H-2 / H-8
I write to express. I write to look back and taste life twice (or thrice, or more!)
Jumat, Agustus 18, 2017
Senin, Agustus 14, 2017
H-6 / H-12 : yang kulakukan bila hari ini H-90 / H-96
Saat masih H-90 ku dulu, ngeliat banyaknya soal yang harus dikerjakan, aku mikir, ah gak bakal nutut waktunya kalau mau ngulang semua materi dari awal sampai akhir. Dan aku lebih memilih metode soal-oriented. Bagus sih, tapi pemahamanku akhirnya terpecah-pecah, aku tau apa itu mallory weiss tear, tapi enggak tau ciri-cirinya faringitis kronis apa aja. See? Penting menyisihkan waktu 10 hari atau 20 hari untuk mengulang materi. Kalau bisa bikin ringkasan atau catatan. Terutama materi kompetensi 4 dan 3. Dari patofisiologi sampai dosis obat, sampai KIE, sampai indikasi rujuk. It will be worth it. Serius. Ini juga bakal memudahkan pengerjaan soal kedepannya.
Dan buku Panduan Praktik Klinik untuk Dokter Umum (PPK). Semua mahasiswa FK HARUS TAU HAL INI. PPK itu buku pegangan dosen pembuat soal. Dosen-dosenku cerita, waktu mau buat soal mereka disodorin PPK, terus dibilang, "dok, pedomannya dari sini ya".
PPK itu penting.
PPK itu penting.
Harus khatam PPK jauh sebelum UKMPPD
*curcol*
:"
Mengumpulkan soal dan checklist OSCE batch sebelumnya. Banyak bertanya pengalaman OSCE batch sebelumnya dan mulai menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk belajar (misal minor set, atau sesederhana kertas bergambar alat-alat). Perlu juga untuk mengompori teman lain biar enggak belajar sendirian, karena belajar OSCE butuh orang lain untuk jadi probandus dan penilai. Yang terpenting, MULAI BELAJAR OSCE SEKARANG. Bingung mau nyari checklist dimana? PPK terbaru! Di bagian belakangnya ada daftar keterampilan medis sesuai SKDI. Ya! PPK MEMANG BUKU PEGANGAN UTAMA untuk lulus UKMPPD. Minimal sisihkan 7 hari buat belajar OSCE. Karena seriously, belajar OSCE H-6 SANGATLAH TIDAK CUKUP. Enggak usah peduli teman lain udah selesai ribuan soal. You take some steps back, for a million steps ahead. Jalan masih panjang. Masih banyak waktu nanti buat ngerjain soal.
Mulailah dari soal bimbel karena biasanya soal bimbel disertai pembahasan. Sehingga lebih memudahkan impending-dokter kayak kita buat mengerti. Kurang lebih 30 harian.
Ini paling akhir. Kenapa? Karena soal-soal ini juga keluarnya biasanya mepet-mepet. 30 hari buat ngerjain soal-soal ini sungguh amat cukup. Percayalah.
H-7 sampai H-1 bakal jadi waktu-waktu krusial. Jaga makanan. Istirahat yang cukup. Apapun yang baru kamu pelajari, atau mungkin dulu pernah kamu pelajari terus lupa dan sekarang baru ingat lagi, masih ada waktu. Puji Tuhan kamu taunya sekarang. Puji Tuhan kamu masih bisa buka buku sekarang dan membaca sekarang. Daripada nanti saat kamu di depan komputer ujian dan berharap bisa buka buku.
Besoknya mulai belajar OSCE dengan peralatan dan soal-soal yang telah kalian persiapkan jauh hari itu. Dengan materi yang sudah matang, dan memori checklist yang masih tersisa sedikit, tentunya tidak akan sulit. Sesungguhnya yang dinilai dari OSCE adalah pola pikirmu.
dari yang 6 hari lagi CBT UKMPPD
dan 12 hari lagi OSCE UKMPPD.
Tambahan : Aku sadar persentasi kelulusan UKMPPD masih cukup rendah. Batch 2 2017, angka kelulusan hanya 3000an dari 5000an peserta. Sedih ga sih? Dan menurutku kalau semua 'pejuang UKMMPD' bisa mempersiapkan diri dengan baik dan belajar dengan buku pegangan yang tepat (a.k.a PPK), pasti minimal lulus sudah di tangan.
Aku cukup beruntung karena bisa kuliah di tempat yang peduli kesejahteraan calon lulusan dokternya. Di kampus ada bimbingan praUKMPPD selama hampir sebulan. Kita bisa bertanya langsung ke SPV kalau ada soal-soal yang memicu perdebatan. Dan saat akan OSCE juga kita difasilitasi untuk latihan mandiri menggunakan peralatan dari labskill.
Jumat, Agustus 11, 2017
H-9 / H-15
Ini postingan nyampah sih sebenernya. Ah tapi ga peduli, ga ada juga yang baca.
Aku (kadang terlalu) ambisius. Tapi sudah terlalu lelah, emotionally. Yaudahlah ya. Segini aja kemungkinan besar udah lulus. Coba bayangkan jadi anak yang susah banget belajar buat bisa lulus.
Ya, I've found my cure.
Rabu, Agustus 09, 2017
Selasa, Juli 04, 2017
Negal
Ada ts yg bertanya. Bagaimana tanggapan dokter?
Min tolong jelasin min..aturan dokter pengganti itu gimana seharusnya? Syaratnya apa? Kok skrng sedih bngt lihat adik2 tingkat yg masih koas/nunggu iship/atau bahkan lg ishi yg notabene nya belum punya STR SIP sudah berani jaga klinik dokter?
Apakah itu melanggar etik sumpah dokter?
Mohon dibahas please atau buka forum di home timeline nya..makasih
Disalin dari postingan di satu grup line. Tanggal 4 Juli 2017.
Negal (ne-gal)
(v)
istilah yang digunakan untuk tindakan seorang mahasiswa kedokteran tahap klinik (koass) maupun dokter internship yang berpraktek diluar klinik/rumah sakit diluar rumah sakit pendidikan yang seharusnya, baik untuk imbalan uang maupun imbalan ilmu.
Sinonim: ngamen; macul; dll.
Negal. Satu kata yang mungkin enggak bakal habis dibahas dalam forum kedokteran. Ada yang pro, ada yang kontra. Ada yang negal hampir setiap hari, ada yang anti banget negal. Praktek ini sudah dilakukan bertahun-tahun, entah sejak kapan. Sejujurnya, ditinjau dari peraturan yang ada saat ini, negal itu ilegal. Namun tak pernah terdengar protes atau larangan tegas dari senior-senior. Hanya bisik-bisik, kalau mau negal hati-hati. Bahkan beberapa senior membuka tempat praktek mereka menjadi tempat negal. Di sisi lain, waktu pengangguran yang panjang dari selesai koass ke UKMPPD, serta pengumuman UKMPPD ke penerimaan internship, cukup membuat hati gatal.
Misalnya, saat baksos, ditanya oleh pasien:
"Dokter praktek dimana?"
Oh saya belum praktek bu. Saya masih nunggu pengumuman internship.
Atau saat acara reuni keluarga:
"Halo, lama ya ga ketemu tante, gimana koassnya udah selesai?
Iya tante, puji Tuhan udah selesai..
"Terus sekarang praktek dimana?"
Masih belum tante, masih harus ujian nasional dulu bulan depan.
Atau saat sudah terbiasa 'sibuk' waktu koass. Sekalinya dapet liburan p(uaaaa)anjang habis koass bingung mau ngapain. Dagang ga bakat, mau magang bantuin penelitian dosen otak enggak sanggup. Daripada nganggur, negal boleh juga.
Atau saat menjelang internship, dan kamu sadar selama ini kamu terlalu terlena dengan liburan, dan lupa hampir semua dosis obat. Remember, first impression matters. Ga mau kan dipandang sebelah mata sama tenaga medis lain karena bodoh banget. Apalagi kalo kebagian IGD duluan. Mending negal buat latihan jaga pas internship.
Atau saat saldo rekening sudah tipis. Dan kamu merasa umurmu sudah terlalu tua untuk meminta uang ke orang tua. Mending negal daripada enggak makan hari ini.
Atau saat ditelpon:
"Kakak, maaf ya uang bulanan buat kakak papa pake buat bayar biaya kuliah adik ya. Kakak udah dapat uang kan dari praktek di klinik?"
Aku ada di lingkungan dimana 'negal itu enggak apa-apa, asal tau batasan diri sendiri'.
Kalo baru pertama kali negal ya jangan langsung negal di IGD broo, carilah klinik-klinik kecil yang pasiennya 1-2 perkali jaga. Kalau sudah terbiasa, baru pelan-pelan jaga klinik yang lebih ramai. Jangan lupa belajar dulu sebelum jaga. Karena jaga tanpa belajar sama kayak pergi berperang tanpa bawa pelindung dan senjata.
Buat pasien (atau calon pasien), jangan takut kalau mau berobat ke klinik-klinik kecil yang dokternya masih (terlihat) muda. Tenang saja, dokternya pasti belajar dulu kok. Kita tahu, pekerjaan kita berurusan dengan nyawa. Tidak mungkin kita nekat negal tanpa pegangan ilmu yang kuat. Asal tau saja, kalaupun berobat ke puskesmas, yang meriksa dan ngasi obat di poli bisa saja perawat. Yha. Puskesmasnya di kota Malang lho, kota nomer 2 di Jawa Timur. Apalagi di kota-kota lain yang lebih kecil dari Malang. Bukannya membenarkan negal. Tapi lihat fakta yang ada. Indonesia masih kurang tenaga dokter, terutama dokter umum. Sementara dokter umumnya pengen ngambil spesialis. Yang di layanan primer siapa dong? Bukankah lebih baik bila kita bekerja sesuai tupoksi masing-masing? Dokter menjadi dokter, bidan menjadi bidan, perawat menjadi perawat, pengobat tradisional menjadi pengobat tradisional?
Bagi dokter-dokter (masih) muda ini, negal sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan klinis. Ya, semakin tinggi paparan kasus memang meningkatkan skill dan ketajaman diagnosis. We grow by learning. Semakin sering lihat pasien, semakin sering ngeresepin obat, kita jadi semakin terampil.
Untuk pelaku negal, mungkin akan lebih aman bila negal dilakukan setelah lulus UKMPPD. Setidaknya bila tiba-tiba disidak Dinkes, kita bisa nunjukkin bukti kalau udah lulus UKMPPD dan udah sah disebut teman sejawat. Kan harus memperlakukan teman sejawat seperti diri sendiri ingin diperlakukan. Yakan?
Sekian.
Btk.
Jumat, Juni 09, 2017
Kebodohan-2 : Buffalo Hump ?
Pada suatu hari yang cerah, datanglah seorang ibu, berusia 30-40 tahun ke puskesmas. Pasien datang dengan keluhan muncul benjolan yang berwarna kehitaman di tengkuknya. Pasien ini dibilang tetangganya, 'jangan-jangan kamu kena kencing manis', jadi dia pergi memeriksakan diri ke puskesmas. Dokter mudanya bingung, mau didiagnosis tinea tapi kok ada benjolannya. Mau didiagnosis lipoma tapi kok batasnya enggak tegas. Mau dibilang acanthosis nigricans tapi kok ada benjolannya.
Akhirnya dokter muda tersebut konsul ke dokter fungsional. Kelihatannya sih dokter fungsionalnya juga bingung. Dan dokter muda itu lupa bagaimana nasib pasien itu selanjutnya. Kayaknya sih dirujuk. Ah lupa.
#antiklimaks
Dan beberapa bulan kemudian, dokter muda tersebut sedang mempersiapkan diri untuk ujian nasional.
'Jadi tandanya cushing syndrome itu ada moon face, buffalo hump.... eh buffalo hump itu bentuknya kayak gimana sih?'
Lalu googling.
'Asem. Ini persis pasienku dulu pas di puskesmas. Dan waktu itu aku gatau ini apa. Aku juga enggak nanya kebiasaan konsumsi obat atau minum jamu..'
Kzl
Yah namanya juga proses belajar.