belum???"
Rasanya sih belum.
"Bagaimana dengan-Ku?
tidakkah AKU memenuhi kriteriamu?"

Aku terdiam dan berpikir,
aku menatap ke arah-Nya,
melihat mata-Nya yang selalu memandangku
dengan penuh kasih sayang
aku menggenggam tangan-Nya
yang selalu menopangku ketika aku terjatuh
yang menghapus air mataku
aku meraba pergelangan tangan-Nya
tempat DIA dulu dipaku
aku merasakan pelukan-Nya
dan tiba-tiba aku menyadari kebodohanku

Kenapa aku harus menunggu nanti?
aku bisa berbahagia hari ini!!
kenapa aku harus menunggu sampai pasanganku tiba, baru aku bisa berbahagia?!
kenapa aku harus menunggu seorang manusia yang diperanakkan dari dosa,
untuk membuatku berbahagia?
kenapa aku harus menunggu,
jika aku bisa berbahagia hari ini?!!!

Hari ini,
aku bahagia karena aku punya DIA yang mengasihi aku apa adanya
Hari ini,
aku bahagia karena aku punya DIA
yang menerimaku apa adanya
Hari ini aku bahagia karena ada DIA
yang mengobati semua luka-luka dihatiku
Hari ini,
dan bukan nanti

Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar
daripada kebahagiaan hari ini
kebahagiaan kemarin adalah kenangan
kebahagiaan hari depan adalah impian
sedangkan kebahagiaan hari ini,
adalah untuk dinikmati
dan hari ini aku bisa berbahagia
karena aku punya DIA!!

Nanti jika waktunya tiba
aku akan tetap menemukan seseorang
yang akan menemaniku sepanjang sisa hidupku,
tapi kebahagiaan itu, tidak akan lebih besar
dari kebahagiaan yang aku punya
karena aku memiliki-Nya
pasanganku, berbahagia
karena ia pun memiliki DIA
kami akan berbahagia bersama-sama
bukan karena kami saling memiliki
tapi karena kami memiliki DIA
hari ini dan kelak

aku berbahagia
hari ini,
dan bukan nanti
(Grace Suryani, 2002)

I'm dreaming for a man that will love me for who i am. Suatu hari nanti Bapa pasti mempertemukan kita dan seketika keajaiban terjadi. Aku merindukan seorang sosok, yang bisa terlihat dengan mata, diraba dengan tangan, sosok yang nyata dan bukan hayalan.
Aku lupa, Dialah yang menenunku di dalam kandungan ibuku. Mata-Nya melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Nya semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.
Dia telah lebih dahulu membuktikan cintanya di Kalvari. Dia mati buatku. Dia menanggung semua dosaku, supaya aku dapat bersekutu dengan-Nya. Karena Dia tahu, sebesar apapun usaha manusia tidak ada satupun yang mampu memulihkan hubunganNya dengan manusia. Tidak terlihat bukan berarti Dia tidak ada. He loves me with a divine love. 
Bukankah sebelum Hawa diciptakan Adam adalah ciptaan yang sungguh amat baik? Benarkah aku membutuhkan seseorang? Tidak. Hadirat Tuhanlah yang membuat utuh. Hadirat Tuhanlah yang membuat sempurna.
The Lord is more than enough for me.

Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi.
Ketika aku berpikir: "Kakiku goyang," maka kasih setia-Mu, ya TUHAN, menyokong aku.
Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.
Mazmur 94:18-19

Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
1 Petrus 4:7

Kamis, Desember 12, 2013

Trak dung ces

Nemu ini diantara tumpukan file kuliah semester satu. Ceritanya disuruh bikin surat cinta waktu ikut staf magang LSO AMSA. Antara mau muntah sama ngakak waktu baca lagi. Haha

My hypocampus can't remember the first time i saw you.
all i remember is your shine blinded my retina.
and now you fills my neocortex and limbic system.

You are like a ghost, that activates my sympathetic nerves,
increases the production of adrenalin hormone in my tyroid gland,
and makes my heart palpitation every time i saw you.
Makes my zygomaticus muscularis contraction when i remember you.

every time we met, my orbicularis muscle, levator labii superioris muscle and levator anguli oris muscle always paralyzed.
i don't know either the stimulus just reach my spinal cord, instead of my brain or my hyoid bone suppress my larynx, so the air can't tremble my vocal folds.

if you are not here by my side, i'd instruct all my heart cell to necrosis, rather than apoptosis.
i'll let the inflammation last forever,
because the injury i feel will be an irreversible injury.
i hope you response my stimulus as fast as the heart pumps the blood.
i hope we will be connected like connection of bones in cranium, so no one can seperate us.

all written above is just for fun.

Diabetic Foot

Sebuah percakapan di Poli Bedah RSSA 12 Desember 2013. Sekitar pukul 10 pagi.
Pasien Diabetic Foot riwayat amputasi metatarsal 1,2, dan 3 diantar anaknya untuk kontrol.
Anak Pasien(C): Saya takutnya ini infeksi dok, soalnya dulu tulangnya gak kelihatan. Takutnya malah jadi infeksi kemana-mana.
Dokter (A) : Iya bener bu. Dan kalo tulangnya terinfeksi penyembuhannya juga susah. Jadi kita perlu melakukan pemeriksaan, namanya angiografi untuk melihat pembuluh darahnya masih bagus apa gak. Soalnya pembuluh darah kan yang memberi makan jaringan, kalo pembuluh darahnya rusak sama saja jaringannya gak dapet makanan
C: Iya dok, waktu itu juga pernah mau diperiksakan angiografi, tapi ureum kreatininnya selalu tinggi, akhirnya gak jadi. Setiap bulan kita selalu kontrol rutin, dan ureum kreatininnya selalu tinggi. Gula darahnya udah turun. Oya dok, yang kaki sebelahnya itu seminggu yang lalu kukunya lepas, tapi sekarang lukanya udah kering.
A: Maka itu, takutnya itu proses dari dalam, perlu dicek lebih lanjut dengan arteriografi itu. kalau dari pemeriksaan begini saja tidak bisa kita menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Dan ada kemungkinan operasi lagi
C: Iya dok, gak papa operasi lagi, daripada infeksinya kemana-mana. Tapi Bapak gak mau di opname ya dok. Maunya yang sehari pulang dok.
A: Opname itu kan ada tujuannya, jadi kita mau mengobservasi keadaan Bapak sebelum dioperasi, apakah keadaannya Bapak sudah memungkinkan untuk dioperasi atau belum.
C: Bapak kalau opname gula darahnya malah naik.
Pasien (B): Saya gak mau opname dok, itu lho yang ngambil darah perawat-perawat yang lagi latihan, sakit-sakit semua tangan saya dok.

freeze.
aku vena pungsi aja masih salah-salah, tangan masih suka tremor. apa kabar pasienku nanti? :"

A: Kalau boleh tau kapan terakhir ngecek?
C: Bulan lalu dok, tapi tanggal 28, jadi sekitar 2 minggu yang lalu.
A: Bapak kalau berkenan coba kita periksakan ureum kreatininnya sekarang ya pak. Kalau mau nanti saya kasi surat pengantar untuk pemeriksaan labnya
C: Iya dok, gak papa periksa lagi.
A: Sementara ini dirawat luka dulu, lukanya dibersihin disini saya ya pak. Biar yang item-item dibuang
B: Saya gak mau disini dok. Itu perawatnya kasar, terus antrinya lama. Saya sering nunggu lama. Saya kan tinggi dok, saya lihat ke dalam itu perawat-perawatnya lagi cerita-cerita ketawa-ketawa

Henti nafas 3 detik.
Aku gatau Bapak itu bisa membedakan koas dan perawat. Apalagi membedakan koas dan anak elektif. Ada kemungkinan menurutnya kita perawat

A: Mungkin pasiennya lagi banyak, atau perawatnya lagi sibuk pak (mencoba membela)
B: Enggak dok. Itu ada, lagi cerita-cerita
....

Sebenarnya kasus ini gak berhubungan sama sekali dengan program elektif pilihanku, Bedah Thorak Kardio Vaskular (BTKV). Tapi karena pasien BTKV di poli sedikit (banyaknya di UGD) jadi polinya digabung sama poli umum.
Sudah  4 hari menjalani elektif BTKV, dan yang paling menguras hati itu adalah hari selasa dan kamis, hari poli.
PPDSnya 1-3 orang, kakak-kakak koasnya banyak, mahasiswa elektifnya 8 orang. Dan pasiennya numpuk. Plus polinya sempit.
Kesannya seperti pasiennya numpuk di luar, tapi setelah masuk ke poli 'dikeroyok' sama kita. Kalau aku jadi pasien aku juga mikir, ini dokternya banyak, tapi kok ngantrinya lama. Rumah sakit itu menjemukan, bukan tempat yang disukai semua orang. Bukan tempat yang penuh dengan hiburan. Semua pasien yang datang pasti pengen cepat pulang, pasti gak pengen datang lagi ke rumah sakit. Ditambah dengan keadaan rumah sakit yang 'penuh sesak' seperti itu. 
Tadi sempat terbersit, sanggupkah aku menangani pasien dari awal datang sampai pemulihannya? Sanggupkah belajar di tengah-tengah kondisi RSSA yang seperti ini?
Pasien poli kebanyakan pasien yang kontrol. Dulu sudah pernah datang ke rumah sakit. Masak ya dianamnesis lagi? Dan kalau sakitnya gak parah gak mungkin ke RSSA. Kecuali kalau rumahnya dekat RSSA. Kalau kasusnya ringan dan dapat ditangani dokter umum pastilah kontrolnya di puskesmas.
Sekarang anggap saja kemungkinan terburuk yang terjadi, yang dimaksud sebagai 'perawat' adalah mahasiswa kedokteran. What could we do?
Jadi ingat acara Pengobatan Gratis PMK FK memperingati Paskah 2012 dan 2013. Sehari aja capeknya bukan main. Bukan capek lagi, cuapek. Capek ngomong, capek hati, bosen nunggu antrian, bosen nemenin pasien. Koas ibarat ikut pengobatan gratis selama 2 tahun di rumah sakit. Karena capeknya koas terlihat seperti, maaf, pembawa status pasien dari perawat poli ke dokter PPDS. Gak segan cerita-cerita di depan pasien, gak segan ketawa-ketawa di depan pasien.

Dokter bayangkan-katub-mitral bilang, 'Gak papa ngingetin PPDS atau kakak-kakak koas untuk perkenalan diri, daripada mereka lupa pas UKDI. Mahasiswa itu kebanyakan sungkan'

Gak papa buat dokter, buat dokter-dokter lain atau kakak-kakak koas belum tentu gak papa, dokterrrr ._.

Syudududu, masih jauh Aditya. Tenang, masih jauuuuh.

Minggu, September 15, 2013

Fear

'Salah lagi, salah lagi. Padahal baru mo mulai rame..'
Semakin banyak bicara, semakin banyak salah. Hal ini yang bikin aku lebih sering jadi pendengar yang baik dalam suatu pembicaraan. Apa lagi kalo hal itu menyangkut orang lain. Aku takut ada orang yang bakal marah sama aku gara-gara omonganku, aku takut tanggapan mereka gak seperti yang aku inginkan.
Contohnya kayak baru-baru ini. Lumayan meningkatkan sekresi kelenjar adrenal, bikin palpitasi, dan mengaktifkan saraf simpatis.

why this happen i can not explain,
why write the script with such heartache and pain
could it never been an easier way
watching life through this glass so faded
i can not see the bigger picture taking place
oh to understand one day
My Heart Will Fly - MercyMe

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. 2 Korintus 12:9,10 - Paulus

Help me to understand, Lord

Sabtu, September 07, 2013

Doa di Pagi Hari

Segala puji syukur hormat dan kemuliaan hanya bagi TUHAN, penyelamatku dan kota benteng perlindunganku.
TUHAN yang melepaskan kami dari yang jahat, yang menjaga langkah kami agar tidak tersandung, yang mencegah tangan kami melakukan kecerobohan.
Ya, TUHAN melakukan perkara yang dahsyat dalam hidupku.
Aku bersyukur kepada TUHAN, karena kebaikannya. Pada pagi hari semangat dan damai sejahteraNya dicurahkan bagi orang-orang yang menantikan DIA.
TUHAN telah menjadi kesukaanku, dan biarlah aku bersyukur kepadaNya sampai batas akhir hidupku. Biarlah pujian kepadaNya tetap ada dalam mulutku sampai selama-lamanya.
Aku bersyukur kepada TUHAN, karena kesetiaanNya. Tak pernah ditinggalkanNya aku berjalan sendiri.
Ampuni aku TUHAN, karena aku sering berbuat fasik, tinggi hati, dan melupakan Engkau.
Bertahta kembali TUHAN dalam hidupku. Sebab sedikit lagi aku jatuh dan terjerembab. Ketakutan hampir-hampir melingkupi hatiku. FirmanMu biarlah menghidupkanku kembali!
Lepaskanku dari yang jahat, dan bangkitkan RohMu di dalamku saat ini. Sehingga nyata di hidupku sama seperti di surga.
Aku rindu hadiratMu, TUHAN, terus bekerja dalam hidupku, dari detik ini sampai selama-lamanya.
Amin Amin ya Amin.

Senin, Juli 22, 2013

The scars

Hari minggu kemaren, 15 juli 2013, sepeda motorku kepeleset dan kebetulan aku ada di atasnya. Kejadian yang hanya berlangsung satu detik itu dampaknya masih aku rasakan sampai sekarang. Luka. Gak terlalu besar sih, cuma 0,5% luas permukaan tubuh. Yang gak tau, 1% itu sama dengan luas permukaan tangan pasien. Tangan lho ya, bukan lengan. Namanya juga calon dokter, muncul deh sok bisa ngerawat luka sendiri, gak perlu bantuan orang lain. Aku udah ngelewati blok dermatologi. Memang sudah seharusnya aku menguasai ilmu merawat luka. Aku bersihin pakai antiseptik, terus ditutup pakai kasa biar lukanya ketutup. Luka tertutup dengan manis dan rapi.
Ternyata oh ternyata, besoknya waktu ganti kasa jaringan 'awal penyembuhan'-nya ternyata nempel di kasa. Ya luka lagi. Mungkin kasanya jangan terlalu nempel sama luka. Oke coba lagi, kalo kemaren antiseptiknya ditetesin di kasa, sekarang antibiotiknya diolesin di lukanya. Tapi besoknya lagi tetap sama. Tetap luka lagi. Sesampainya di kampus aku cerita ke temen, dan temenku itu nyaranin bioplacent*n. Katanya bagus dan lukanya gak berbekas. Pulang dari kampus langsung mampir ke apotik dan langsung dipakai. Pakai obat ini lebih nyaman, waktu dioles obatnya gak bikin nyeri dan yang terpenting gak perlu ditutupin kasa. 
Tapi masih ada yang gak beres. Karena itu udah hari ke 3 sejak kepeleset, seharusnya bengkaknya udah agak berkurang. Terbayang-bayang infeksi parah, amputasi, dan komplikasi-komplikasi lainnya akhirnya aku nyerah dan pergi ke dokter. Ke dokter itu berasa buang-buang uang. Bioplacent*n nya disuruh dilanjutin aja, terus sama dikasi analgesik dan antibiotik. Paten. Salahku juga gak minta yang generik.. Tapi ada untungnya juga sih, meyakinkan aku kalau obat yang aku pakai sekarang udah bener.
Dan sampai sekarang udah seminggu sejak kepeleset. Kadang-kadang masih nyeri kalo gerakkin kaki. Lukanya udah mulai mengering. Semoga lukanya gak kebuka lagi dan gak infeksi..

By the way, aku berusaha untuk dapet pelajaran dari kejadian dan luka ini. 
Yang pertama, dokter dan tenaga medis lain gampang banget kasi nasihat 'lukanya jangan kena air ya' 'jangan lupa minum obat ya' 'bengkaknya dikompres aja biar agak kempes' dan nasihat-nasihat lainnya. Dok, jaga luka di kaki biar gak kena air itu susah. Apalagi untuk orang yang punya kebiasaan cuci kaki kayak aku. Dibungkus plastik lah, diangkat diatas kloset, akhirnya pasti tetap kena juga. Intinya, ngomong gampang, tapi ngelaksanainya gak segampang itu. Apalagi kalo pasiennya gak ngerti apa yang dinasihatin dokternya. Gimana mau sembuh coba? Dokter harus ngerti bagaimana cara untuk mengkomunikasikan nasihatnya supaya dapat dimengerti pasien dengan baik. Dokter juga harus mengerti ada beberapa nasihat yang bakal sulit untuk dilakukan pasien. Jangan asal aja ngasih nasihat tanpa memikirkan nasihat itu bakal berhasil dilakukan atau tidak. Itulah pentingnya berpikir holistik.
Kedua, setiap pasien pasti pengen sembuh tanpa perlu ngerasain sakitnya disuntik, tanpa perlu rutin minum obat, tanpa perlu keluar uang untuk periksa ke dokter dan beli obat, dan tanpa pengorbanan yang menyakitkan lainnya. Dokter dan tenaga medis harus bisa membuat pasien nyaman dengan setiap tindakan medis yang dilakukan. Setiap tindakan yang dilakukan juga harus punya manfaat demi kesehatan pasien, bukan sekedar menguntungkan dokter ataupun tenaga medis. 
Ketiga, aku belajar untuk lebih berhati-hati lagi kalau mau belok. Jujur sampai sekarang masih agak trauma kalau lewat belokan.
Keempat, aku selama ini punya pemikiran, dari sejak di SMP atau SMA, denger kata orang sih, katanya kalo gak jatuh gak bakal hebat bawa motor. Mungkin inilah yang jadi celahku. Pemikiran yang salah. Dan akhirnya terjadilah kepeleset itu. Sebenarnya masih ada beberapa accident lain, tapi mungkin ini yang sangat 'berkesan' karena bekasnya masih ada sampai sekarang. Puji Tuhan dari antara tabrakan dan kecelakaan itu gak ada yang parah banget sampai melukai orang lain. 
Kelima, aku juga belajar cara ngerawat luka superficial. Bukannya ngedoain, tapi pasti bakal banyak pasien yang datang ke aku karena luka kayak yang aku rasain sekarang.
Dan terakhir, jangan lupa untuk menanyakan pasien mau diresepkan obat paten atau generik!

Makasih Bapa untuk 'luka' dan pelajarannya :)